BAB II KAJIAN PUSTAKA. kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu air adalah

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNGPINANG BARAT TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ASPEK KUALITAS AIR DAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2012

Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air minum isi ulang merupakan suatu jawaban akan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

Total Coliform Dalam Air Bersih Dan Escherichia coli Dalam Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang

BAB I PENDAHULUAN. Air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- 3 - MEMUTUSKAN : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM.

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

Karakteristik Responden 1. Nama : 2. Jenis Kelamin : 2. Umur : 3. Pendidikan Terakhir : a. Tamat SD. b. Tamat SMP c. Tamat SMA d.

PERSYARATAN TEKNIS DEPOT AIR MINUM DAN PERDAGANGANNYA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah senyawa kimia yang terdiri dari dua atom hydrogen (H) dan satu

Sanitasi Penyedia Makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat di bumi dan sangat penting bagi kehidupan. Suatu molekul air terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air

BAB I PENDAHULUAN. dan dapat langsung diminum (Rumondor et al., 2014). Air minum yang. mengurangi daya kerja serta daya produksi (Widarto, 1996).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG PADA DEPOT AIR MINUM (DAMIU) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS OEPOI KOTA KUPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bersih dan sehat tanpa persediaan air yang cukup, mustahil akan tercapai. Kondisi

ANALISIS KUALITAS AIR 3

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SANITASI DAN KEAMANAN

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kesehatan baik persyaratan fisik, kimia, bakteriologis, dan radioaktif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

RENCANA TINDAK LANJUT

KESMAS, Vol.10, No.2, September 2016, pp. ~ ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KUALITAS AIR MINUM YANG DIPRODUKSI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN PERSYARATAN MIKROBIOLOGIS TAHUN 2014

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BINA HUBUNGAN KETENAGAKERJAAN DAN PENGAWASAN NORMA KERJA NO. : SE.86/BW/1989

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen yang Hak-Haknya Dilanggar oleh

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP 2. Dosen Program Magister Kesehatan Lingkungan, UNDIP 3. Dosen Program Doktor Ilmu Lingkungan, UNDIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita sebagai manusia yang berbudaya. Air juga diperlukan untuk mengatur suhu tubuh.

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN KOLAM RENANG DAN PEMANDIAN UMUM NO KOMPONEN BOBOT NILAI SKOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Air Minum Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Hal inilah yang secara prinsip membedakan kualitas yang harus dimiliki antara air bersih dan air minum. Kualitas air minum setingkat lebih tinggi daripada kualitas air bersih ditinjau dari beberapa komponen pendukungnya (Pitojo, 2002: 28). Air minum dalam tubuh manusia berguna untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan fisiologi tubuh (Depkes, 2006:1). Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization ) telah menetapkan standar air minum yang bersih dan sehat (layak digunakan), diantaranya adalah tidak berwarna, tidak berbau yang berarti jernih, tidak berasa dan sejuk (Kumalasari dan Yogi, 2001) Persyaratan kualitas air minum (air yang aman untuk dikonsumsi langsung), termasuk DAMIU, diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 yang kemudian di sempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (Sedyaningsih, 2010). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 dalam pasal 1, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung

diminum. Agar air minum tidak menyebabkan gangguan kesehatan, maka air tersebut haruslah memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.492/Menkes/Per/IV/2010 Persyaratan air minum dapat ditinjau dari parameter fisik, kimia dan mikrobiologi (Sedyaningsih, 2010). Adapun parameter yang disyaratkan meliputi: 1. Parameter Fisik Persyaratan fisik umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisik meliputi bening (tak berwarna), tidak berasa, suhu di bawah suhu udara di luarnya, tidak keruh, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) maksimum 500 mg/l. 2. Parameter Kimia Parameter kimiawi di kelompokan menjadi kimia organik dan kimia anorganik. Dalam standar air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman (ph). Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organic chemicals (zat kimia mudah menguap) zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat oksigen. (Ricki, 2005)

3. Parameter Mikrobiologis. Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan coli melebihi batas-batas yang telah di tentukan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 adalah bila pemeriksaan 100 ml air total bakteri koliform dan E.coli adalah 0. Air minum menurut kandungan kolitinja yaitu sejenis bakteri pathogen yang berkembang biak, serta koliform yaitu suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator kualitas kesehatan (saniter), dibedakan dalam 5 kategori sebagai berikut : 1) Air minum kelas A kategori baik adalah tidak mengandung bakteri koli atau koliform 2) Air minum kelas B kategori kurang baik mengandung kolitinja 1-10/1-50 koliform 3) Air minum kelas C kategori jelek mengandung kolitinja 10-50/51-100 koliform 4) Air minum kelas D kategori amat jelek mengandung kolitinja 51-100/101-1000 koliform 5) Air minum kelas E kategori amat jelek mengandung kolitinja > 100/ > 1000 koliform Air minum kategori A adalah yang langsung dapat diminum, air murni kategori B,C,D, serta E, harus diperlakukan agar tidak mengandung kolitinja

dan koliform, dan sebelum diminum harus dimasak hingga mendidih untuk mematikan bakteri yang merugikan tersebut (Pitojo, 2002). 1.1.2 Depot Air Minum Isi Ulang Sesuai dengan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor : 651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis Depot air minum dan perdagangannya, di sebutkan bahwa : depot air minum adalah usaha industry yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Sementara air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi bersih yang memenuhi persyaratan mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan untuk diolah menjadi produk air minum (Hartini, 2009). Produk air minum yang dijual kepada konsumen tersebut harus layak untuk dikonsumsi yaitu harus memenuhi persyaratan air minum yang layak untuk dikonsumsi yaitu harus bersih, sehat, higienis dan juga standar kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Namun demikian, seringkali produk air minum depot isi ulang tidak sesuai atau tidak memenuhi standar kesehatan yang telah ditetapkan. Air minum dapat dipersiapkan dengan menggunakan air dari berbagai sumber air yang tersedia. Oleh karena itu, kualitas air dari masing-masing sumber tersebut tidak tentu sama maka teknologi yang dipergunakan untuk menyiapkan air minum tersebut juga tidak terlalu sama. Apabila air yang berasal dari sumber air baku memiliki kualitas baik maka teknologi yang

dipergunakan untuk penyiapan air minum tersebut relative lebih sederhana sehingga kebutuhan danapun relative lebih murah (Pitojo, 2002). Secara umum, tata laksana penyediaan air minum adalah sebagai berikut : 1) Air berasal dari sumber air yang berupa air permukaan (sungai, danau, kubangan, waduk) atau air dalam tanah (mata air, mata air dalam, saluran pengumpul), dimasukkan melalui bangunan intake ke bangunan penjernih. Pada bangunan penjernih air diperlakukan dengan cara pengendapan secara fisik, kimiawi, filtrasi dan desinfektan. Air kemudian dimasukkan ke dalam bangunan penampung, untuk kemudian didistribusikan kepada pengguna air. 2) Pada kasus tertentu, sesuai dengan ketersediaan dan keberadaan air baku maka air yang dipersiapkan untuk air minum cukup perlakuan dengan penyaringan dilanjutkan dengan desinfektan menggunakan ozonisasi, atau penyinaran ultra violet. Teknologi penyiapan air minum komersial tersebut, dewasa ini telah dimanfaatkan untuk memproduksi air minum dalam kemasan. 3) Teknologi penyiapan air minum terus berkembang pesat. Menurut Dr. Kaseno peneliti dari PPP Biotek (Pusat Pengkajian dan Penerapan Bioteknologi), bahwa teknologi membran atau dikenal dengan teknologi reverse osmosis (RO) telah dipergunakan untuk memproduksi air minum. Teknologi membran ini mampu menyaring benda yang berupa partikel yang kecil (misalnya rambut, serbuk sari), mampu menyaring partikel

makromolekul (seperti sel, sel darah, dan bakteri), mampu menyaring molekul (virus dan racun), serta mampu menyaring ion-ion serta garamgaram, dan menghasilkan air murni. Sejalan perkembangan teknologi pengolahan air, beberapa DAMIU memakai sistem reverse osmosis dalam mengolah airnya. Reverse osmosis merupakan alat yang mempu menetralisir air dari polusi dan menghilangkan kandungan garam yang terdapat di dalam air (Suhana: 2004) 1.1.3 Pengolahan Air Minum Isi Ulang Untuk perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan pada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standar, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar minimum (Soemirat, 2006). Untuk mendapatkan air minum dengan kualitas tinggi perlu dilakukan pengolahan dan pemurnian untuk mencapai kualitas yang diinginkan. Proses pengolahan air minum tergantung dari kualitas air baku, dan peralatan yang digunakan (Hartini, 2009). Tergantung kualitas air bakunya, pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya, maka pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Ataupun mungkin diperlukan suatu pra pengolahan seperti pra-klorinasi, aerasi, dan seterusnya (Soemirat, 2006).

Pada prinsipnya pengolahan air minum isi ulang pada setiap produsen adalah sama yaitu untuk menghilangkan bau, warna, rasa, bahan kimia berbahaya serta menghilangkan mikroorganisme. Pada dasarnya pengolahan air minum dalam kemasan diproses melalui 3 tahap, yaitu penyaringan, desinfeksi dan pengisian (Hartini, 2009). Penyaringan dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan bau. Desinfeksi bertujuan untuk menghilangkan sebagian besar mikoorganisme dan membunuh bakteri patogen dalam air, sedangkan pengisian adalah tahap akhir pengemasan air yang telah diproses. Mesin atau peralatan yang berkontak langsung dengan air baku harus terbuat dari bahan yang food grade. Di bawah ini bagan alir pengolahan AMIU dari penampungan air baku sampai air siap untuk dikemas (Hartini, 2009 : 44). Air baku penampungan air Filtrasi + carbon filter + Ozonisasi + UV air konsumsi penampungan air 2.1.4 Higiene dan Sanitasi DAMIU Hygiene Sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk proses pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum (Hartini, 2009). Faktor tersebut adalah cemaran fisik seperti benda mati baik halus maupun kasar, kondisi alam seperti suhu cuaca, getaran, benturan dan sejenisnya yang dapat mencemari kualitas air minum. Faktor lain adalah

cemaran kimia seperti bahan organik dan non organik yang lewat dalam air minum pada waktu pengolahan, penyimpanan dan pembagian air minum. Sedangkan faktor biologis dapat berupa jasad renik pathologis seperti bakteri, virus, kapag dan jamur yang dapat menimbulkan penyakit atau keracunan. Kecenderungan penduduk untuk mengkonsumsi air minum siap pakai demikian besar, sehingga usaha depot pengisian air minum tumbuh subur di mana-mana (Hartini, 2009). Adapun sarana pengolahan air minum berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang (Departemen Kesehatan, 2006) adalah sebagai berikut : a. Alat dan perlengkapan yang di gunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan seperti : 1. Pipa pengisian 2. Tendon air baku 3. Pompa penghisap dan penyedot 4. Filter 5. Mikro filter 6. Kran pengisian air minum curah 7. Kran pencucian/pembilasan botol 8. Kranpenghubung (hose) 9. Peralatan sterilisasi

b. Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung unsure yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (pb), Tembaga (Cu), Seng (Zn), dan Cadmium (Cd). c. Alat dan perlengkapan yang di pergunakan seperti mikro filter dan alat sterilisasi masi dalam masa pakai (tidak kadarluarsa). Tujuan dari hygiene sanitasi adalah terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat konsumsi air minum yang berasal dari Depot Air Minum. Dengan demikian masyarakat akan terhindar dari kemungkinan terkena risiko penyakit bawaan air. Disamping itu, upaya pembinaan dan pengawasan terhadap usaha Depot Air Minum yang baik, akan mempercepat pencapaian Indonesia sehat 2010 sambil mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nasional (Hartini, 2009). Persyaratan ataupun pedoman dalam Hygene dan Sanitasi adalah : 1. Lokasi Bangunan yang digunakan untuk depot air minum isi ulang harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, yaitu bebas dari daerah pencemaran seperti daerah tergenang air dan rawa, tempat pembuangan kotoran dan sampah, penumpukkan barang bekas atau bahan berbahaya dan beracun (B3) dan daerah lain yang diduga dapat menimbulkan pencemaran terhadap air minum, perusahaan lain yang menimbulkan pencemaran seperti bengkel cat, las, kapur, asbes dan sejenisnya dan tempat pembuangan kotoran (tinja) umum, terminal bus, atau daerah padat pencemaran lainnya.

2. Bangunan Konstruksi dari bangunan sendiri harus memenuhi persyaratan Fisik bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah pemeliharaanya. Tata ruang usaha depot air minum isi ulang minimal terdiri dari ; Ruangan proses pengolahan, ruangan tempat penyimpanan, ruangan tempat pembagian/penyediaan, ruang tunggu pengunjung. Lantai depot harus memenuhi syarat sebagai berikut; Bahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu. Dinding bangunan depot harus memenuhi syarat; Bahan kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan. Warna dinding terang dan cerah, selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas dari pakaian tergantung. Khusus dinding yang berhubungan dengan semprotan air harus rapat air setinggi minimal 2 meter dari lantai. Untuk atap dan langit-langit dipersyaratkan; Atap bangunan harus menutup sempurna seluruh bangunan, bahan atap tahan terhadap air dan tidak bocor, konstruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus (rodent proof), langitlangit harus menutup sempurna seluruh ruangan, bahan langit-langit harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan, dan tidak menyerap debu. Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang, dalam keadaan bersih dan tidak berdebu, Tinggi minimal 3 meter dari lantai. Syarat yang harus dipenuhi untuk pintu adalah; bahan pintu harus kuat, tahan lama dan tidak melepaskan zat beracun, permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan, pemasangannya rapih sehingga dapat menutup dengan baik,

membuka kedua arah, selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu. Syarat yang harus dipenuhi untuk jendela adalah; Jendela depot harus dibuat dari bahan tembus pandang sehingga proses pengolahan dapat terlihat jelas. Dibuat dari bahan yang tahan lama, Permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Tinggi sekurang-kurangnya 1 meter diatas lantai, Luasnya disesuaikan dengan kegunaannya. Permukaan tempat kerja dan ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat penyinaran cahaya, baik alam maupun buatan dengan minimal 10 20 foot candle atau 100 200 lux. Untuk kenyamanan, depot harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara; Menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, tidak mencemari proses pengolahan dan atau air minum, menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan. Setiap sekat pemisah bangunan depot untuk pencucian, pengisian dan pengolah harus dari bahan yang kuat, tidak melarutkan zat beracun serta mudah dibersihkan. Konstruksi sekat pemisah harus menjamin tidak dapat dimasuki serangga dan tikus (insect and rodent proof). Setiap proses yang memungkinkan terjadinya dampak radiasi harus dilakukan perlindungan yang dibutuhkan. Untuk mengukur dampak radiasi, harus dilakukan pengujian secara berkala sesuai kebutuhan.

3. Fasilitas Sanitasi Hygiene sanitasi adalah usaha yang dilakukan untuk mengendalikan faktor faktor air minum, penjamah, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk itu membutuhkan fasilitas sanitasi untuk mewujudkan hygiene sanitasi. Depot sedikitnya harus menyediakan sedikitnya fasilitas sanitasi adalah ; tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun pembersih dan saluran limbah, menyediakan satu unit dispenser dan air minum contoh pengunjung. 4. Sarana Pengolahan Air Minum Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang disyahkan pemakaiannya oleh Departemen Kesehatan. Alat dan perlengkapan yang dimaksud meliputi: Kran pengisian air baku, pipa pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter, mikro filter, kran pengisian air minum curah, kran pencucian botol, tangki pembawa air, kran penghubung (hose), peralatan sterilasi. 5. Air baku Air baku adalah air bersih yang sesuai dengan Peraturan menteri Kesehatan no 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum. Untuk menjamin kualitas air baku wajib dilakukan pengambilan sampel secara periodik.

6. Tenaga/pekerja Depot Karyawan harus sehat dan bebas penyakit menular, bebas dari luka, bisul, penyakit kulit dan luka lain yang dapat menjadi sumber pencemaran. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala (minimal 2 kali setahun). Karyawan juga diwajibkan untuk memakai pakaian kerja yang bersih dan rapih,tutup kepala,sepatu yang sesuai, selalu mencuci tangan setiap kali sebelum melayani konsumen, tidak makan, minum, merokok, meludah dan tindakan lain yang dapat menyebabkan pencemaran. Disamping itu juga perlu Kursus Penjamah Makanan/Air Minum bagi karyawan dan cara memegang gallon.

1.2 Kerangka Berpikir 2.2.1 Kerangka Teori Hygiene dan Sanitasi DAMIU Menurut Departemen Kesehatan 2006 Lokasi Bangunan Fasilitas Sanitasi Sarana Pengolahan Air Minum Air Baku Tenaga Depot Kualitas Air Minum Parameter Fisik Parameter Kimia Parameter Bakteriologi Standar Kualitas Air Minum Berdasarkan Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010

2.2.2 Kerangka Konsep Hygiene dan Sanitasi DAMIU : 1. Fasilitas depot 2. Sarana pengolahan air minum Air Minum Isi Ulang Kualitas bakteriologis (Escherichia coli) Memenuhi syarat Permenkes RI No. 492/Menkes/Per/I V/2010 Tidak memenuhi syarat Permenkes RI No. 492/Menkes/ Per/IV/2010