KERANGKA BERPlKiR DAN HlPOTESlS Kerangka Berpikir Dalam konteks pengembangan sumberdaya manusia, salah satu masalah pembangunan di pedesaan Indonesia adalah sangat kecilnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat memberikan penghasilan yang memadai (Mubyarto dan Kartodirdjo.1988). Dengan terbatasnya kesempatan atau peluang bekerja tersebut, banyak penduduk pedesaan bekerja seadanya untuk menutupi kebutuhan hidupnya, baik di desa atau ke luar desa. Masafah yang dihadapi masyarakat pedesaan lndonesia di bidang ketenagakerjaan tersebut, terkait dengan rendahnya tingkat kualitas sumber-daya rnanusia, terbatasnya luas tanah yang dapat digarap (khususnya di Jawa), dan sedikitnya kemampuan bidang pertanian untuk menyerap tarnbahan tenaga kerja di dalamnya (Effendi, 1991a). Menyadari masalah yang timbul dalam ketenagakerjaan di pedesaan tersebut, rnenurut Oshima (Effendi, 1991a), muncul pemikiran baru yang menekankan bahwa dalam mernbangun pedesaan perlu adanya keterkaitan antara sektor pertanian dan non pertanian. Pendekatan ini menekankan bahwa strategi pengembangan sektor pertanian harus bersifat kornersil (orientasi pasar) dan terkait dengan sektor lain, yang dalam perkembangannya mampu merangsang pertumbuhan kegiatan bukan pertanian (non farm), terrnasuk munculnya industri kecil dan kerajinan rumah tangga. Penelitian Effendi (1991 b) di Klaten, Jawa Tengah, menemukan bahwa
adanya diversifikasi pertanian telah rnampu merangsang pertumbuhan peluang kerja non farm, yaitu merangsang tumbuhnya industri yang tidak hanya tangsung berkaitan dengan konsumsi tetapi juga dengan produksi. Perubahan yang terjadi dalam pekerjaan di pedesaan adalah pindahnya seseorang terutama dari petani ke pekerjaan lain. Perpindahan pekerjaan seseorang merupakan suatu proses perubahan perilaku yang terjadi karena dipengaruhi oleh baik faktor internal yang melekat pada diri seseorang, maupun faktor eksternal yang melingkupi kehidupan seseorang. Bagi seorang petani yang semula hidup dalam orientasi budaya agraris yang cenderung mendekati ciriciri masyarakat tradisional, yang kemudian pindah kepada pekerjaan baru di bidang industri, harus mengadopsi perilaku-perilaku baru yang cenderung mendekati ciri-ciri masyarakat modern. Hal ini merupakan suatu proses perubahan perilaku yang menarik untuk dipelajari. Dari tinjauan pustaka, dapat disimpulkan bahwa faktor latar belakang sosial ekonomi seseorang yang meliputi tingkat penguasaan lahan dan pemilikan aset lainnya (baik dari aset pertanian non lahan, pemilikan barang bergerak maupun barang tidak bergerak); faktor latar belakang pendidikan dan pengalaman bekerja; dan faktor akses informasi (termasuk tingkat kosmopol~tansi mereka) mempengaruhi perpindahan pekerjaan dari petani ke bidang industri (termasuk industri kecil). Faktor tuntutan kebutuhan pasar akan produk-produk industri kecil dan kebijakan negara tentang industrialisasi juga telah mendorong pertumbuhan industri (terutama industri
kecill di daerah pedesaan, sehingga memunculkan "kesempatan dan peluang berusaha," bagi mereka untuk bekerja atau menjadi pengrajin industri kecil. Selain itu, munculnya kebijakan kredit lunak bagi usaha kecil juga telah mendorong kemudahan akses permodalan bagi pengrajin industri kecil. Hal-ha1 tersebut kemudian ikut mempengaruhi keberhasilan rnereka dalam bekerja di bidang industri. Bagi para pengrajin industri kecil yang semula sebagai petani, pada umumnya juga memiliki faktor pengaruh yang terbawa sejak masih bekerja di bidang pertanian. Keterbatasan itu meliputi segi pengetahuan industri kecil tentang: teknologi produksi, permodalan, manajemen, dan pemasaran usahanya, serta keterbatasan akses permodalan. Faktor-faktor tersebut dan unsur-unsur di dalamnya menjadi penting untuk dipertimbangkan sebagai variabel yang mempengaruhi tingkat kemandirian bekerja mereka dan tingkat keberhasilan berusaha sebagai hasil transformasi pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil. Pengrajin industri kecil pedesaan yang mempunyai tingkat kemandirian berusaha yang tinggi, dalam penelitian ini dimengerti sebagai rnemiliki kemampuan dan kapasitas yang tinggi dalam: kemampuan pemecahan masalah, kreativitas dalam berusaha, keberanian mengarnbil resiko, prakarsa usaha, keuletan dan kewirausahaannya dalam berusaha. Semakin tinggi tingkat kemandirian mereka dalam berusaha akan semakin berhasii mereka dalam usahanya di industri kecil, sebagai wujud hasil transformasi pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil.
Adapun tingkat keberhasilannya dalam berusaha di industri kecil ditandai dengan proporsi pekerjaan pengrajin sebagai pekerjaan utama, dengan tingkat pendapatan tertentu untuk mencukupi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya, peningkatan pemilikan aset ekonomi tertentu, dan kepuasannya bekerja sebagai pengrajin yang meliputi: kebanggaannya atas pekerjaannya, peningkatan harga diri, kesenangan dan kepuasannya sebagai pengrajin. Berdasarkan uraian di atas, kerangka berpikir penelitian ini dapat dirangkum dalam skerna hubungan antar faktor, seperti Gambar 1. I IATAREEIAKANG UTARBELAKAMQ AKSES PEWETAHUM SOSEK PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN PAD& INFORMASI *--, TENTANO INDUSTRI & KOSMOPMITANSt KEClL BERUSAHA TlNGKAT KEBERHASllAN TRANSFORMASI PEKERJAAN DARl PETANI KE PENGRAJIN INDUSTRI KEClL Gambar 1 : Skema Hubungan Antar Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Transformasi Pekerjaan dari Petani Ke Pengrajin Industri Kecil Berdasarkan gambar diatas, dapat dibangun hipotesis substantif bahwa tingkat keberhasilan transformasi pekerjaan dari petani ke pengrajin
industri kecil dipengafuhi oleh tingkat kemandirian berusahanya. Adapun kemandirian berusaha pengrajin industri kecil --yang meliputi kemampuan pemecahan masalah, kreativitas, keberanian mengambit resiko, prakarsa, keuletan berusaha dan kewirausahaan-- dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi, latar belakang pendidikan dan pekerjaannya, tingkat akses informasi dan kosmopolitansinya, pengetahuannya tentang industri kecil, akses permodalan yang menunjang, dan peluang berusaha yang tersedia. Rumusan hipotesis substantif tersebut dapat dilihat dalam hubungan antar variabel penelitian ini, seperti dalam Gambar 2 sebagai berikut :
Latar Belakang Sosek = (XI: X4) Pengetahuan Tehologi = (X15) Latar Belakang dan Pekerjam Pengetahurn Pennodal v =(X5:X8) = (xl6 KEBERHASILAN 1ND.KECIL ( XG15) Tingkat Akses Informasi -pendapatan perkspita ( yl) =( X9 : X12) Pengetahuan Manajemen - kreativitas (X20) -jmlh aset ekonomi 0.2) = (X17) - keb.ambi1 resiko (X21) -kepuasan berusaha 0.3) - prakarsa (X22) - keuleton (X23) - kewirausahm (X24) Tingkat Kosmopolitansi = XI3 : X14) w: Xlmh lahan pertanian X2, jmlh asel pt.non lahan X3.jmlh barang bergerak X4Jmlh barang tak bergerdk x6, partisipasi pmdiiikan X9. jnlh tcrprpn ndb Xl3W hri baprgian X6, jmlh th bekerja di induslri XlOWh tapman fv Xl4,keikulswtaan dalam o ms X7, jmlh th bekerja sbg.pc(ani Xl1,kontPltdgpnyuluh X8, Jenis ptani X l z, l c n i z ~ ~ Gambar 2: MODEL HlPOTESIS SUBSTANTIF HUBUNGAN ANTAR VAMABEL YANG MEMPENGARUHI mberhasilan TRANSFORMASl PEKERJAAN DAM PETANI KE PENGRAJIN
Hipotesis Penelitian Hipotesis Urnum Hipotesis penelitian ini adalah: bahwa tingkat keberhasilan transformasi pekerjaan dari petani ke pengrajin industri kecil dipengaruhi oleh tingkat kemandirian berusahanya, latar belakang sosial ekonomi, pengetahuannya tentang industri kecil, latar belakang pendidikan dan pekerjaannya, serta tingkat akses informasi dan kosmopolitansinya. Hipotesis Kerja Untuk memudahkan mencapai tujuan penetitian ini, maka dalam penelitian ini dirumuskan tiaa hipotesis Utama yang dibagi kedalam 13 hipotesis keria atau hipotesis statistik. Maksud perurnusan hipotesis statistik ini adalah untuk mengetahui kaitan pengaruh antara dua atau lebih variabel penelitian atau antara beberapa kelompok variabel ( Black dan Champion, q992). Hipotesis Utamal. Latar belakang pendidikan, pekerjaan, tingkat akses informasi dan kosmopolitansi pengrajin mempengaruhi pengetahuannya tentang industri kecil: (1) Pengetahuan pengrajin tentang industri kecil dipengaruhi secara nyata ofeh tingkat pendidikannnya, jumlah tahun bekerja di industri, jumlah tahun bekerja sebagai petani sebelumnya, jumlah jam terpaan media TV dan radio yang diterimanya dan kontak dengan penyuluh serta jenis kursus kerajinan yang pernah diikutinya, jumlah hari bepergian dan keikutsertaan dalam organisasi sosiai.
(2) Pengetahuan pengrajian tentang teknologi industri kecil dipengaruhi secara nyata oleh jurnlah tahun bekerja di industri, jumlah tahun bekerja sebagai petani sebelurnnya, jumlah jam terpaan media TV dan radio yang diterimanya dan kontak dengan penyuluh serta jenis kursus kerajinan yang pernah diikutinya. (3) Pengetahuan pengrajin tentang permodalan industri kecil dipengaruhi secara nyata oleh jumlah jam terpaan media TV dan radio yang diterimanya, jumlah jam kontak dengan penyuluh industri dan jenis kursus kerajinan yang pernah diikutinya. (4) Pengetahuan pengrajin tentang manajemen usaha industri kecil dipengaruhi secara nyata oleh tingkat pendidikan, jumlah jam terpaan media radio dan N yang diterimanya, jurnlah jam kontak dengan penyuluh industri, jenis kursus kerajinan yang diikuti, dan kedudukannya dalarn organisasi sosial. (5) Pengetahuan pengrajin tentang pemasaran industri kecil dipengaruhi secara nyata oleh jumlah jam terpaan media radio dan TV yang diterimanya, jumlah jam kontak dengan penyutuh industri, jenis kursus kerajinan yang diikuti, dan jumlah hari bepergian yang dilakukannya. Hi~otesis Utama 2. Pengetahuan tentang industri mempengaruhi tingkat kemandirian berusaha pengrajin industri kecil: (6) Kernandirian berusaha pengrajin dipengaruhi secara nyata oleh tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang teknologi, permodalan, rnanajemen, dan pemasaran industri kecil. (7) Kernampuan pengrajin dalam pemecahan masalah berusaha dipengaruhi secara nyata oleh tingkat pendidikan dan pengetahuannya tentang teknologi, permodalan, manajemen, dan pemasaran industri kecil.
(8) Kreativitas pengrajin dipengaruhi secara nyata oleh pengetahuannya tentang teknologi, permodalan, rnanajernen dan pemasaran industri kecil. (9) Keberanian pengrajin untuk mengambil resiko berusaha dipengaruhi secara nyata oleh pengetahunnya tentang teknologi, pengetahuannya tentang permodalan, dan pengetahuannya tentang pemasaran industri kecil. (10) Prakarsa pengrajin dalam berusaha dipengaruhi secara nyata oleh pengetahuannya tentang teknotogi, pengetahuannya tentang pemasaran industri kecil, dan kewirausahaannya. (11)Keuletan berusaha pengrajin dipengaruhi secara nyata oleh pengeta- huannya tentang menejemen dan pemasaran industri kecil. (12)Kewirausahaan pengrajin dipengaruhi secara nyata oleh pengetahuannya tentang permodalan, manajemen dan pemasaran industri kecil. Hi~otesis Utama 3. Latar belakang sosial ekonomi pengrajin dan tingkat kemandirian berusahanya mempengaruhi keberhasilan transformasi pekerjaan pengrajin industri kecil: (13)Keberhasilan berusaha pengrajin dipengaruhi secara nyata oleh luas lahan pertanian, aset pertanian non lahan, banyaknya barang bergerak dan tak bergerak sebelumnya dan tingkat kemandirian berusahanya.