BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank yaitu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir, 2008:11).Dewasa ini kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, dan peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Perkembangan dunia perbankan juga semakin pesat dan modern baik dari segi ragam produk, kualitas pelayanan, maupun teknologi yang dimiliki. Perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara dalam bidang ekonomi (Kasmir, 2008:16). Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat, mengakibatkan dunia perbankan tumbuh semakin pesat. Tidak hanya bank-bank umum dengan prinsip konvensional, bank-bank umum berdasarkan prinsip syariah juga semakin berkembang. Hal ini didasari oleh hukum Islam yang melarang adanya praktek riba sehingga prinsip bagi hasil diberlakukan sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.Penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam dan atas dasar kepatuhan terhadap hukum Islam, serta banyaknya keuntungan yang diperoleh melalui bank syariah dengan prinsipnya tersebut sehingga perbankan syariah telah banyak didirikan di Indonesia baik itu sebagai 1
anak cabang dalam bentuk Bank Umum Syariah (BUS) maupun Unit Usaha Syariah (UUS). Banyaknya bank di Indonesia menimbulkan persaingan yang semakin ketat antar bank. Hal ini menuntut bank untuk selalu meningkatkan kinerjanya dengan memperhatikan kualitas, kuantitas, serta pelayanan kepada masyarakat agar bank tersebut dapat terpilih sebagai bank dengan predikat terbaik.kinerja perbankan dinilai sangat penting untuk perkembangan bank di masa yang akan datang. Menurut Sofyan (2002) profitabilitas (kemampuan bank dalam memperoleh laba) merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Tingkat Return on Asset(ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai suatu bank yang diukur dari aset yang dananya berasal dari sebagian besar dana simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:118). Nilai ROA yang baik menurut ketentuan Bank Indonesia yaitu 0,5-1,5%.Perhitungan ROA diukur melalui perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aset. Berikut ini Tabel 1.1 yang menunjukkan laba sebelum pajak, total aset, dan nilai ROA beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2010-2014. 2
Tabel1.1 Laba Sebelum Pajak, Total Aset, dan ROA Bank Umum Syariah Tahun 2010-2014 No Perbankan Syariah Tahun Laba Sebelum Pajak 1 Bank Muamalat Indonesia Total Aset (miliar rupiah) ROA (Persentase) (miliar rupiah) 2010 231,08 21.442 1,36 2011 371,67 32.479 1,52 2012 521,84 44.854 1,54 2013 239,35 54.694 1,37 2014 96,72 62.413 0,17 2 Panin Bank Syariah 2010-7,17 458-2,53 2011 12,41 1.016 1,75 2012 46,84 2.136 3,29 2013 29,16 4.052 1,03 2014 95,73 6.207 1,99 3 BRI Syariah 2010 18,05 6.856 0,35 2011 16,07 11.200 0,2 2012 138,05 14.088 1,19 2013 183,94 17.400 1,15 2014 15,39 20.343 0,08 4 Bank Syariah Bukopin Sumber: Website Bank Umum Syariah 2010 14,92 2.193 0,74 2011 15,02 2.730 0,52 2012 24,35 3.616 0,55 2013 27,24 4.343 0,69 2014 12,77 5.161 0,27 Pada Tabel 1.1 dapat dilihat nilai laba sebelum pajak, total aset dan ROA beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2010-2014. Nilai ROA selama 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi. Bank Muamalat mengalami kenaikan nilai ROA pada tahun 2010-2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013 dan 2014. Bank Panin Syariah mengalami nilai ROA yang negatif pada tahun 2010 hal ini ditandai dari laba sebelum pajaknya yang bernilai negatif, pada tahun 2011 dan 2012, Bank Panin Syariah mengalami kenaikan nilai ROA, turun lagi pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014. BRI Syariah mengalami penurunan ROA pada tahun 2011, naik pada tahun 2012, dan turun lagi pada tahun 2013 dan 2014. Bank Syariah Bukopin juga mengalami fluktuasi nilai ROA yaitu turun pada tahun 2011, naik pada tahun 2012 dan 2013 dan turun lagi pada tahun 2014.(Rivai, 2007:721) menyatakan bahwa semakin besar ROA, berarti 3
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dari semakin baiknya posisi bank dari segi penggunaan aset. Besar kecilnya nilai ROA dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal dari perbankan syariah tersebut. Faktor internal dinilai dari beberapa rasio keuangan perbankan seperti capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal, beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan non performing financing (NPF) untuk mengukur tingkat kredit macet pada bank syariah. Tingginya tingkat kredit macet atau peningkatan non performing loans (NPF pada perbankan syariah) yang berarti memburuknya kualitas aktiva produktif (KAP) dari perbankan selanjutnya menyebabkan menurunnya kemampuan perbankan untuk menghasilkan laba, atau dengan kata lain, terjadi permasalahan rentabilitas salah satunya adalah ROA (return on asset) (Rivai, et al. 2007:125). Sehingga NPF yang tinggi maka nilai ROA akan semakin menurun. Kondisi dengan meningkatnya kredit macet menyebabkan perbankan mengalami permasalahan yang serius ketika CAR perbankan anjlok hingga menjadi negatif. Sehingga kredit macet yang juga menyebabkan nilai CAR anjlok menyebabkan menurunnya kemampuan perbankan untuk menghasilkan laba (Rivai, et al. 2007:126). Dalam hal ini, nilai ROA menurun jika nilai CAR juga semakin menurun. BOPO yaitu rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. Semakin efisien bank dalam menggunakan 4
sumber daya atau operasionalnya, maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyadi, 2006:159). Artinya semakin rendah BOPO akan meningkatkan profitabilitas bank.berikut ini Tabel 1.2 yang menunjukkan beberaparasio keuangan Bank Umum Syariah tahun 2010-2014. No Perbankan Syariah 1 Bank Muamalat Indonesia 2 Panin Bank Syariah Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah Tahun 2010-2014 (dalam persen) Tahun CAR BOPO NPF 2010 13,32 87,38 4,32 2011 12,01 85,25 2,60 2012 11,57 84,47 2,09 2013 17,27 85,12 1,35 2014 14,15 97,33 6,55 2010 54,81 182,31 0,00 2011 61,98 74,30 0,88 2012 32,20 50,76 0,20 2013 20,83 81,31 1,02 2014 25,69 68,47 0,53 3 BRI Syariah 2010 20,62 98,77 3,19 2011 14,74 99,25 2,77 2012 11,35 86,63 3,00 2013 14,49 90,42 4,06 2014 12,89 99,14 4,60 4 Bank Syariah Bukopin 2010 11,51 93.57 3,80 2011 15,29 93,66 1,74 2012 12,78 91,59 4,57 2013 11,10 92,29 4,27 2014 15,85 96,73 4,07 Sumber: Website Bank Umum Syariah di Indonesia Rasio keuangan pada masing-masing Bank Umum Syariah, dalam hal ini yang dinilai yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Rasio Beban Operasional (BOPO), dan Non Performing Financing (NPF) dengan standar ketentuan Bank Indonesia yaitu nilai CAR minimum 8%, BOPO maksimum 80%, dan NPF maksimum 5%. Nilai CAR dari beberapa Bank Umum Syariah tersebut dinilai cukup baik karena berada diatas 8%, artinya bank tersebut mempunyai modal yang cukup dalam kinerjanya. Tetapi, nilai BOPO bank-bank tersebut memiliki 5
nilai yang tinggi, rata-rata diatas 80%. Nilai NPF yang fluktuatif dan ada yang mencapai lebih dari 5%. Bank Muamalat memiliki nilai ROA yang fluktuatif.tahun 2010, nilai NPF Bank Muamalat yang cukup tinggi yaitu 4,32%, selanjutnya mengalami penurunan dari tahun 2011-2013 dan naik kembali hingga 6,55% pada tahun 2014.Jika dilihat nilai CAR tahun 2011-2012 terjadi penurunan, diikuti penurunan BOPO dan NPF dimana nilai BOPO dan NPF yang kecil akan meningkatkan ROA. Pada tahun 2013, nilai ROA kembali turun. Dilihat dari rasio keuangan, nilai CAR naik dan NPF turun yang seharusnya dapat meningkatkan ROA, akan tetapi nilai BOPO naik sehingga dapat menurunkan ROA. Walaupun kenaikannya kecil, faktor diluar perusahaan bisa saja berpengaruh sehingga nilai ROA ikut menurun. Begitu juga pada Bank Umum Syariah yang lain. Nilai NPF tertinggi yaitu Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2014 dengan nilai NPF 6,55% dan dilihat nilai ROA hanya 0,17%. Nilai BOPO tertinggi yaitu 182,31% Bank Panin Syariah tahun 2010, hal ini mengakibatkan nilai laba yang negatif yaitu -7,17 miliar dan berpengaruh pada ROA yang bernilai negatif yaitu -2,53%. Selain itu, faktor-faktor lain di luar perusahaan seperti tingkat suku bunga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, dan juga tingkat inflasi perekonomian yang terjadi di Indonesia berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap nilai ROA. Bila terjadi bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat bunga, nasabah dapat pindah ke bank konvensionaldengan kata lain tingkat suku bunga deposito yang tinggi. Kondisi ini akan mengurangi perolehan laba bank syariah (Karim, 2006:273). Sebaliknya apabilapembiayaan yang lebih rendah daripada 6
suku bunga kredit bank konvensional dengan kata lain suku bunga kredit tinggi, maka nasabah akan beralih menggunakan pembiayaan pada bank syariah. Bagi hasil yang diperoleh dari pembiayaan ini akan meningkatkan laba bank syariah (Karim, 2006:279). Inflasi yang tinggidapat menimbulkan gangguan pada fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan). Sehingga melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (Karim, 2007:139). Dengan kata lain, kurangnya minat menabung dari masyarakat akan menurunkan nilai permodalan bank yang selanjutnya dapat menurunkan laba pada bank. Berikut ini Tabel 1.3 yang menunjukkan rata-rata tingkat suku bunga BI (BI Rate) dan tingkat inflasi di Indonesia tahun 2010-2014. Tabel1.3 Rata-Rata Tingkat Suku Bunga dan Inflasidi Indonesia Tahun 2010-2014 (dalam persen) No Faktor Pengaruh 2010 2011 2012 2013 2014 1 Suku Bunga (BI rate) 6,50 6,58 5,77 6,45 7,53 2 Inflasi 5,13 5,38 4,27 6,96 6,41 Sumber: www.bi.go.id Pada Tabel 1.3 dapat dilihat rata-rata tingkat suku bunga dan inflasi di Indonesia. Kenaikan suku bunga dan inflasi terjadi pada tahun 2011, turun pada tahun 2012 dan naik kembali pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 suku bunga mengalami kenaikan dan inflasi menurun. Jika dilihat nilai ROA pada beberapa Bank Umum Syariah seperti Bank Muamalat dan BRI Syariah, pada tahun 2012 mengalami peningkatan dan turun pada tahun 2013. Perubahan nilai ROA ini 7
sama dengan perubahan tingkat suku bunga yang turun pada tahun 2012 dan naik pada tahun 2013. Inflasi yang tinggi ditandai dengan tingkat suku bunga yang tinggi pula, jika inflasi tinggi maka pemerintah meningkatkan suku bunga Bank Indonesia agar perekonomian stabil (Rivai, et al. 2007:518). Pada tahun 2014, tidak terjadi keseimbangan antara suku bunga dan inflasi, dimana suku bunga mengalami peningkatan sedangkan inflasi mengalami penurunan. Hal tersebut berdampak pada nilai ROA masing-masing Bank Umum Syariah yang menurun disamping faktor lain seperti CAR, BOPO, dan NPF nya. Dari penjelasan latar belakang, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, inflasi, beberapa rasio keuangan seperti CAR, BOPO, dan NPF terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang diukur melaluireturn on Asset (ROA), maka penelitian ini diberi judul Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh suku bunga, inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional dan Non Performing Financing terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian 8
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh suku bunga, inflasi, Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, dan Non Performing Financing terhadap profitabilitasbank Umum Syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian yang dilakukan berkaitan dengan profitabilitas pada Bank Umum Syariah beserta variabel-variabel yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut: 1. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangandalam pengambilan keputusan bank untuk mengetahui cara apa yang harus dilakukan bank untuk meningkatkan profitabilitasnya. Juga dapat meningkatkan fungsi manajemen bank agar kinerjanya menjadi lebih baikserta dapat menghindari risiko-risiko yang mungkin muncul yang dapat menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan bank. 2. Bagi nasabah dan investor, penelitian ini berguna untuk memberikan informasi kepada nasabah dan investor yang akan menginvestasikan uangnya atau alternatif untuk mendapatkan pembiayaan dari bank, khususnya Bank Umum Syariah dengan tingkat risiko kecil dan dapat memperoleh keuntungan sesuai harapan. 3. Bagi pembaca akademisi, diharapkan agar penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca di bidang perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal yang berkaitan dengan profitabilitas Bank Umum Syariah. 9
4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya serta dapat menambah perluasan penelitian tersebut. 10