Ir. Saut Hilser Sihite, MTP (Wakil Ketua II LPJK Provinsi Jambi) Jambi, 8 Mei 2018

dokumen-dokumen yang mirip
MUTU PEKERJAAN dan KESELAMATAN KERJA Oleh : Parfi Khadiyanto Anggota Dewan Pengurus Bidang I (Prolima)LPJKD Prov. Jateng

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3

K3 Konstruksi Bangunan

PERATURAN MENTERI PU NO.05/PRT/M/2014 TENTANG : PEDOMAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) KONSTRUKSI BIDANG PU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

PERATURAN PERUNDANGAN TERKAIT K3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

Studi Kasus Kecelakaan Kerja Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.03/MEN/1998 T E N T A N G TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

Tugas Ujian Tengah Semester Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lindung Lingkungan. Oleh Rahayu Eka Susilarini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

2018, No Indonesia Nomor 6018); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik I

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. sakit karena pekerjaan tersebut, baik itu berupa cidera, luka-luka, atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya d

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. hak pekerja yang wajib dipenuhi oleh perusahaan disamping hak-hak normatif

Menteri Basuki Minta Seluruh BUJT dan Kontraktor Lakukan Prosedur K3 Sunguh- Sungguh

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan. keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

HUBUNGAN ANTARA PERSPESI IKLIM KESELAMATAN DAN MASA KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PT.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang begitu pesat pada era globalisasi saat ini

Sulit disangkal, bila peringatan Utamakan Selamat yang dipasang di pelbagai

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PER/M/2008

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NOMOR : KEP. 187 / MEN /1999 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

SURAT EDARAN Nomor: 08/SE/M/2006

PENDAHULUAN. Apabila sumber daya manusia dikelola dengan baik dan benar maka akan bernilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN [LN 2009/1, TLN 4956] Pasal 402

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.04/MEN/1987

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


BAB I PENDAHULUAN. akan ditimbulkan akibat aktivitas-aktivitas yang ditimbulkan seperti kecelakaan

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH


PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TUJUAN PROGRAM Setelah menyelesaikan program ini, peserta diharapkan mampu :

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

2015, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi tahun 2020 mendatang kesehatan dan

BAB V PEMBAHASAN. PT Adhi Karya Divisi Konstruksi I yang bergerak dibidang konstruksi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN JALAN TERKAIT KESELAMATAN JALAN

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

PENGAWASAN DAN PENERAPAN K3 DALAM PEMBANGUNAN KONSTRUKSI INFRASTRUKTUR

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Ir. Saut Hilser Sihite, MTP (Wakil Ketua II LPJK Provinsi Jambi) Jambi, 8 Mei 2018

POSITIF DAN NEGATIF JASA KONSTRUKSI Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan, (Sumbangan terhadap PDRB Provinsi Jambi berkisar antara 6 % 7 %); Dampak Kegiatan konstruksi yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan;

Untuk kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3 yang berlaku.

Landasan Hukum 1. Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu melalui UU 14/1969 dan UU 1/1970. 2. Sesuai dengan perkembangan jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan undang-undang pengganti yaitu UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. 3. UU ini mencakup perlindungan pekerja, yaitu keselamatan dan kesehatan kerja; upah; kesejahteraan; dan jaminan sosial tenaga kerja.

Peraturan Pelaksanaan 1. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1978 tentang Penunjukan dan Wewenang Serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan Kerja. 2. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. 3. Permenakertrans RI No 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. 4. Permenakertrans RI No 1 Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. 5. Permenakertrans RI No 3 Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.

Peraturan Pelaksanaan 1. Dasar Hukum: Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bangunan. 2. Tujuan perundangan tersebut adalah a. memberi perlindungan K3 bagi tenaga kerja dan orang lain, b. menjamin seluruh tahapan konstruksi dapat berlangsung dengan aman dan c. menjalankan peraturan pelaksanaan Undang-undang keselamatan kerja.

Peraturan Pelaksanaan Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum RI No 174 Tahun 1986 No 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

Belum Optimal 1. Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada Direktur atau Pejabat yang ditunjuknya; 2. Pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya; 3. Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja (meliputi usaha-usaha pencegahan terhadap: kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha penyelamatan)

Belum Optimal Belum optimalnya pengawasan (Pengawasan harus dilakukan dengan ketat tidak hanya oleh Instansi atau Dinas Tenaga Kerja setempat, tapi juga oleh kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). Belum optimalnya Prosedur audit sistem keselamatan kalibrasi peralatan kerja hingga sertifikasi keselamatan dan kesehatan kerja (seharusnya dijalankan denganjauh lebih tegas).

KECELAKAAN KERJA

Data Kecelakaan (BPJS) 1. Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi. Mengutip data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus; 2. Sepanjang tahun 2016 dan Semester I (Januari-Juni) Tahun 2017, tercatat ada sebanyak 2,728 kasus kecelakaan kerja yang menimpa pekerja di Jasa Konstruksi (Jakon). 3. Adapun klaim yang dikeluarkan BPJS Ketenagakerjaan untuk para korban kecelakaan kerja di tahun 2016 sebesar Rp. 41,202,399,050.00 dan pada Januari-Juni 2017 sebesar Rp. 21,031,149,850.00.

Klasifikasi tipe-tipe kecelakaan kerja 1. Terjatuh 2. Terjepit dua benda 3. Terkena arus listrik 4. Tertimpa benda 5. Kecelakaan kendaraan 6. Longsor

Sumber Penyebab Kecelakaan 1. Tidak mengikuti peraturan 2.Tidak menggunakan APD 3. Peralatan rusak 4.Kurangnya rambu-rambu 5.Cuaca buruk 6.APD tidak layak pakai 7.Konstruksi tidak aman 8.Tidak hati-hati

Hasil Penelitian Untuk tipe kecelakaan kerja, Wiradikusumah (2007) menyebutkan ada dua jenis pekerjaan di sektor konstruksi yang berbahaya, yaitu pekerjaan yang dilaksanakan di ketinggian dan pekerjaan galian. Jenis kecelakaannya berupa jatuh dari ketinggian dan untuk pekerjaan galian berupa tertimbun tanah dan terhirup gas beracun. Penelitian risiko kecelakaan kerja di proyek pembangunan apartemen yang dilakukan oleh Wicaksono and Singgih (2011) memperlihatkan risiko terbesar adalah material terjatuh dari material yang diangkat, tersengat listrik, tertimpa peralatan, dan jatuh dari ketinggian.

Lemahnya Penerapan Hukum 1. Implementasi kebijakan peraturan yang ada belum sepenuhnya maksimal, karena walaupun sudah puluhan tahun diterapkan, regulasi tersebut tidak diperbaharui sesuai dengan perkembangan saat ini. 2. Lemahnya penerapan Sanksi K3, Contoh: UU No. I Tahun 1970 pasal 15 tentang Keselamatan Kerja, bahwa sanksi bagi setiap perusahaan yang tidak melaksanakan ketentuan manajemen K3 yang baik, hanya dikenakan denda setinggi-tinggi Rp 100.000 (seratus ribu rupiah) atau kurungan penjara selama-lamanya 3 (tiga) bulan. Denda tersebut sangat tidak sebanding dengan resiko kecelakaan kerja dan nyawa para pekerja;

KONDISI YANG DIHARAPKAN

Untuk menunjang dan mendukung proses pelaksanaan pekerjaan konstruk:si yang aman, berkualitas, dan berkelanjutan di suatu negara, mutlak diperlukan kesiapan tenaga kerja konstruksi. Karena itulah pengembangan tenaga kerja konstruksi merupakan satu hal yang perlu menjadi salah satu fokus kita bersama. Tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat menguasai salah satu ilmu dari kompetensi dasar dan diakui dalam bentuk sertifikat.

Maraknya insiden-insiden kecelakaan kerja yang kerap terjadi belakangan ini merupakan alarm keras bahwa resiko kecelakaan kerja bukanlah hal yang sepele. K3 sudah sepatutnya menjadi perhatian bersama. Pemerintah harus meningkatkan kebijakan K3 yang lebih baik lagi dengan terus memperbaharui kebijakan-kebijakan yang ada, perusahaan juga sepatutnya bertanggung jawab akan manajemen K3 yang baik, Para pekerja harus lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya hak perlindungan K3 melalui peran serikat pekerja, karena K3 merupakan hak dasar setiap pekerja.

Masalah keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek-proyek konstruksi masih sering terabaikan. Kenyataan di lapangan menunjukkan masih rendahnya tingkat kepatuhan para pelaksana konstruksi terhadap Pedoman K3 Konstruksi. penerapan pedoman K3 di lapangan masih banyak memiliki tantangan, terutama pada proyek-proyek kecil.

Rekomendasi Pemerintah juga dapat menambah persyaratan/ penilaian mengenai aspek K3 (penilaian atas SMK3 yang dikembangkan di perusahaan maupun yang spesifik untuk setiap proyek) dalam peraturan pengadaan jasa konstruksi.

TERIMA KASIH