KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Oleh, Helga Theressia Uspessy

dokumen-dokumen yang mirip
LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

POLA ASUH IBU TUNGGAL GEREJA KRISTEN JAWA KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

PENGANTAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MASLOW. 02/02/2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. bernilai, penting, penerus bangsa. Pada kenyataannya, tatanan dunia dan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

MAKALAH TERAPAN. Penerapan Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Renungan Harian Kampus

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB I PENDAHULUAN. keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment),

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

KATEKISASI PRANIKAH (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang) Oleh,

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL

Alat Musik Dalam Adat dan Gereja. (Studi Terhadap Penggunaan Alat Musik di Jemaat GPM Soya Klasis Pulau Ambon) T E S I S

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SMP YBPK 4, Surabaya dari Perspektif Character. Education Partnership. Oleh, TIRSA BUDIARTI TESIS.

Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow Abraham Maslow membagi kebutuhan dasar manusia ke dalam lima tingkat berikut: 1. Kebutuhan fisiologis

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indra Dwi Handoko, 2013

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KESENDIRIAN & KESEPIAN DALAM MASA TUA Rohani, Februari 2013, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Sikap GKI TP Klasis Balim Yalimo Kepada Jemaat Beithel Polimo Kurima tentang pemberdayaan masyarakat di Era Otonomi Khusus

TESIS. Diajukan Kepada Magister Sosiologi Agama Fakultas Teologi UKSW untuk Memperoleh Gelar Magister Sains. Nirmala Ch. W. Sinaga

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

DUKUNGAN SOSIAL DALAM KEGIATAN SPIRITUAL UNTUK MENGATASI KESEPIAN PADA LANSIA DI DESA RANDUSARI TENGARAN SKRIPSI

MANAJEMEN KELAS MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

TEORI HIRARKI KEBUTUHAN

MEMAHAMI WARIWAA SEBAGAI SEBUAH PRANATA ADAT. matarumah di Negeri Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

PEMAHAMAN ORANG YAHUDI TERHADAP PENDERITAAN MENURUT KITAB AYUB DAN RELEVANSINYA BAGI PENDAMPINGAN PASTORAL KEDUKAAN TESIS

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU

PENGARUH SINDROM PRAMENSTRUASI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI KELAS XI DI SMK KRISTEN SALATIGA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

HARGA DIRI PADA KLIEN PASCA GAGAL GINJAL KRONIK SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN STRATEGI KOPING PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHTA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI SALATIGA SKRIPSI

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PENTINGNYA PERAN SAKSI DALAM PERNIKAHAN. (Suatu Tinjauan Terhadap Pendampingan Saksi Nikah di Jemaat GMIT Efata Benlutu) Oleh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. biasanya disebabkan oleh usia yang semakin menua (Arking dalam Berk, 2011). Dari masa

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

ANALISIS MOTIVASI BERWIRAUSAHA STUDI KASUS PADA MASYARAKAT SEKITAR KAMPUS UKSW. Oleh : SUSANTO DWI CAHYO KARTODINOTO NIM : KERTAS KERJA

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

PENGORBANAN ANAK DALAM II RAJA-RAJA 21:6 MENURUT PERSPEKTIF TEORI PENGORBANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

Pandangan Masyarakat Negeri Rumahtiga Tentang Kebersamaan Dalam Falsafah Sagu Salempeng Patah Dua Pasca Konflik 1999 T E S I S

PERILAKU REMAJA ANAK KANDUNG DAN ANAK ANGKAT DALAM KELUARGA DI KECAMATAN TELUK MUTIARA-ALOR (Suatu Kajian Dari Perspektif Erik Erikson) TESIS

Kalender Doa Januari 2016

PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Transkripsi:

KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA Oleh, Helga Theressia Uspessy NIM: 712013024 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) PROGRAM STUDI TEOLOGI FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018 i

LEMBAR PENGESAHAN KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA Oleh, HELGA THERESSIA USPESSY 712013024 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Disetujui oleh, Pembimbing I Pembimbing II Pdt. Dr. Jacob Daan Engel Pdt. Cindy Quartyamina Koan, MA Diketahui oleh, Kepala Program Studi, Disahkan oleh, Dekan, Pdt. Dr. Rama Tulus Pilakoannu Dr. David Samiyono Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2018 ii

iii

iv

v

Motto Janganlah seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu. (-1 Timotius 4:12-) Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value (-Albert Einstein-) Untuk papi dan mami, yang masih tetap disampingku. vi

KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas kasih, berkat dan tuntunan-nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Sains Teologi (S.si-Teol ) di Fakultas Teologi di Universitas Kristen Satya Wacana. Selama menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu, khususnya : 1. Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku pembimbing I sekaligus dosen Wali Studi selama kurang lebih 2 tahun ini sejak pengalihan Wali Studi. Terimkasih telah meluangkan waktu, tenaga dan kasih sayang untuk membimbing, memberikan semangat dan kritik kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir. 2. Pdt. Cindy Quartyamina Koan, MA, selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia memberi semangat, motivasi, kasih sayang dan masukan sehingga memampukan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini dengan, tetapi juga sebagai ibu yang mampu memberikan nasihat kepada penulis salam menyelesaikan semua proses ini. 3. Pdt. Mariska Lauterboom, MATS, selaku Wali Studi pertama selama kurang lebih 2 tahun diawal perkuliahan yang telah memberikan masukan, kasih sayang dan berbagai pengalaman untuk masa depan penulis. Tuhan Yesus memberkati Kak Ika dalam menyelesaikan Studi S3 yang sementara dijalani. 4. Seluruh dosen Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana yang tidak dapat disebutkan satu demi satu, untuk ilmu pengetahuan dan pengalaman vii

hidup yang berharga selama kurang lebih 4 tahun penulis berproses untuk menyelesaikan studi ini. Penulis juga bersyukur karena memiliki kesempatan untuk belajar dan mengenal seluruh dosen Fakultas Teologi UKSW yang nantinya berguna bagi masa depan penulis. Terimakasih juga kepada seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Teologi UKSW karena telah membantu melancarkan segala jenis keperluan administrasi yang penulis butuhkan. 5. Untuk kedua orang tua terhebat. Papi Andi Uspessy dan mami Nike Uspessy. Terimaksih kalian berdua masih tetap disamping penulis dan memberikan dorongan baik dari segi Materi, perhatian, kasih sayang, doa dan waktu untuk mendengar keluh kesah hati penulis selama berproses di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Doa penulis, Semoga Tuhan Yesus tetap memberkati kalian berdua. Terimaksih juga kepada adik tersayang Ricksal L Uspessy yang telah melengkapi seluruh usaha dan kerja keras penulis. Doa penulis, semoga engkau tetap tumbuh dalam Kasih Tuhan. 6. Keluarga besar Uspessy-Syatauw untuk setiap dukungan, semangat persaudaraan dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis selama ini. 7. Keluarga besar Fakultas Teologi angkatan 2013 yang telah memberikan inspirasi dan sejuta pengalaman berharga tentang arti sebuah persaudaraan selama kurang lebih 4 tahun kita bersama dan menjalani semua proses di Fakultas ini. Penulis percaya bahwa bukan tanpa alasan Tuhan mempertemukan kita di angkatan 2013. Karena kita semua adalah generasi muda bangsa yang selalu membutuhkan. Ingatlah selalu Motto Kita Aku Butuh Kamu, Kamu Butuh Aku. 8. Saudara-saudara terhebat: Ay, Elyn, Tya, Rezy dan semua saudara yang tidak dapat disebutkan satu demi satu yang telah mendoakan, memberi dukungan, menghapus kejenuhan, memberikan inspirasi, meredakan emosi selama masamasa perkuliahan dan proses penyelesaian tugas akhir ini. Termaksih yang sama kepada Sahabat terbaik Erli Njudang yang selalu memberikan bantuan dan perhatian dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Penulis berterimakasih viii

untuk persahabatan selama kurang lebih 4 tahun bersama berproses di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. 9. Keluarga besar Jemaat GKJ Sidomukti Salatiga dan Jemaat GPM Sarihalawane Klasis Kairatu Ambon yang telah memberikan kesempatan bagi penulis menyelesaikan seluruh rangkaian Praktek Pendidikan lapangan (PPL) yang dibuat oleh Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. 10. Panti Wredha Salib Putih Salatiga (pengurus panti dan lanjut usia) yang telah bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini tetapi juga pengalaman hidup yang berharga. 11. Keluarga besar Cemara II no 8: Kak ella, Kak Dyan, Kak Nona, Kak Mici, Novi, Marce dan Mega. Terimakasih karena telah menemani, berbagi keceriaan, dan memberikan motivasi bagi penulis selama belajar dan juga menyelesaikan tugas akhir ini. Terimakasih untuk kebersamaannya. akhi Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis sendiri, gereja, Panti Wredha, keluarga, masyarakat dan institusi yang terlibat dalam penulisan Tugas Akhir ini. Salatiga, 19 Januari 2018 Helga Theressia Uspessy ix

DAFTAR ISI Judul... i Lembar Pengesahan... ii Lembar Pernyataan Tidak Plagiat... iii Lembar Pernyataan Persetujuan Akses... iv Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Tugas Akhir Untuk Kepentingan Akademis... v Motto... vi Kata Pengantar... vii Daftar Isi... x Abstrak... xii 1. Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 6 1.5 Metode Penelitian... 6 1.6 Sistematika Penulisan... 7 2. Hiererki Kebutuhan Abraham Harold Maslow... 7 2.1 Pendahuluan... 7 2.2 Biografi Abraham Harold Maslow....8 2.3 Kebutuhan manusia berdasarkan hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow..... 10 2.3.1 Tingkat pertama, Kebutuhan fisik (Physiological Needs)... 11 2.3.2 Tingkat kedua, Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need... 13 2.3.3 Tingkat ketiga, Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The Belongingness Love)... 14 2.3.4 Tingkat keempat, Kebutuhan untuk dihargai (The Esteem Needs)... 15 x

2.3.5 Tingkat kelima, Aktualisasi diri... 16 3. Hasil Penelitian, Pembahasan dan Analisa... 17 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 17 3.2 Deskripsi dan analisis masalah kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih dari teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow... 19 3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Fisik... 19 3.2.2 Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman... 21 3.2.3 Pemenuhan Kebutuhan Kepemilikan dan Cinta... 24 3.2.4 Pemenuhan Kebutuhan Untuk dihargai... 27 3.2.5 Pemenuhan Kebutuhan Aktualisasi Diri... 29 4. Penutup... 32 4.1 Kesimpulan... 32 4.2 Saran... 33 4.3 Rangkuman... 35 DAFTAR PUSTAKA... 36 xi

KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA Abstrak Penelitian dan penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mengkaji upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia Kristen di Panti Wredha Salib Putih ditinjau dari teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. Penelitian ini didukung oleh fakta permasalahan yang terjadi di Panti Wredha Salib Putih terkait dengan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Melalui penelitian ini dimaksudkan mengkaji upaya pelaksanaan pemenuhan kebutuhan terhadap lanjut usia Kristen yang berada di lingkungan Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Hasil dari penelitian ini adalah Panti sebagai sebuah lembaga sosial yang menampung lanjut usia telah melakukan tugas dan tanggungjawabnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan lanjut usia tingkat pertama sampai tingkat kelima menurut teori Abraham Harold Maslow- namun hal ini tidak berjalan dengan maksimal karena berbagai faktor. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu kendala operasional, keterbatasan ekonomi, keterbatasan tenaga, keterbatasan cara pandang pihak pengelola panti. Begitu juga kurang optimalnya partisipasi dari para lansia sendiri dalam upaya pemenuhan kebutuhan keseharian mereka yang beragam. Penelitian ini direkomendasikan kepada pengelola/pengurus Panti Wredha Salib Putih, para lansia dan keluarga bahkan siapa saja untuk semakin memberikan perhatian yang lebih optimal terkait dengan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Kata Kunci: Pengelola Panti Wredha, upaya pemenuhan kebutuhan lansia lima kategori, dan teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. xii

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap manusia sedang dan akan terus mengalami perkembangan. Perkembangan fisik menunjukan suatu proses tertentu, yaitu proses yang menuju ke arah yang lebih maju dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia akan terjadi perubahan sedikit demi sedikit yang bersifat tetap. Tahap perkembangan dimulai dari masa kanak-kanak sampai pada masa lanjut usia. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dalam sebuah lingkungan sosial yang meliputi semua manusia yang berada dalam lingkungan hidup itu. 1 Dengan demikian setiap manusia dalam kehidupannya akan secara bertahap menuju pada proses akhir yang dapat kita sebut sebagai lanjut usia (lansia). Manusia, temasuk lanjut usia diharapkan untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial dimana ia hidup. Hubungan ini dapat dibangun dengan keluarga, sahabat dan teman kerja. Mengawali pembahasan tentang kehidupan dan kebutuhan lanjut usia, penulis akan menjelaskan apa yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia). Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses perkembangan manusia. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia dari 60 tahun ke atas. Batasan usia bagi lanjut usia dari waktu ke waktu berbeda. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) batasan usia itu meliputi usia pertengahan (middle age) yang terdiri dari kelompok usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) terdiri dari usia antara 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) terdiri dari usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) terdiri dari usia di atas 60 tahun. 2 Dengan demikian lanjut usia merupakan sebuah kondisi ketika seseorang seharusnya memperoleh hasil dari apa yang ia kerjakan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan mengalami kemunduran secara perlahan baik fisik, mental, maupun sosial sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari. Dengan kata lain, lanjut usia adalah proses degenerasi yang 1 IKIP Semarang Press, Psikologi Perkembangan (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP, 1989), 118. 2 Ferry Efendi & Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas (Jakarta: Salemba Medika, 2009), 243. 1

dialami manusia. Lanjut usia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjutan dari proses kehidupan seseorang yang ditandai oleh penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. 3 Perubahan-perubahan ini sesuai dengan hukum kodrat manusia yang umumnya dikenal dengan istilah menua. Perubahan tersebut dapat memengaruhi struktur tubuh dari aspek fisik, psikis, dan motorik. 4 Perubahan fisik yang sangat nampak pada lanjut usia ialah kulit menjadi keriput dan kering, rambut beruban dan rontok, penglihatan mulai menjadi kabur, pendengaran mulai tidak jelas, tulang menjadi keropos karena mengalami osteoporosis, gigi hilang dan gusi menyusut, tulang belakang membungkuk, kekuatan dan ketangkasan tubuh melemah, sistem kekebalan tubuh melemah, sehingga kaum lanjut usia rentan terhadap berbagai penyakit seperti kanker dan radang paru-paru. Perubahan psikis kaum lanjut usia dapat dilihat ketika terjadi perubahan dalam sistem belajar, berpikir, kreatifitas, dan rasa humor. Sedangkan aspek motorik dilihat ketika adanya perubahan terhadap kecepatan, kekuatan, belajar ketrampilan baru dan kekakuan. 5 Dengan demikian Kemunduran dan ketidakberfungsian ketiga aspek ini menjadikan kaum lanjut usia tidak dapat membangun relasi yang baik dengan orang lain sehingga kebutuhan fisik, dan psikis mereka tidak terpenuhi secara baik. Menurut Elizabeth B. Hurlock terdapat dua kenyataan lain yang harus dihadapi oleh kaum lanjut usia yaitu perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Perubahan sosial terjadi ketika peran kaum lanjut usia menjadi berkurang dan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Sedangkan perubahan ekonomi terjadi ketika kaum lanjut usia hanya bergantung secara finansial pada uang pensiun atau keluarga. 6 Dengan demikian, perubahan yang dialami oleh kaum lanjut usia dapat menimbulkan perasaan tersisih dan tidak dibutuhkan lagi karena mereka dianggap sebagai mahkluk yang tidak berdaya sehingga mereka membutuhkan kepedulian dari pihak lain. Selain 3 Efendi & Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas.., 243. 4 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), 380. 5 Ani Marni & Rudi Yuniawati, Hubungan antara Dukungan Sosial dan Penerimaan Diri pada Lansia di Pati Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan 1 (Juli 2015): 1-2 6 Enda Puspita Sari & Sartini Nuryoto, Penerimaan Diri Pada Lanjut Usia Ditinjau dari Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada 2, 73-88 (2002): 74. 2

itu ketidakikhlasan menerima kenyataan baru, misalnya penyakit yang tidak kunjung sembuh bisa jadi membuat mereka merasa putus asa. Selain itu juga ekonomi, mereka tidak lagi memiliki pengahasilan sendiri untuk membiayai hidup mereka sehingga hanya bergatung pada uang pension. Maslow dalam bukunya menuliskan pengalaman cinta terutama terdiri dari kelemahlembutan dan kasih sayang dengan penuh kegembiraan, kebahagiaan, kepuasaan, kebanggaan bahkan perasaan yang meluap-luap. Ada kecenderungan untuk berdekatan, mengadakan kontak yang lebih mesra untuk mengelus-elus dan merangkul orang yang dicintai. 7 Dengan demikian setiap manusia tanpa terkecuali harus mampu untuk memenuhi kebutuhan ini. Setiap manusia ditakdirkan untuk mampu membangun relasi, dicintai dan mencintai dengan orang-orang disekelilingnya termasuk lanjut usia namun hal ini tidak dirasakan oleh lanjut Usia yang hidup dalam lembaga-lembaga kesejahteraan sosial seperti Panti Wredha. Mereka ini adalah bentuk ketidakpedulian cinta dari orang-orang yang dicintainya. Secara umum, lanjut usia juga bagian dari masyarakat dan mahkluk sosial yang selalu ingin bertemu, berinteraksi, dan saling membutuhkan terutama dalam keluarga. Namun seiring berjalannya waktu hubungan itu akan berkurang dan menjadi sebuah tantangan baru bagi kaum lanjut usia. 8 Kondisi ini dikarenakan oleh berkurangnya kedekatan bahkan terpisah secara fisik dengan orang-orang yang dicintainya seperti anak-anak ataupun pasangan hidup yang selalu menemani mereka. Sebagai manusia, menjadi tua itu menghadirkan ketakutan dikarenakan dua alasan: pertama, ketakutan menghadapi kesendirian atau kesunyian. Kedua, ketakutan mengahadapi kematian dan atau ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintai. Situasi ini berakibat pada semakin menurunnya kondisi fisik dan psikis para lanjut usia, sehingga mereka hanya bisa pasrah dengan keadaan atau malah mengalami depresi. 9 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia kadang sulit beradaptasi 7 Abraham Maslow, Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hierarki Kebutuhan Manusia, cetakan pertama (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1970), 208. 8 Ratriana Y. E. Kusumiati, Tinggal Sendiri dimasa Lanjut Usia. Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana 1 (Januari 2009): pp 24-25 9 Astuti, Vitaria Wahyu. "Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Posyandu Sejahtera Gbi Setia Bakti Kediri." Jurnal Penelitian STIKES Kediri 3.2 (2012): pp-85. 3

(bukan berarti tidak bisa) dengan lingkungan maupun suasana yang baru di panti yakni kurangnya kepedulian dari orang-orang terdekat, kurang kasih sayang dari keluarga, kekosongan, rasa tidak dibutuhkan lagi dan merasa kesepian. Rasa kesepian dan kehilangan karena keterpisahan dengan anak-anak dan orang-orang yang dicintainya, terlebih lagi ketika keluarga tidak mampu mengurus mereka dapat memungkinkan mereka memilih tempat untuk mengobati rasa kesepian. Intinya, kaum lanjut usia membutuhkan sebuah komunitas yang dapat mendukung keberadaan mereka. Inilah sebabnya beberapa orang dari kaum lanjut usia memilih tinggal di Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia atau yang sering dikenal sebagai Panti Wredha. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia merupakan salah satu lembaga yang menangani kehidupan para lanjut usia. Sasaran utama dari lembaga ini ialah lanjut usia. Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia ini didirikan dengan tujuan agar kaum lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman, tentram dan sejahtera; terpenuhinya kebutuhan lanjut usia, baik jasmani maupun rohani dan terwujudnya kualitas pelayanan. Ada beberapa Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia di kota Salatiga yang menampung kaum lanjut usia, baik itu yang didirikan sendiri maupun panti sosial yang mendapat dana dari pemerintah. Salah satunya ialah Panti Wredha Salib Putih yang bernaung di bawah Yayasan Sosial Kristen Salib Putih. Panti ini dimiliki oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang bernaung di bawah GKJ (Gereja Kristen Jawa), oleh karena itu pemenuhan kebutuhan akan dapat membantu kehidupan lanjut usia dari sisi rohani dan jasmani karena upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia bertujuan untuk menunjukkan sikap peduli, mengasihi, mencintai dan memperhatikan sesama dalam lingkungan gereja, keluarga maupun masyarakat. Dengan demikian kepedulian dalam upaya pemenuhan kebutuhan dan pendampingan dipandang penting sebagai perwujudan dari hakekat keberadaan dan peradaban manusia secara universal atas dasar kerahiman Allah sebagai gambar imago Dei. 10 Ini berarti bahwa Yayasan Sosial Panti Wredha Salib 10 Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral.(Yogyakarta: Diandara Pustaka Indonesia), 37. 4

Putih hadir untuk semua orang dalam segala bentuk pelayanan, salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan bagi kaum lanjut usia karena mereka juga adalah gambar dan rupa Allah. Berdasarkan gambaran di atas dapat dikatakan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia yang efektif dan profesional sangatlah dibutuhkan karena ternyata berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung upaya pemenuhan kebutuhan baik dari sisi rohani maupun jasmani tidak berjalan dengan maksimal. Dengan demikian, inilah alasan bagi penulis memilih judul tugas akhir KAJIAN HIERARKI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN LANJUT USIA DI PANTI WREDHA SALIB PUTIH SALATIGA. Dengan judul ini penulis bermaksud melakukan kajian atas kebutuhan kaum lanjut usia berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow serta bagaimana gereja dan teologi memberi tanggapan terhadap dinamika kebutuhan kaum lanjut usia. Penulis berkepentingan untuk mengambil judul ini karena tiga alasan yaitu pertama, kajian atas kebutuhan lanjut usia masih sangat jarang ditemui. Kedua, kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga adalah kelompok yang memiliki kompleksitas kebutuhan oleh karenanya membutuhkan kepedulian dari pihak lain. Ketiga, gereja hadir ditengah-tengah dunia untuk melayani semua orang tak terkecuali kaum lanjut usia. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga terpenuhi, dikaji dari teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga darian teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow. 5

1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif bagi para pembaca baik secara teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperkaya dan memperlengkapi kajian ilmiah terhadap upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia Kristen di Panti Wredha Salib Putih. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Pengembangan pelayanan Gereja dan Yayasan Sosial Salib Putih yang aplikatif dan relevan bagi kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih. 1.5 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan metode desktiptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 11 Metode kualitatif yang didasarkan pada deskripsi yang jelas dan detail, maka penyajian atas temuan akan sangat kompleks, rinci dan komprehensif sesuai dengan fenomena yang terjadi. 12 Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial dan perasaan orang lain yang paling utama ialah untuk memastikan suatu kebenaran data sosial. 13 Dengan demikian dalam proses pengambilan data, teknik yang digunakan berupa observasi dan wawancara yang mendalam. Subjek penelitian yang akan diwawancarai ialah para lansia di panti Wredha Salib Putih Salatiga yang memiliki kriteria sebagai berikut: Pertama, lanjut usia yang memiliki umur sekitar 65-90 Tahun. Kedua, kaum lanjut usia yang telah menetap di Panti Wredha Salib Putih ± dua tahun ke atas. Ketiga, kaum lanjut usia yang masih mampu untuk berkomunikasi dalam hal ini 11 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rem7u6yaja Rosdakaria, 1998), 3. 12 Noman K. Denzin dan Yyonna S. Lincoln, The Sage Handbook of Qualitative Research I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), xviii. 13 Eko Sugiato, Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif Skripsi dan Tesis (Yogyakarta: Suaka Medika, 2015), 9-11. 6

berbicara dan mendengar dengan baik. Keempat, Pengurus Panti yang menjabat sebagai pempinan panti sebagai partisipan tambahan. 1.6 Sistematika Penulisan Penulis membagi tulisan ini kedalam lima bagian. Bagian pertama, tentang pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bagian kedua, tentang teori Abraham Maslow yang meliputi lima kebutuhan manusia. Bagian ketiga, tentang temuan hasil penelitian yang meliputi deskripsi masalah kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga dan analisa tentang upaya pemenuhan kebutuhan lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham Harold Maslow. Bagian keempat, tentang penutup yang meliputi kesimpulan berupa temuan, saran, kontribusi, dan rekomendasi untuk penelitian yang mendatang. 2. Hierarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow 2.1 Pendahuluan Pada umumnya untuk dapat mempertahankan hidup, manusia harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi semua aspek kebutuhan mereka dimulai dari bayi sampai pada masa lanjut usia (lansia). Bagi beberapa orang kehadiran lanjut usia dalam masyarakat, jemaat dan keluarga seringkali menjadi masalah dan tantangan, sehingga lanjut usia terkadang dipandang rendah dan dikucilkan karena tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari atau bahkan susah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sendiri. Lanjut usia merupakan priode penutup dalam rentang hidup seseorang, artinya bahwa seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. 14 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada masa ini seseorang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri baik dari segi fisik (makan, dan minum), kebutuhan akan rasa aman (bebas dari rasa takut dan bahaya), kebutuhan pemilikan dan cinta, 14 Yudrik Jahya, Psikologi Perkembangan (Jakarta: Kencana, 2011), 253. 7

kebutuhan untuk dihargai, dan yang terakhir aktualisasi diri yang baik. Perlu disadari bahwa meskipun ini merupakan masa terakhir dari seluruh kehidupan manusia, lanjut usia juga harus memenuhi kebutuhannya untuk tetap mempertahankan hidupnya sehingga mereka membutuhkan orang lain (keluarga/orang-orang disekeliling) untuk dapat memenuhi kebutuhan mereka mulai dari tingkat dasar sampai pada kebutuhan yang tertinggi. 2.2 Biografi Abraham Harold Maslow Sebelum melihat teori hierarki kebutuhan yang digagas oleh Abraham Maslow terlebih dahulu penulis akan memaparkan secara singkat biografi dari Abraham Harold Maslow. Abraham Harold Maslow lahir pada tanggal 1 April 1908 di Broklyn, New York. Ia adalah anak tertua dari tujuh anak seorang imigran Yahudi dan Rusia yang miskin dan tak terdidik. Berhubung Maslow adalah satu-satunya anak Yahudi dilingkungan tetangganya, Maslow merasa kesepian dan tidak bahagia. Masa kecilnya ia habiskan bersama buku-buku. Maslow merasa bahwa ia terisolasi dan tidak bahagia sehingga ia tumbuh di dalam perpustakaan tanpa teman sebaya selain kata dan kalimat. 15 Namun rupanya tidak seluruh tahun-tahun pertama kehidupannya dihabiskan untuk menyendiri dan belajar karena Maslow juga memiliki pengalaman di dunia praktis yaitu ia mulai bekerja sebagai pengantar korban. Selain itu juga hampir seluruh liburan musim panas ia habiskan untuk bekerja pada perusahan milik keluarga yang masih dikelola oleh saudara-saudaranya. Usaha itu kini berupa perusahaan pembuat drum yang besar dan sukses yang dikenal dengan nama Universal Containers, Inc. 16 Masalah hidup yang dialami oleh Maslow tidak semuanya berasal dari luar rumah karena pada saat itu ia diperhadapkan dengan sang ayah yang suka mabukmabukan, pencinta wanita dan perkelahian. Maslow sendiri dianggap sebagai anak 15 Matthew H. Olson dan B.R. Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 827. 16 Frank G. Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 29. 8

bungsu yang jelek oleh ayahnya sendiri. Selain itu yang menjadi alasan bagi kepahitan Maslow yaitu ibunya yang amburadul dalam mengurus rumah tangga. Maslow sendiri menggambarkan ibunya sebagai sosok wanita yang kejam, tidak peduli dan tidak memiliki kasih sayang terhadap keluarga. 17 Setelah melihat kisah Abraham Harold Maslow, maka dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanannya sangat tidak bahagia. Melewati masa kanak-kanak yang menyedihkan tidak membuat prestasi sekolahnya menurun. Maslow menjadi salah seorang sisiwa yang memiliki prestasi mengagumkan disekolahnya sewaktu ia bersekolah di Broklyn. Pilihannya didasarkan pada dua hal yaitu masalah kemanusiaan dan ketidaksabarannya mewujudkan sesuatu yang nyata. Maslow selalu menjadi mahasiswa yang berhasil selama ia berkuliah. 18 Masalah yang dialami oleh Maslow baik dari dalam maupun luar keluarganya membentuk sikap dan tindakan Maslow, paling khusus berpengaruh pada pemikirannya sendiri. Setelah menikah kehidupannya berubah menjadi bahagia sampai kematiannya. Dalam kehidupannya Maslow tetarik dengan psikologi behaviorisme yang dikemukakan oleh J. B Waston. 19 Banyak hal yang mempengaruhi pemikiran Maslow termasuk juga pengalamannya dengan suku Indian Northern Blackfoot di Alberta Canada. Di sana terjadi permusuhan dan perkelahian antar warga suku. Selain itu juga ia mengamati bahwa anak-anak jarang dihukum secara fisik. Orang-orang Indian sangat memandang rendah orang-orang kulit putih karena mereka sering bertindak kasar (kejam) terhadap anak mereka sendiri. 20 Biografi di atas sangat berpengaruh terhadap teori-teori yang dikemukakan oleh Maslow salah satunya ialah teori hierarki kebutuhan yang sampai saat ini masih digunakan untuk menganalisa setiap kebutuhan manusia. Jadi jelas bahwa hierarki kebutuhan tidak selamanya bergantung pada pemenuhan kebutuhan dasar bahwa jika 17 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan..,827. 18 Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow (Yogyakarta: Kanisus, 2014), 24. 19 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan..,831. 20 Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow), 31-32. 9

kebutuhan ditingkat terendah sudah terpenuhi maka seseorang mampu mencapai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Dengan kata lain hierarki yang dimaskud Maslow menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan tergantung dari seberapa besar potensi dan motivasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut bukan bergantung pada tahapan-tahapan kebutuhan. Hal ini dibuktikan oleh Maslow melalui biografi diatas. 2.3 Kebutuhan Manusia berdasarkan Hierarki Kebutuhan Abraham Harold Maslow Bagi Abraham Maslow manusia adalah suatu keutuhan yang menyeluruh dan mempunyai kebutuhan berjenjang lima, mulai dari kebutuhan fisiologis tubuh, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan akan penghargaan dan yang terakhir adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. 21 Kebutuhan-kebutuhan di atas merupakan inti dari kodrat manusia, hanya saja mereka lemah, mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar, atau tradisi yang keliru. 22 Dengan demikian, Hal ini juga yang dialami oleh kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih. Lanjut usia sangat sulit untuk memenuhi kebutuhankebutuhan mereka karena mereka sendiripun adalah orang-orang yang lemah dan mudah diselewengkan. Selain itu juga tradisi dari pemikiran manusia yang keliru menganggap lanjut usia adalah masalah dan tantangan sehingga dapat kita temui dalam lembaga sosial kesejahteraan lanjut usia orang-orang tua yang dengan sengaja dititipkan atau diserahkan. Teori ini dapat diterapkan pada seluruh aspek kehidupan pribadi manusia serta kehidupan sosial. Pada dasarnya suatu tindakan atau suatu keinginan yang sadar memiliki berbagai motivasi, artinya bahwa seluruh pribadi yang digerakan oleh motivasi untuk mencapai keinginan bukan hanya sebagian dari orangnya namun seluruh dari orang itu sendiri. Untuk itulah diperlukan pemenuhan kebutuhan yang baik bagi setiap manusia termasuk juga lanjut usia. Tidak dapat dipungkiri bahwa 21 Abraham Maslow, Psikologi Sains: Tinjauan Kritis Terhadap Psikologi Ilmuan dan Ilmu pengetahuan Modern (Jakarta Selatan: Teraju, 2004), vii. 22 Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.. 70 10

dalam pemenuhan kebutuhan itu manusia memiliki cara-cara tersendiri untuk mencapai tujuan hidupnya termasuk juga lanjut usia. Menurut Maslow, manusia memiliki sejumlah kebutuhan yang sifatnya instingtoid, atinya bawaan sejak lahir. Maslow mengasumsikan bahwa kebutuhan kita tersusun dalam sebuah hierarki berdasarkan potensi pemenuhannya. Kebutuhan di hierarki lebih rendah lebih kuat dari pada yang di atasnya dan sebaliknya kebutuhan di hierarki lebih tinggi lebih lemah. 23 Dengan demikian dapat dikatakan sebagai mahkluk berkebutuhan manusia sudah seharusnya berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya baik itu usaha dari dalam diri bahkan juga dorongan dari orang lain. Secara umum Maslow menguraikan kelima tingkatan kebutuhan ini sebagai berikut: 2.3.1 Tingkat pertama, Kebutuhan fisik (Physiological Needs). Maslow dalam bukunya menuliskan bahwa kebutuhan pada tingkat pertama ini merupakan titik tolak teori motivasi karena berhubungan dengan dorongan fisiologis. 24 Artinya bahwa Kebutuhan ini adalah kebutuhan pokok setiap individu, yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan fisik manusia. Bagian pertama ini berbicara tentang kebutuhan mendasar dalam seluruh kehidupan manusia yang berhubungan dengan aspek biologis seperti kebutuhan akan oksigen, makanan dan air. Penelitian terakhir menunjukan ada dua faktor yang mempengaruhi kebutuhan tingkat pertama ini yaitu pertama, perkembangan Homesitas yang menunjuk pada usaha otomatis dalam tubuh untuk mempertahankan aliran darah yang konstan dan normal. Kedua adalah selera yang merupakan pilihan makanan yang disukai. Apabila seorang kekurangan zat kimia maka ia akan mengembangkan suatu selera khusus bagi kebutuhan yang kurang itu. 25 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki dua faktor yang mampu mendorongnya untuk memenuhi 23 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., 839. 24 Abraham H. Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Presindo, 1993), 43. 25 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat.,43-44. 11

kebutuhan pada tingkat pertama ini terkhususnya kebutuhan akan makanan dan minuman. Wirakusuma dalam bukunya menuliskan salah satu fenomena yang lazim dikeluhkan oleh lanjut usia berkaitan dengan proses penuaan yaitu hilangnya selera makan atau menyukai makanan yang rasanya tajam, hal disebabkan oleh terjadinya penurunan sensitivitas indera perasa atau pembau. 26 Dengan kata lain, kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan sehingga lansia membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisiknya ini. Adapun asupan gizi yang harus dipenuhi lansia dalam kehidupannya antara lain: Energi, Protein, Vitamin A, Vitamin B1 (Thianim), Vitamin B2 (Riboflavin), Vitamin B3 (Niasin), Vitamin B12, Asam folat, Vitamin, Kalsium, Fosfor, Besi, Seng dan Lodium Ada tiga hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi gizi kebutuhan lanjut usia yaitu pertama, Asupan gizi disesuaikan dengan tingkat aktivitas dan kondisi kesehatan. Kedua, tekstur makanan disesuaikan dengan kemampuan pencernaan lansia. Ketiga, penyajian makanan (cara, waktu dan jenis) disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologi lansia. 27 Dengan demikian untuk menciptakan kesehatan lansia secara optimal dan pemuasan kebutuhan pada tingkat pertama ini para lansia dan para perencana harus mengatur pola hidup sehat melalui asupan gizi yang teratur untuk lansia. Dari teori gizi diatas sudah selayaknya setiap manusia termasuk lansia harus memperhatikan kesehatan tubuh mereka melalui kebutuhan tingkat pertama ini. Beberapa hal ini kalau tidak dipenuhi dengan baik maka manusia tidak dapat hidup. 28 Menurut Maslow jika kebutuhan-kebutuhan pada tingkat pertama ini telah dipuaskan maka akan muncul kebutuhan yang baru lagi. Inilah yang disebut dengan kebutuhan dasar manusia yang diatur dengan hierarki kekuatan yang bersifat relatif. 29 Dengan 26 Ema S Wirakusumah, Menu Sehat Untuk Lanjut Usia, (Jakarta: Puspa Swara Anggota IKAPI, 2001), 2. 27 Wirakusumah, Menu Sehat Untuk Lanjut Usia..,15. 28 Hendro Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow (Yogyakarta: Kanisus, 2014), 40. 29 Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow..,72. 12

demikian, kedua faktor diatas harus dipenuhi untuk kebutuhan pada jenjang pertama ini sehingga manusia mampu mempertahankan hidupnya. 2.3.2 Tingkat kedua, Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs). Kebutuhan yang dapat dikategorikan sebagai kebutuhan akan rasa aman yaitu keamanan, stabilitas, ketergantungan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut, dan kekacauan, kebutuhan akan struktur, keteraturan, hukum, batasan, kuat dalam perlindungan dan sebagainya. Menurut Maslow manusia sangat membutuhkan rasa aman dalam hidupnya terkhususnya rasa aman dari bahaya dan ancaman. Ketika seseorang berada dalam zona yang tidak aman maka ia mencari pelindung yang dianggap dapat memberikan rasa aman. Biasanya hal ini dijumpai dikalangan anakanak. 30 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat kedua ini merupakan hak manusia untuk terhindar dari bahaya dan ancaman dalam kehidupannya. Selain itu juga kebutuhan ini ialah keinginan akan rutinitas dan aktivitas yang tidak terganggu. Kebutuhan pada tingkat kedua ini dapat kita lihat pada orang-orang neurotis, orang-orang yang secara ekonomis dan sosiologis merasa tertekan, menghadapi keadaan sosial yang kacau, revolusi dan kehancuran wewenang. 31 Dengan demikian, orang-orang yang mengalami masalah seperti pada contoh diatas membuktikan bahwa tidak semua orang beruntung memiliki rasa aman dalam kehidupannya sehingga banyak juga yang mengalami masalah pada tingkat kedua ini. Kebutuhan akan rasa aman juga sangat dibutuhkan oleh kaum lanjut usia karena mereka adalah orang-orang yang perlu untuk dilindungi apalagi ketika mereka telah hidup terpisah dari kehidupan keluarganya dan memilih untuk melanjutkan hidup mereka di lembaga-lembaga sosial lanjut usia. Lanjut usia yang tinggal pada lembaga-lembaga sosial adalah mereka yang secara ekonomis dan sosiologis merasa tertekan, menghadapi keadaan sosial yang kacau. Keadaan sosial yang kacau dalam 30 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., 40. 31 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,51. 13

pengertian kebutuhan lanjut usia berarti hubungan antar keluarga yang tidak harmonis. Melihat seluruh keberadaan lanjut usia maka sudah selayaknya mereka mencari pelindung terdekat mereka yang dianggap kuat untuk mengatasi rasa ketakutan dan kegelisahan mereka. Pemenuhan kebutuhan rasa aman memastikan individu bahwa mereka tinggal dilingkungan yang bebas dari bahaya, rasa takut dan kekacauan. 32 Dengan demikian, dalam situasi seperti ini maka, sudah selayaknya lanjut usia mencari pelindung terdekat mereka yang dianggap kuat untuk mengatasi rasa ketakutan dan kegelisahan mereka di Panti Wredha yang merupakan tempat baru bagi mereka. 2.3.3 Tingkat ketiga, Kebutuhan akan kepemilikan dan cinta (The Belongingness Love). Jika kedua tingkatan di atas telah terpenuhi maka kebutuhan akan kepemilikan dan cinta juga harus dimiliki oleh setiap manusia. Cinta yang dimaksudkan bukan semata-mata hubungan seks karena seks dianggap sebagai kebutuhan fisik namun cinta yang dimaksukan lebih dari pada itu. 33 Kebutuhan akan cinta meliputi kehidupan yang saling memberi dan menerima perhatian orang lain. Menurut Maslow manusia adalah mahkluk sosial yang hidup bersama dengan orang lain. Kebutuhan ketiga ini dapat ditemukan pada orang-orang yang haus akan hubungan yang penuh kasih dengan teman, kekasih, suami/istri dan anaknya. Masalah-masalah yang sering ditemui dalam kebutuhan ini adalah anak yang terlalu sering berpindah tempat karena mobilitas dan industrialisasi, keadaan yang tidak menentu, adanya rasa benci terhadap seseorang. 34 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat ketiga ini ada masalah hubungan dan relasi dengan orang lain. Salah seorang guru kepemimpinan dunia John Maxwel menekankan bahwa relasi yang baik merupakan fondasi dari semua pencapaian hidup. 35 Relasi AKU- 32 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., 841. 33 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., 41. 34 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,52. 35 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., 124. 14

ENGKAU ( I-Thou ) menurut Bubber dalam bukunya I And Thou merupakan relasi antara persona (manusia sebagai mahkluk yang bermartabat). Relasi dimana AKU menyapa ENGKAU sebagai pribadi dan ENGKAU menyapa AKU sebagai pribadi juga. AKU tidak memperalat ENGKAU tapi AKU menjumpai ENGKAU apa adanya. 36 Oleh karena itu kebutuhan itu mengharuskan setiap manusia agar dapat bersosialisasi dengan orang lain. Aspek dalam kebutuhan ini adalah pertemanan, persahabatan, dukungan keluarga, pengidentifikasian diri dengan kelompok dan hubungan intim. 37 Dengan demikian, ini merupakan sebuah relasi atau hubungan yang tepat untuk mempererat persahabatan dan kekeluargaan. Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi maka individu akan merasa kesepian dan hampa. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara kedua orang, termasuk sikap saling percaya. Satu hal yang ditekankan oleh Maslow dalam bukunya ialah cinta bukan sinonim dari seks. 38 Seingkali cinta menjadi rusak jika salah satu pihak merasa takut jika kelemahannya terungkap. Karl Menninger menjelaskan bahwa cinta menjadi rusak bukan saja dari perasaan yang tidak dihargai tetapi juga oleh rasa takut. 39 Lanjut usia sangat membutuhkan orang lain untuk mampu mewujudkan kebutuhan yang satu ini. Namun seringkali apa yang dialami oleh mereka tidak semuanya sama. Mereka merasa sendiri tidak ada orang yang mencintai mereka sehingga mereka terpaksa diungsikan ke lembaga sosial. Pemenuhan kebutuhan cinta sampai saat ini merupakan sesuatu yang sulit untuk dicapai terutama bagi lanjut usia. 2.3.4 Tingkat keempat, Kebutuhan untuk dihargai (The Esteerm Needs). Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi kebutuhan akan penghargaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, 36 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow..,130. 37 Olson dan Hergenhahn, Pengantar Teori-Teori Kepribadian:Edisi Kedelapan.., 841. 38 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,55. 39 Goble, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.., 76. 15

ketidaktergantungan dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan. 40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebutuhan pada tingkat keempat ini berhubungan dengan dua hal yaitu diri sendiri dan orang lain untuk dapat mencapai tujuan akan penghargaan diri. Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya pada diri sendiri, nilai, kekuatan, kapabilitas dan perasaan dibutuhkan serta bermanfaat bagi dunia namun sekaligus menimbulkan perasaan lemah dan tidak berdaya ketika seseorang tidak mendapat respon dan motivasi yang diharapkan dari orang lain. Harga diri yang paling baik dilandaskan pada penghargaan yang dari orang lain dan bukan dari ketenaran atau kemasyuran. 41 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meskipun harga diri dapat diperoleh dari dua kemungkinan namun yang baik adalah dieroleh dari pengakuan orang lain. Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut bahwa pemenuhan kebutuhan akan penghargaan diri manghasilkan dampak psikologis berupa rasa percaya diri, bernilai kuat, mampu memadai. Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak tercapai maka akan menghasilkan perasaan minder, lemah, putus asa, atau bahkan rasa takut. 42 Oleh karena itu meskipun lanjut usia adalah masa akhir dari hidup manusia namun mereka juga membutuhkan sebuah pengakuan dan penghargaan oleh orang-orang disekeliling terutama keluarga. 2.3.5 Tingkat kelima, Aktualisasi diri (Self Actualization). Meskipun semua kebutuhan telah terpenuhi namun masih saja ada perasaan ketidakpuasaan dan kegelisahan yang akan berkembang. Dalam kebutuhan ini dijelaskan bahwa setiap orang harus dapat mengaktualisasikan dirinya berupa karyakarya yang dibuatnya. Aktivitas ini yang nantinya akan membuat seseorang menjadi 40 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., 76. 41 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,56 42 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.. 42. 16

tentram. Kebutuhan ini dapat disebut sebagai perwujudan diri. 43 Dengan demikian setiap orang harus memiki aktivitas pribadi untuk dapat menemukan perwujudan dirinya. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk melakukan apa yang menjadi tujuan kelahiran atau penciptaannya. Pencapaian aktualisasi diri mampu membawa manusia sampai pada sifat tertingginya. 44 Lanjut usia membutuhkan akan aktualisasi diri yang baik. Dengan demikian muncullah kebutuhan terakhir ini berdasarkan suatu pemenuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan cinta dan harga diri yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian inilah teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang penulis gunakan untuk melihat permasalahan yang dialami oleh kaum lanjut usia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga. Dari kelima tahapan ini penulis akan mencari tahu seberapa besar ragam kebutuhan lanjut usia yang telah terpenuhi. Kemudian apa saja tantangan yang dialami oleh kaum lanjut usia dalam rangka memenuhi ragam kebutuhan hidup mereka. 3. Hasil Penelitian, Pembahasan Dan Analisa 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ialah Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bertempat di Lembaga Kesejahteraan Sosial lanjut Usia atau yang biasa disebut Panti Wredha Salib Putih yang berlokasi di Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah (Jl. Salatiga Kopeng Km 4). Yayasan Sosial Kristen Salib Putih merupakan sebuah lembaga sosial kemasyarakatan yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk menolong dan memberdayakan orang-orang yang membutuhkan topangan sehingga dapat kembali mengangkat martabatnya di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang berdiri dibawah naungan sinode GKJ memiliki empat bentuk pelayanan yang terdiri dari: Panti Asuhan Salib Putih, Panti Karya Salib Putih, Balai Pengobatan Salib Putih dan Panti Wredha Salib Putih. Panti 43 Maslow, Motivasi dan Kepribadian 1: Teori Motivasi dengan Pendekatan Kebutuhan Manusia Cetakan Keempat..,56-57. 44 Setiawan, Manusia Utuh: Sebuah Kajian Atas Pemikiran Abraham Maslow.., 42-43. 17

Wredha Salib Putih memiliki dua macam pelayanan yaitu PW sosial, berlokasi di Salib Putih yang diperuntukan bagi lanjut usia terlantar baik secara fisik, rohani, psikologi, dan sosial titipan keluarga tidak mampu, pamong RT/RW, gereja, dinas sosial, kepolisian. PW mandiri berlokasi dijalan Merbabu Salatiga untuk usia lanjut titipan keluarga mampu dengan memberikan kontribusi tiap bulannya. 45 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang merupakan lembaga kemasyarakatan memiliki Visi dan Misi. Adapun Visi dan Misi dari Yayasan ini adalah VISI: Mewujudkan kasih Allah kepada manusia demi keselamatan manusia secarah utuh dan MISI: Memberikan pelayanan kepada orang-orang terlantar dengan cara memberikan perawatan, pendidikan, pendampingan agar menjadi manusia bermartabat yang hidup secara utuh, layak dan penuh pengharapan. 46 Perlu juga kita ketahui tentang filosofi Salib Putih yang merupakan dasar dan latar belakang dari pelayanan Yayasan ini. Adapun Filosofi Salib Putih antara lain: Salib merupakan lambang penderitaan, keselamatan, dan kasih yang diwujudkan dalam pengorbanan, Salib merupakan tanda hubungan dan tanggungjawab kita kepada sesame (garis horizontal) dan kepada Tuhan (garis vertikal) dan Putih merupakan lambang kesucian dan ketulusan. Dengan demikian Salib Putih adalah wujud nyata tanggungjawab kasih, pelayanan dan pengorbanan kita kepada Tuhan dan sesama dengan memberikan pertolongan kepada sesama yang menderita agar mendapatkan keselamatan secara utuh dan mendasarinya dengan kesucian serta ketulusan hati. 45 Brosur Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Jl. Hasanudin Km 4 Salib Putih Salatiga 50734 PO.Box 135 Telp. 0298-323339 Fax. 0298-326489 Email: Yayasan.salibputih@gmail.com Katemenan Iku Ajine Ngungkuli Kapinteran. 46 Buku Sejarah Salib Putih:14 Mei 1902-14 Mei 2013. 18

3.2 Deskripsi dan Analisis Masalah Kebutuhan Lanjut Usia Di Panti Wredha Salib Putih Dari Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. 3.2.1 Pemenuhan Kebutuhan Fisik Berdasarkan obeservasi dengan 10 orang responden yang merupakan lansia di Panti Wredha salib putih. Penulis menemukan hasil penelitian bahwa biasanya pemenuhan kebutuhan fisik lansia di panti ini berupa makan dan minum. Dari segi waktu, 10 responden menjawab bahwa waktu pemenuhan kebutuhan fisik berupa makan dan minum lansia di panti Wredha Salib Putih sudah terpenuhi dengan baik yaitu pagi, siang dan sore (tiga kali sehari). Dari segi pemenuhan kebutuhan berdasarkan selera, 1 orang responden sebut saja Opa SU menjawab bahwa meskipun waktu makan telah diperhatikan dengan baik namun terkadang tidak memperhatikan seleranya. 47 Dari segi pemenuhan kebutuhan berdasarkan gizi dan kesehatan 2 orang responden sebut saya Opa SU dan oma S. 48 menjawab bahwa sejauh ini makanan yang disajikan belum menjawab kebutuhannya karena tidak sesuai dengan kondisi dan kesehatannya dan selain itu makanan yang disajikan tidak bergizi. Hasil wawancara dengan pengurus panti yaitu ibu SSM. 49 Beliau mengatakan bahwa tidak ada pertimbangan gizi khusus dan konsultasi ke dokter tentang makanan dan minuman yang seharusnya di konsumsi lansia karena faktor ekonomi yang kurang memadai. Dalam kenyataannya untuk makan sehari-hari, biaya lauk setiap lansia sebesar Rp 1.000,00/sekali makan. Jadwal makan lansia telah diatur dengan baik sehingga dalam satu hari waktu makan lansia adalah 3x. Selain itu per harinya Panti Wredha salib Putih mengeluarkan 3 ons beras untuk jatah makan setiap lansia selama satu hari penuh. Hal ini tidak sejalan dengan pemikiran Wirakusuma yang menyatakan bahwa usia lanjut membutuhkan asupan gizi yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan fisiknya. Adapun asupan gizi yang harus dipenuhi lansia berupa energi, protein Vit.A, Vit. B1, B2, B3 dan sebagainya. Menurut analisa penulis kebutuhan asupan gizi 47 Wawancara dengan Opa SU, 14 Juli 2017, pukul 06.57 WIB. 48 Wawancara dengan Oma S, 01 Juli 2017, pukul 09.52 WIB. 49 Wawancara dengan Ibu SSM, 08 juli 2017, pukul 09.23 WIB 19