PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

1. Pendahuluan ABSTRAK:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

POTENSI PENERAPAN PRINSIP 3R DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA NGENEP KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

2016 ANALISIS DESKRIPTIF POTENSI EKONOMI BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Potensi Penerapan Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis 3R di Kelurahan Tunjungsekar Kota Malang

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMPAH SEBAGAI SUMBER DAYA

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sampah adalah kumpulan berbagai material buangan (limbah) berbentuk cair,

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan (Thrihadiningrum, 2010).

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pola konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari adalah masalah sampah. Setiap manusia, memiliki potensi untuk

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sampah merupakan suatu sisa-sisa benda yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

Gambar 2.1 organik dan anorganik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berwarna hitam merupakan salah satu jenis plastik yang paling banyak beredar di

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan sampah bukan lagi menjadi masalah baru di Indonesia. Seiring dengan berjalannya pertumbuhan penduduk, volume sampah yang terdapat di Tempat Pembuangan Akhir juga semakin meningkat. Hal tersebut apabila dibiarkan tentunya akan menyebabkan banyaknya timbunan sampah yang berakibat pada pencemaran udara, pencemaran tanah hingga menjadi sumber penyakit bagi masyarakat yang bertempat tinggal tidak jauh dari Tempat Pembuangan Akhir. Kehidupan manusia tidak bisa dijauhkan dari lingkungan hidup disekitarnya. Oleh karena itu sangat penting bagi manusia untuk mengenal dan mengamati lingkungan disekitarnya, lalu mengendalikan dan memanfaatkannya. Hal tersebut nantinya akan berguna untuk mempertahankan kehidupan selanjutnya. Dalam melaksanakan setiap aktivitasnya sebagai manusia, ia mempengaruhi lingkungannya, tetapi sebaliknya ia juga dipengaruhi oleh lingkungan (Sitorus, 1983:84). Masalah lingkungan di Indonesia sekarang sudah merupakan problem khusus bagi pemerintah dan masyarakat. Masalah lingkungan hidup memang merupakan masalah yang kompleks dimana lingkungan lebih banyak bergantung kepada tingkah laku manusia yang semakin lama semakin menurun baik dalam kualitas maupun kuantitas dalam menunjang kehidupan manusia (Supardi : 1984, 123). Adanya perubahan suatu kawasan, adalah disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Masyarakat perkotaan dengan pola pemukiman yang sempit dan saling berdekatan antara satu dengan yang lainnya, apabila tidak ada tindakan untuk mengelola sampah akan menjadikan pemukiman menjadi kumuh. Ketika mereka yang hidup dengan lahan yang cukup minim dan

sampah yang dihasilkan setiap harinya hanya ditumpuk disekitaran rumah tentunya tidak hanya membuat pemukiman kumuh saja, melainkan juga rentan timbulnya penyakit seperti Demam Berdarah. Selain itu, lahan lahan terbuka pada wilayah perkotaan akan semakin sempit dikarenakan adanya kegiatan utama dari kawasan perkotaan adalah sebagai pusat pemerintahan, jasa, perdagangan, perekonomian, sosial serta pemukiman. Untuk itulah perlu adanya daya dukung terhadap lingkungan agar mempunyai tingkat kenyamanan didalam wilayah perkotaan (Rindarjono : 2012, 44 45). Dalam kehidupan manusia, sebagian besar jumlah sampah berasal dari aktivitas industri, seperti konsumsi, pertambangan, dan manufaktur. Seiring waktu berjalan, hampir semua produk industri akan menjadi sampah. Jenis sampah yang banyak dijumpai dalam jumlah besar pun beragam. Sampah berupa kemasan makanan atau minuman yang terbuat dari kertas, alumunium, atau pun plastik berlapis semakin mendominasi. Demikian pula sampah elektronik, termasuk sampah jenis baru, semakin marak di tempat pembuangan sampah. Sampah menjadi salah satu hal yang sangat rumit karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah sampah yang dihasilkan, sehingga produksi sampah setiap harinya akan semakin banyak dan akan terus bertambah. Volume tumpukan sampah memiliki nilai sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat terhadap material yang digunakan dalam kehidupan sehari hari. Output jenis sampah sendiri sangat tergantung pada jenis material yang dikonsumsi. Secara umum dapat ditarik benang merah bahwa peningkatan jumlah penduduk dan gaya hidup masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap volume sampah beserta komposisinya. Sampah selalu timbul dengan berbagai persoalan yang rumit di dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan, dengan adanya bank sampah diharapkan masyarakat dapat

memiliki kepedulian terhadap sampah yang dihasilkan bahkan sampah yang dulunya barang kotor dapat memberikan nilai guna yang bisa menambah pemasukan masyarakat ketika masyarakat ikut serta dalam menabung sampah. Ketidak disiplinan mengenai kebersihan dapat menciptakan suasana semrawut akibat dari banyaknya timbunan sampah. Selanjutnya berbagai permasalahan akan muncul satu per satu seperti bau tidak sedap, banyaknya lalat beterbangan, dan gangguan berbagai penyakit. (Tim Penulis PS, 2008: 15). Sampah akan terus diproduksi dan tidak pernah berhenti selama manusia tetap ada. Sampah juga merupakan salah satu bentuk konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Secara sederhana sampah dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat terurai dengan sendirinya, berbeda dengan sampah anorganik yang butuh penanganan khusus. Sampah anorganik juga dapat terurai secara alami namun membutuhkan waktu yang cukup lama. Permasalahan sampah selalu timbul menjadi persoalan yang rumit. Oleh karena itu untuk mengatasinya dibutuhkan penanganan yang cukup serius. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah telah dirumuskan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan sampah. Di dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan terkait pengelolaan sampah yang dibagi menjadi dua hal, yaitu : Pengurangan sampah dan Penanganan sampah. Pengurangan sampah yang dimaksudkan meliputi beberapa kegiatan seperti halnya pembatasan timbunan sampah, pendaur ulangan sampah atau pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan dalam bentuk pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah atau sifat sampah, pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara, membawa sampah dari tempat penampungan sementara ke

tempat pemrosesan akhir, hingga residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara umum. Pada kota kota besar di Indonesia, telah banyak dilakukan model pengelolaan sampah yang dilakukan oleh beberapa pihak untuk dapat mengurangi permasalahan sampah. Menurut Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Madiun nomor 3 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Namun selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir yaitu, sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah (TPA). Padahal timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan, dan itupun agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam. Proses penguraian sampah diperlukan jangka waktu yang lama dan dibutuhkan penanganan dengan biaya yang besar. Paradigma lama harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan pengelolaan sampah paradigma baru. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali dan pendauran ulang atau bertumpu pada prinsip 3R (Reduse, Reuse, Recycle) berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya, Reduce berarti kita mengurangi penggunaan bahan bahan yang bisa merusak lingkungan. Reduce juga berarti mengurangi belanja barang barang yang tidak terlalu

dibutuhkan seperti baju baru, aksesoris tambahan atau apapun yang intinya adalah pengurangan kebutuhan. Misal dengan mengurangi penggunaan kertas tissue dan diganti dengan menggunakan sapu tangan, Reuse sendiri berarti pemakaian kembali seperti contohnya memilih wadah atau kantong yang dapat digunakan berkali kali misal menggunakan tas belanja dari kain untuk mengurangi kantong plastik. Recycle adalah mendaur ulang barang. Paling mudah adalah mendaur ulang sampah organik dirumah dengan cara mengubahnya menjadi kompos cair maupun kompos padat. Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Madiun mencatat banyaknya sampah yang ditampung di Tempat pembuangan Akhir (TPA) Winongo yang berada di samping jembatan laying Ring Road kota Madiun. Dengan lahan seluas 6,4 Hektar itu, 70 persen sudah menjadi zona green. Sampah yang terdapat di TPA Winongo sebagian diolah menjadi gas metan untuk mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar minyak dan energi listrik, pengomposan sampah organik, pembuatan bahan pencegah bau air lindi (Bio-Mad), pengembangan zona pasif menjadi Ruang Terbuka Hijau, Pemilihan Pengumpulan dan penjualan sampah anorganik yang dikelola dengan manajemen bank sampah dengan metode Control Land Fill. Setiap harinya, sampah yang masuk rata rata mencapai 100 kubik. Sedangkan volume sampah setiap tahun yang terangkat ke TPA Winongo rata-rata mengalami penurunan. (http://realita.co/pengelolaan-sampah-di-tpawinongo-kota-madiun). Berikut merupakan volume sampah yang masuk ke TPA Winongo pada tahun 2010 2015 : Tabel 1.1

Volume sampah di TPA Winongo No. Tahun Volume Sampah 1. 2010 101.160 m3 2. 2011 93.960 m3 3. 2012 97.920 m3 4. 2013 95.870 m3 5. 2014 93.640 m3 6. 2015 91.956 m3 Sumber:http://realita.co/pengelolaan-sampah-di-tpa-winongo-kota-madiun di unduh pada 12 juli 2017 Selain adanya suatu kebijakan dalam pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota madiun, terdapat salah satu peran yang tidak kalah penting dalam pelaksanaan pengelolaan sampah yaitu besarnya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat. Keberhasilan terkait penanganan pengelolaan sampah juga perlu adanya dukungan dari kesadaran setiap masyarakat dimana masyarakat adalah penghasil dari sampah sampah tersebut. Selain masyarakat menjadi objek, disini masyarakat yang lebih dekat dan mengetahui bagaimana lingkungan fisik mereka, sehingga partisipasi dari masyarakat menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan lingkungan fisiknya. Mengacu pada Undang-Undang tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dalam mengatasi permasalahan terkait sampah perlu adanya program-program pengelolaan sampah yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Salah satu cara yang sudah mulai dijalankan adalah dengan adanya bank sampah, program bank sampah merupakan salah satu upaya untuk mengurangi permasalahan terkait sampah selama ini yang hanya berpindah

dari rumah rumah warga ke Tempat Pembuangan Akhir. Konsep bank sampah pertama kali dicetuskan oleh Bambang Suwerda yang berinisiatif untuk menyelamatkan lingkungan dari polusi yang ditimbulkan oleh sampah. Pengelolaan sampah di tingkat komunitas melalui bank sampah pertama kali dilakukan sejak 2008 di desa Badegan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Konsep dasar bank sampah terdiri atas 5M, yang merupakan kepanjangan dari Mengurangi sampah, Memilah sampah, Memanfaatkan sampah, Mendaur ulang sampah dan Menabung sampah (Diwyacitra, 2014). Dari konsep bank sampah tersebut tentunya dibutuhkan partisipasi yang cukup besar dari masyarakat agar proses pengelolaan sampah melalui bank sampah dapat berjalan dengan baik. Melalui bank sampah masyarakat akan membiasakan diri dalam memilah sampah sesuai jenis dan nilainya yang akhirnnya kebiasaan memilah sampah muncul didalam tiap tiap warga masyarakat dan nantinya dapat mengurangi timbunan sampah yang dihasilkan. Kelurahan winongo merupakan satu-satunya kelurahan di kota Madiun yang memiliki Tempat Pembuangan Akhir. Sebelumnya masyarakat kurang peduli dalam melindungi dan mengelola lingkungan seperti bagaimana mengurangi timbunan sampah dan memenfaatkannya dengan mendaur ulang. Masyarakat menganggap bahwa pekerjaan pelestarian lingkungan dan kebersihan lingkungan adalah pekerjaan pemerintah, dengan sudah membayar retribusi sampah maka urusan sampah dibebankan seluruhnya kepada petugas kebersihan. Beberapa pertemuan rutin diadakan diantaranya forum kelurahan, pertemuan PKK/RT/RW, Pertemuan para kader dijadikan sebagai wadah untuk menyampaikan ide-ide, saran dan juga pendapat untuk menyeleseikan permasalahan sampah yang terdapat di kelurahan Winongo. Hasil dari setiap pertemuan tersebut, pada tahun 2011

masyarakat di kelurahan Winongo mendirikan bank sampah Matahari yang anggota dan pengurusnya berasal dari masyarakat sekitar. Kegiatan utama yang dilakukan adalah membeli sampah dari masyarakat, selain itu juga mengelola kolam lele dan kebun sayur dengan memanfaatkan lahan kosong yang berada dikelurahan Winongo. Dengan terobosan baru tersebut diharapkan mampu membantu mengatasi permasalahan lingkungan secara bersama-sama dengan memanfaatkan potensi yang ada di lapangan. Untuk menggerakkan program yang sudah dibuat dibutuhkan partisipasi publik, komitmen yang kuat dari masyarakat merupakan modal utama dalam keberhasilan bank sampah Matahari. dengan berjalannya Bank Sampah diharapkan tidak hanya untuk mengurangi sampah yang dibuang ke TPA namun juga sebagai sarana untuk menambah perekonomian masyarakat. Maka berawal dari sinilah, tujuan akhir dari penelitian ini untuk dapat mengetahui PERAN BANK SAMPAH MATAHARI DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK PENGOLAHAN SAMPAH DI KELURAHAN WINONGO, KECAMATAN MANGUHARJO, KOTA MADIUN.