NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini subjeknya adalah lirik lagu dalam album musik Klakustik karya

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sehingga memberikan efek estetik di dalam karya sastra. berbahasa, demi pencapaian suatu efek estetika.

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya bahasa. Gaya bahasa atau Stile (style) adalah cara pengucapan

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

STILISTIKA. Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Ali Imron Al-Ma ruf

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS DI KELAS XI SMA

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketika menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan memilih kata-kata yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena bahasa

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-1. Disusun Oleh: Apriyani Safitri A

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB II STYLE GAYA BAHASA DAN STILISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian X X X. 4 Analisis Data X X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

CITRAAN DALAM JUDUL BERITA DI SURAT KABAR KOMPAS EDISI NOVEMBER 2011: SUATU TINJAUAN STILISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

Transkripsi:

DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN CERPEN MANUSIA SETENGAH SALMON KARYA RADITYA DIKA: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Disusun Oleh : SYARIFUDDIN AHMAD A 310090277 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

1

1

DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN CERPEN MANUSIA SETENGAH SALMON KARYA RADITYA DIKA: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA SYARIFUDDIN AHMAD A310090277 Pendidikan Bahasa, Sasatra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini: (1) menganalisis diksi dan citraan pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika; (2) mendeskripsikan makna yang terkandung dalam diksi dan citran pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika; (3) implementasi analisis diksi dan citraan pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika sebagai bahan pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah berbagai cerpen yang terdapat pada buku kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pustaka, simak dan catat. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil analisisnya adalah: (1) terdapat tujuh jenis diksi, yaitu kata konotatif, kata serapan dari bahasa asing, kata konkret, kata sapaan khas dan nama diri, kata vulgar, kosakata bahasa Jawa, dan kata dengan objek realitas alam; terdapat tujuh jenis citraan, yaitu visual, gerak, pencecapan, intelektual, suara, perabaan dan penciuman; (2) terdapat empat makna stilistika yang meliputi dimensi kultural yaitu budaya alay dan galau, dimensi sosial yaitu permasalan anak muda dan penyelesaiannya, dimensi moral yaitu sikap anak terhadap orang tua, dan dimensi jender yaitu resistensi wanita dalam keluarga (3) implementasi makna diksi dan citraan dalam Manusia Setengah Salmon dapat membentuk karakter siswa yang tidak mudah putus asa, pandai bersosialisasi, dan menyayangi orangtua. Kata kunci: diksi, citraan, stilistika, kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon, implementasi pembelajaran bahasa di SMA 1. Pendahuluan Karya sastra merupakan sebuah karya seni yang bermediumkan bahasa yang oleh seorang pengarang digunakan untuk tujuan hiburan dan memiliki aturan 1

2 atau struktur tersendiri yang berbeda dengan karya seni yang lain. Karya sastra pada era modern ini telah banyak mengalami kemajuan. Berbagai genre baru mulai bermunculan untuk menjawab semakin hausnya masyarakat pembaca terhadap karya sastra. Terdapat berbagai karya sastra yang selalu mengikuti perkembangan jaman dan ada pula yang sesuai pada jalurnya. Fenomena masyarakat Indonesia yang sedang terserang budaya galau dan alay beberapa tahun terakhir menggerogoti mental dan kepribadian masyarakat menjadi inspirasi bagi beberapa penulis. Salah satu penulis yang meciptakan karya sastra dari adanya fenomena ini adalah Raditya Dika yang berjudul Manusia Setengah Salmon. Dengan gaya penulisannya yang khas, Radith dengan cepat mampu menyedot antusiasme masyarakat dengan tulisan-tulisannya. Gaya tulisan Raditya Dika yang khas dan frontal membuat kumpulan cerpen ini memiliki perbendaharaan kosakata yang cukup ramai. Terdapat berbagai bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon ini. Bahasa Jawa, bahasa Inggris, dan lain-lain turut menghiasi keberagaman tulisannya. Pemilihan diksi yang tepat mutlak untuk dilakukan demi menjaga efek estetis yang ditampilkan dalam kumpulan cerpen ini. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis diksi dan citraan pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika tinjauan stilistika; (2) mendeskripsikan makna yang terkandung dalam diksi dan citran pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika tinjauan stilistika; (3) implementasi analisis diksi dan citraan pada kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika tinjauan stilistika sebagai bahan pelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Menurut Abrams (dalam Al-Ma ruf, 2009:7) gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam karangan atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu. Sejalan dengan pendapat Abrams, Nurgiyantoro (2009:227) menyatakan bahwa stile atau gaya bahasa dapat bermacam-macam sifatnya, tergantung konteks dimana dipergunakan, selera pengarang, namun juga tergantung apa tujuan penuturan itu sendiri.

3 Senada dengan pernyataan tersebut, Al-Ma ruf (2009:9) menyatakan bahwa style adalah cara mengungkapkan gagasan dan perasaan dengan bahasa khas sesuai dengan kreativitas, kepribadian, dan karakter pengarang untuk mencapai efek tertentu, yakni efek estetik atau efek kepuitisan dan efek penciptaan makna. Menurut Keraf (dalam Ratna, 2009:19) gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasan, yakni diksi, frasa, klausa, dan kalimat serta wacana. Ratna (2009:20-21) menjelaskan bahwa kajian stilistika karya sastra dapat dilakukan dengan mengkaji bentuk dan tanda-tanda linguistik yang digunakan dalam struktur lahir karya sastra sebagai media eskpresi pengarang dalam mengemukakan gagasannya. Bentuk-bentuk atau unsur stilistika sebagai tandatanda linguistik itu dapat berupa fonem, diksi, kalimat, wacana, bahasa figuratif, dan citraan. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan kata yang dilakukan oleh pengarang dalam karyanya (Al-Ma ruf, 2010:29). Sejalan dengan definisi tersebut, diksi merupakan pemilihan kata yang digunakan oleh pengarang untuk memberikan efek estetetis dalam karyanya. Menurut Al-Ma ruf diksi terbagi menjadi tujuh macam, antara lain adalah kata konotatif, kata konkret, kata seru, kata sapaan khas dan nama diri, kata dengan objek realitas alam, dan kata vulgar. Menurut Sayuti (dalam Al-Ma ruf, 2010:51) citraan dapat diartikan sebagai kata atau serangkaian kata yang dapat membentuk gambaran mental atau dapat membangkitkan pengalaman tertentu. Pencitraan kata dapat dibagi menjadi 7 citraan sesuai dengan pendapat dari Brett dan Pradopo (dalam Al-Ma ruf, 2010:53), citraan tersebut antara lain adalah citraan penglihatan, pendengaran, gerak, perabaan, penciuman, pencecapan, dan intelektual. Di pihak lain, sering dijumpai pembelajaran sastra yang menekankan sejarah atau teori sastra bukan apresiasi sastra melalui pengkajian sastra. Ketidakpuasan terhadap pendekatan struktural itu mendorong perlunya diaplikasikan pendekatan teori lain yang lebih memungkinkan untuk menggali gagasan dan makna sastra. Berangkat dari permasalahan pembelajaran sastra

4 tersebut, maka pemilihan bahan pembelajaran sastra perlu mendapat fokus perhatian demi meningkatkan kualitas siswa dalam mengapresiasi karya sastra. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka perlu adanya sebuah kajian yang lebih mendalam mengenai kajian gaya bahasa kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika dan implementasinya sebagai bahan mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA. 2. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Objek dalam penelitian ini adalah diksi dan citraan yang terdapat dalam cerpen didalam buku kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. Subjek dalam penelitian ini adalah berbagai cerpen yang terdapat pada buku kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik pustaka, simak dan catat. Teknik pustaka dimaksudkan sebagai studi terhadap pustaka yang relevan, sedangkan simak dan catat dilaksanakan dengan melakukan penyimakan dan pencatatan data yang berwujud wacana yang mengandung diksi dan citraan. Analisis data dilakukan dengan teknik kualitatif deskriptif dengan menggunakan model teknik pembacaan semiotik, yaitu tanda, petanda, dan penanda serta model Rifattere, yaitu pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dengan menggunakan metode tersebut, Manusia Setengah Salmon tidak lagi tampil secara tekstual semata, namun ditampilkan secara kontekstual dalam hubungannya dengan teks-teks lain sebagai aspek mimetik. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Analisis Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Cerpen Manusia Setengah Salmon Karya Raditya Dika 3.1.1 Analisis Diksi Berikut hasil analisis diksi dalam Manusia Setengah Salmon yang terdiri atas tujuh jenis diksi, yaitu: 1) kata konotatif, 2) kata konkret, 3) kata serapan dari bahasa asing, 4) kata sapaan khas dan nama diri, 5) kosa kata bahasa Jawa, 6) kata vulgar, dan 7) kata dengan objek realitas alam.

5 3.1.1.1 Kata Konotatif Hasil analisis kata konotatif dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon menunjukkan bahwa kata konotatif yang digunakan oleh Radith dalam Manusia Setengah Salmon menjadi salah satu ciri bahasa kepengarangannya. Terdapat 12 kata konotatif yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. Kata konotatif dalam Manusia Setengah Salmon pada umumnya memiliki makna tambahan dengan berbagai hal yang sering tidak diperhatikan oleh pengarang lain. Hal ini tentu tidak terlepas dari asal-usul Radith yang dibesarkan dalam lingkungan metropolitan serta latar pendidikan dan kegiatannya yang menuntut ia untuk selalu berpikir maju dan menghasilkan gagasan-gagasan yang cerdas. 3.1.1.2 Kata Konkret Hasil analisis kata konkret dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon menunjukkan bahwa kata konkret memiliki beberapa fungsi atau kegunaan. Terdapat 8 kata konkret yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. Penggunaan kata konkret memberikan penggambaran suasana setting tempat menjadi lebih jelas, mendeskripsikan maksud secara lugas dan tepat, dan membantu mengungkapkan kondisi kejiwaan seorang tokoh dengan baik. 3.1.1.3 Kata Serapan dari Bahasa Asing Berdasarkan hasil analisis kata serapan dari bahasa asing dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon, dapat dikemukakan bahwa kosakata serapan dalam Manusia Setengah Salmon dimanfaatkan Radith agar lebih efisien dan merujuk langsung pada makna yang dimaksud. Hal ini dikarenakan penggunaan padanan katanya dalam bahasa Indonesia belum tentu merujuk secara langsung kepada makna suatu hal tersebut. Terdapat 11 kata serrapan dari bahasa asing yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.1.4 Kata Sapaan Khas atau Nama Diri Berdasarkan hasil analisis kata sapaan khas dan nama diri dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon maka dapat diambil simpulan bahwa kata sapaan khas atau nama diri yang digunakan pegnarang untuk menyebut tokoh-

6 tokohnya pada umumnya memiliki maksud tertentu yang diwakili dengan penamaan tersebut. Pemaknaan tersebut selain untuk memberikan efek estetis juga berdasarkan atas latar belakang ruang lingkup pengarang dan karya sastra itu sendiri. Terdapat 10 kata sapaan khas dan nama diri yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.1.5 Kosa Kata Khas Bahasa Jawa Berdasarkan hasil analisis kosa kata khas bahasa Jawa dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diambil simpulan bahwa kosakata khas bahasa Jawa memiliki nilai estetis tinggi jika digunakan sesuai dengan konteks kalimat yang bersangkutan. Selain itu, penggunaan kosakata bahasa jawa dimaksudkan untuk mendukung konteks situasi yang hendak dibangun dalam cerita. Terdapat 5 kosa kata khas bahasa Jawa yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.1.6 Kata Vulgar Berdasarkan kajian kata vulgar dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diambil simpulan bahwa kata vulgar memiliki nilai estetis tinggi jika digunakan sesuai dengan konteks kalimat yang bersangkutan. Selain hal tersebut, kata vulgar mampu mewakili ekspresi yang lebih tepat dan sesuai dengan realita yang biasa terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Terdapat 5 kata vulgar yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.1.7 Kata dengan Objek Realitas Alam Hasil analisis kata dengan objek realitas dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diambil kesimpulan bahwa kata dengan objek realitas alam memiliki nilai estetis tinggi jika digunakan sesuai dengan konteks kalimat yang bersangkutan. Pengarang tidak menggunakan banyak jenis kata ini dalam karyanya. Sebagai gantinya, pengarang menggunakan kata-kata lain untuk mendeskripsikan suasana perkotaan dengan segala hiruk-pikuk dan gemerlapnya. Terdapat 3 kata dengan objek realitas alam yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon.

7 3.1.2 Analisis Citraan Berikut hasil analisis citraan dalam Manusia Setengah Salmon yang meliputi tujuh jenis citraan, yaitu: 1) citraan penglihatan; 2) citraan pendengaran; 3) citraan perabaan; 4) citraan penciuman; 5) citraan gerak; 6) citraan pencecapan; dan 7) citraan intelektual. 3.1.2.1 Citraan Penglihatan Hasil analisis citraan penglihatan dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon menunjukkan bahwa kata citraan visual memiliki peranan penting dalam menentukan kemudahan pemahaman suatu situasi. Selain karena citraan penglihatan banyak dipakai, indra penglihatan merupakan salah satu indra yang paling efektif digunakan dalam memahami suatu situasi dan pelukisan fisik tokoh. Citraan penglihatan memiliki nilai estetis tinggi jika digunakan sesuai dengan konteks kalimat yang bersangkutan. Citraan ini merupakan citraan yang paling banyak dimanfaatkan oleh pengarang sebagai media pelukisan gagasan. Terdapat 8 citraan penglihatan yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.2.2 Citraan Pendengaran Berdasarkan hasil analisis citraan pendengaran dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon, dapat diungkapan bahwa citraan pendengaran berpengaruh besar dalam penciptaan suasana tenang, damai, dan bahkan menyeramkan. Latar belakang suasana perkotaan dengan segala hiruk-pikuknya tidak menghalangi pengarang untuk menciptakan berbagai suasana. Pengarang menggunakan citraan pendengaran dengan baik, sehingga tidak hanya untuk efek estetis yang timbul benar-benar terasa. Terdapat 5 citraan pendengaran yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.2.3 Citraan Perabaan Berdasarkan hasil analisis citraan perabaan dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon, dapat diungkapan bahwa citraan perabaan mendapatkan porsi yang paling sedikit disbanding citraan-citraan yang lain. Pada analisis di atas, citraan perabaan hanya digunakan untuk menunjukkan beragam

8 kontur dari berbagai hal. Dalam Manusia Setengah Salmon Radith menggunakan citraan perabaan untuk menghidupkan dan memberi efek estetis terhadap keadaan yang membutuhkan sentuhan dan rabaan. Terdapat 3 citraan perabaan yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.2.4 Citraan Penciuman Berdasarkan hasil analisis citraan penciuman dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manusia Setengah Salmon citraan penciuman digunakan sebagai pengungkap gagasan dan pelukisan berbagai keadaan. Citraan penciuman membuat keberagaman gagasan pengarang menjadi lebih mengesankan. Terdapat 4 citraan penciuman yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.2.5 Citraan Gerak Berdasarkan dari hasil analisis citraan gerak dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manusia Setengah Salmon citraan gerak digunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi, setting, dan proses. Pengarang menggunakan citraan gerak demi tujuan untuk mengungkpakna gagasan dan untuk memberikan efek estetis dalam karyanya. Terdapat 5 citraan gerak yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.1.2.6 Citraan Pencecapan Berdasarkan dari hasil analisis citraan pencecapan dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manusia Setengah Salmon citraan pencecapan cukup banyak digunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi dan kondisi tokoh. Dengan citraan pencecapan, tokoh-tokoh dalam Manusia Setengah Salmon mendapatkan berbagai penggambaran kondisi kejiwaan dari pengaruh rona makanan. Pengarang menggunakan citraan pencecapan untuk mengungkapkan gagasan dan untuk memberikan efek estetis dalam karyanya. Terdapat 5 citraan pencecapan yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon.

9 3.1.2.7 Citraan Intelektual Berdasarkan dari hasil analisis citraan intelektual dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat dikemukakan bahwa citraan intelektual dimanfaatkan secara optimal oleh Radith untuk mengungkapkan hasil pemikiran dan gagasan-gaggasnnya. Gagasan-gagasan mengenai esensi kehidupan dari berbagai permasalahan sosial baik dalam lingkup keluarga maupun masyarakat dideskripsikan secara jelas dengan menggunakan citraan intektual. Gambaran angan-angan yang diekspresikan melalui citraan intelektual tersebut digunakan secara serempak dan bersinambungan demi memperkuat makna dan menambah nilai estetisnya. Terdapat 5 citraan intelektual yang ada dalam kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon. 3.2 Makna Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Cerpen Manusia Setengah Salmon Berdasarkan analisis stilistika Manusia Setengah Salmon dengan memperhatikan latar sosiohistoris pengarang serta kondisi sosiokultural pada jaman modern saat ini, dapat dikemukakan bahwa Manusia Setengah Salmon mengandung berbagai gagasan multidimensi. Adapun gagasan-gagasan tersebut adalah sebagai berikut. 3.2.1 Dimensi Kultural Budaya yang sering dilakukan anak muda zaman sekarang adalah budaya alay atau menyukai segala sesuatu yang berlebihan. Budaya yang kini dilakukan oleh sebagian besar generasi muda bukanlah sebuah tradisi. Tidak bisa dipungkiri jika kebiasan-kebiasaan yang dilakukan selama kurun beberapa tahun terakhir telah mengakar kuat dalam jiwa dan pemikiran mereka. Behel yang pada awalnya digunakan sebagai alat untuk memperbaiki posisi gigi yang berantakan kini beralih fungsi menjadi alat untuk menambah gaya dan popularitas. Situasi tersebut tentunya menunjukkan bahwa anak muda jaman sekarang benar-benar menyalahgunakan fungsi berbagai macam hal. Sebagaimana behel tersebut yang beralih fungsi untuk mendongkrak popularitas.

10 3.2.2 Dimensi Sosial Sesuai dengan karya-karya yang selalu ditulis oleh Raditya Dika sebelumnya yang bertema anak muda dengan segala permasalahnnya, Manusia Setengah Salmon melanjutkan trend tersebut dengan memperhatikan setiap jengkal permasalahan yang terjadi baik dalam bersosialitas maupun dalam keluarga. Jujur adalah suatu sikap yang sangat sulit untuk dilakukan. Bahkan demi kebaikan pun untuk berkata jujur masih sangat sulit. Terkadang orang takut berkata jujur karena kejujuran itu terkadang menyakitkan. Namun apabila dipikir lebih jauh, tidak jujur malah akan membawa rasa menyakitkan yang berkelanjutan. 3.2.3 Dimensi Moral Permasalahan moralitas dalam keluarga tidak luput pula menjadi perhatian dan topik pebicaraan. Sebuah pemikiran konsep mandiri yang selalu diidam-idamkan oleh remaja menjadi gagasan yang diangkat ke permukaan oleh Radith. Ilustrasi tersebut terdapat dalam kutipan berikut. Sudah seharusnya setiap anak selalu membutuhkan orangtuanya. Hal ini disebabkan karena sebuah dukungan dari orangtua merupakan semangat dan motivator terbaik bagi anakanaknya untuk selalu melangkah kedepan. 3.2.4 Dimensi Gender Manusia Setengah Salmon tidak hanya memberikan sebuah gagasan atas kehiudpan sosial generasi muda dan keluarga namun juga memiliki gagasan dimensi jender didalamnya. Ibu Dika sebagai seorang ibu rumah tangga berperan aktif dalam keluarga. Hal ini membuktikan bahwa keputusan-keputusan vital dalam keluarga bisa diambil dan diputuskan oleh seorang wanita, tidak hanya selalu oleh pria saja. 3.3 Implementasi Tinjauan Stilitika dalam Kumpulan Cerpen Manusia Setengah Salmon Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA Hasil analisis dari kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon dapat diimplikasikan ke dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Materi pembelajaran sastra Indonesia tersebut diterapkan di kelas XI semester 2 (genap). Materi pembelajaran disusun berdasarkan standar isi yang berupa standar

11 kompetensi dan kompentesi dasar yang diterapkan pada kelas XI semester 2 (genap) sebagaimana berikut. Mata Pelajaran: Bahasa Indonesia Kelas/Semester: XI (Sebelas) /2 (Dua) Standar Kompetensi: 13. Memahami pembacaan cerpen Kompetensi Dasar: 13.2 Menemukan nilai-nilai dalam cerpen yang dibacakan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada Manusia Setengah Salmon, terdapat makna stilistika yang dapat dijadikan sebagai teladan. Makna stilistika tersebut adalah dimensi kultural, dimensi sosial, dimensi moral, dan dimensi jender. 4 Simpulan Berdasarkan analisis stilistika (diksi dan citraan) terhadap kumpulan cerpen Manusia Setengah Salmon karya Raditya Dika dapat disimpulkan sebagaimana berikut. Terdapat tujuh jenis diksi, yaitu kata konotatif, kata serapan dari bahasa asing, kata konkret, kata sapaan khas atau nama diri, kata vulgar, kosakata khas bahasa Jawa, dan kata dengan objek realitas alam. Citraan yang dapat ditemukan dalam analasis diatas antara lain adalah citraan visual, citraan gerak, citraan pencecapan, citraan intelektual, citraan suara, citraan perabaan dan penciuman. Makna stilistika Manusia Setengah Salmon meliputi dimensi kultural, sosial, moral, dan jender. Dimensi kultural menunjukkan bahwa Manusia Setengah Salmon terlahir atas dasar budaya galau dan alay di kalangan anak muda yang semakin menjadi-jadi. Dimensi sosial menunjukkan bahwa Manusia Setengah Salmon berisikan masalah-masalah sosial yang sering dialami oleh anak muda sekaligus berisi berbagai macam cara untuk bersikap dengan baik. Dimensi moral yang timbul dalam Manusia Setengah Salmon merupakan moralitas sikap anak terhadap orangtuanya. Dimensi jender dalam Manusia Setengah Salmon menunjukkan bahwa terdapat resistensi dari kaum wanita dalam menjalankan berbagai aktivitas kehidupan.

12 Implementasi makna stilistika dalam Manusia Setengah Salmon diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra Indonesia yang relevan. Makna stilistika dalam Manusia Setengah Salmon diharapkan dapat menjadi contoh yang baik dan dapat membentuk karakter siswa yang tidak mudah putus asa, pandai bersosialisasi, dan menyayangi orangtua. DAFTAR PUSTAKA Al-Ma ruf, Ali Imron. 2010. Kajian Stilistika Perspektif Kritik Holistik. Surakarta: Sebelas Maret University Press.. 2009. Stilistika: Teori, Metode, dan Aplikasi Pengkajian Estetika Bahasa. Surakarta: CakraBooks. Dika, Raditya. 2012. Manusia Setengah Salmon. Jakarta: Gagas Media. Keraf, Gorys. 1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. 2009. Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.