2017 POTENSI PENGEMBANGAN EKOWISATA CURUG SIDOMBA KABUPATEN KUNINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

2014 POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Tritih Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kawasan yang dilindungi (protected area) sebagai tujuan wisata melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan memiliki prospek baik, potensi hutan alam yang menarik. memiliki potensi yang baik apabila digarap dan sungguh-sungguh

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

1. Bab I Pendahuluan Latar belakang

LESTARI BRIEF EKOWISATA INDONESIA: PERJALANAN DAN TANTANGAN USAID LESTARI PENGANTAR. Penulis: Suhardi Suryadi Editor: Erlinda Ekaputri

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

TINJAUAN PUSTAKA. pemandangan alam, menyerap, dan menyimpan karbon (Suhendang, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FUNGSI KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM SECARA BIJAK* Oleh : IMRAN SL TOBING**

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sedang digalakkan oleh pemerintah dan merupakan andalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian , 2014 Pengembangan Ekowisata Di Bumi Perkemahan Kiara Payung Kecamatan Sukasari Kabupaten Sumedang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA KOPENG. Oleh : Galuh Kesumawardhana L2D

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS GEOGRAFIS KELAYAKAN SITU LENGKONG PANJALU SEBAGAI OBJEK WISATA BERBASIS EKOWISATA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN PARIWISATA HUTAN PAYAU CILACAP SEBAGAI PRODUK WISATA UNGGULAN DI JAWA TENGAH

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata adalah sektor yang memiliki manfaat dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi di Negara berkembang sebagaimana yang diungkapkan Hakim (2004, hlm.5) bahwa Negara-negara yang tingkat perekonomiannya dikategorikan berkembang, sektor pariwisata secara aktif dipromosikan sebagai kunci dari pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain sektor pariwisata di Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai peran yang besar dalam pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan industrialisasi maka tekanan terhadap sumberdaya alam menjadi semakin besar, karena tingkat kebutuhan dan kepentingan terhadap sumberdaya alam juga semakin tinggi. Hal ini dapat dilihat dari berbagai kenyataan betapa pembukaan hutan, kegiatan pertambangan dan eksploitasi sumberdaya alam lainnya dari tahun ke tahun bukannya menurun, akan tetapi semakin besar. Dengan demikian tentunya kawasan-kawasan eksploitasi tersebut kian terancam habis, sementara suksesi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui yang telah dieksploitasi membutuhkan waktu lama untuk dapat diperbaharui kembali. Populasi manusia yang terus berkembang setiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan pariwisata semakin meningkat sedangkan suatu objek wisata itu bersifat statis atau tidak bertambah. Awalnya perkembangan wisata secara besarbesaran ini diyakini tidak mengganggu lingkungan dan tidak menimbulkan polusi. Namun, banyak temuan-temuan yang mengindikasikan bahwa aktivitas wisata (dalam banyak hal) sangat merugikan ekosistem, terutama ekosistem destinasi wisata setempat. Dampak tidak langsung lainnya, sebagaimana yang diungkapkan Lindberg (1995) (dalam Nugroho, 2011, hal.15) yakni ekploitasi terhadap bentukbentuk kehidupan yang ada di daerah wisata. Kini seiring berjalannya waktu 1

2 mulai terasa efek negatif dari pariwisata masal yaitu kerusakan-kerusakan lingkungan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Kuningan, Jawa barat adalah salah satu provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Wilayah Jawa Barat memiliki kekayaan alam yang sangat indah untuk dikunjungi, mulai dari pegunungan hingga pantai menawarkan keindahan yang luar biasa. Salah satu kota/kabupaten yang ada di Jawa Barat yang memiliki kekayaan alam dan potensi pariwisata yang tinggi yaitu Kabupaten Kuningan. Kabupaten Kuningan adalah salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Jawa Barat. Prioritas utama Pemerintah Kabupaten Kuningan adalah menjadikan sektor pariwisata dalam pembangunan kepariwisataan pada objek dan daya tarik wisata, serta penggalian objek wisata. Kabupaten Kuningan menjadikan sektor pariwisata ini sebagai andalan perekonomian daerah yang berbasiskan sumberdaya alam, budaya yang lestari dan agamis Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) Kabupaten Kuningan mengatakan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) pemerintah mempunyai program untuk meningkatkan sektor pariwisata menjadi salah satu aset andalan daerah. Selain itu, pemerintahpun memiliki misi untuk menjadikan pariwisata alam daerah menjadi yang terdepan. Guna mewujudkan program tersebut, pemerintah telah menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan antara lain, meningkatkan sarana dan prasarana yang diarahkan pada pembangunan dan peningkatan prasarana penunjang secara optimal di kawasan wisata untuk meningkatkan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Kuningan. Potensi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Kuningan mempunyai prospek yang cukup potensial karena mempunyai berbagai jenis obyek wisata meliputi: wisata alam, wisata tirta, kekayaan khasanah sejarah keunikan seni budaya dan kekhasan cenderamata.

3 Langkah selanjutnya, diarahkan pada pendayagunaan dan pemantapan perencanaan pembangunan pariwisata daerah secara konprehensif, untuk meningkatkan promosi pariwisata daerah ke lingkup regional, nasional dan internasional serta meningkatkan pendayagunaan potensi pariwisata alam, budaya, sejarah dan pembangunan dan juga meningkatkan pengelolaan pariwisata ke arah yang lebih profesional. Untuk meningkatkan daya tarik pariwisata di Kuningan, pihaknya perlu juga melihat sisi lain yaitu tetap menjaga budaya masyarakat Kuningan yang tetap menjungjung tinggi norma dan moral agama. Pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Kuningan sebagian besar merupakan wisata alam dan saat ini Kabupaten Kuningan memiliki 38 obyek wisata, 5 diantaranya masih merupakan potensi yang belum dikembangkan. Beberapa obyek wisata di Kabupaten Kuningan sudah dikenal di tingkat regional dan nasional seperti Linggajati, Cibulan, Waduk Darma, Sangkanhurip, dan Curug Sidomba. Obyek-obyek wisata tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi pendapatan yang optimal sehingga dapat meningkatkan PAD Kabupaten Kuningan. Ditengah dinamika ekonomi dunia, globalisasi ekonomi yang belum tuntas, serta tarik menarik kepentingan ekonomi dunia maju dan dunia ketiga, telah berkembang suatu jenis jasa wisata yang memberi jaminan bagi terciptanya kesejahteraan. Sektor usaha tersebut dikenal dengan ecotourism atau ekowisata. (Nugroho, 2011, hlm.17). Menurut Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Indonesia memiliki potensi dan kekayaan alam yang bernilai tinggi dalam pasar industri wisata alam, khususnya ekowisata, sebagai bentuk wisata yang sedang trend ekowisata mempunyai kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. (Mahdayani, 2009, hlm.15). Potensi Indonesia dalam penerapan konsep ekowisata sangat besar karena masih banyak keindahan alam yang masih alami dan belum dimanfaatkan, dengan

4 kekayaan alam Indonesia yang tinggi, maka Indonesia memiliki potensi yang besar untuk melaksanakan ekowisata, agar potensi kekayaan alam di Indonesia ini tetap lestari dan dapat dirasakan oleh generasi yang akan datang. Salah satu tempat wisata alam yang memiliki potensi ekowisata yakni Curug Sidomba. Curug Sidomba terletak pada koordinat 6 54' 6.79" LS 108 28' 32.06" BT, tepatnya di Obyek Wisata Bumi Perkemahan Sidomba di bawah kaki Gunung Ciremai, Desa Peusing Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Asal muasal curug ini ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 2002 oleh beberapa siswa SMP Islam Terpadu Umar Sjarifudin (ITUS) Kuningan yang sedang melakukan hiking menyusuri sungai di lereng Gunung Ciremai. Curug Sidomba ini memiliki ketinggian sekitar 3 m. Adapun nama Sidomba sendiri, menurut cerita masyarakat, konon dulu tempat ini merupakan tempat memandikan domba. Selain itu, hutan di sekitar curug merupakan pangangonan (tempat penggembalaan) domba. Fasilitas dan Akomodasi Fasilitas yang tersedia cukup lengkap seperti camping ground, sarana olahraga, sarana bermain dan beberapa saung untuk bersantai. Juga terdapat kolam ikan di bawah air terjun ini. Di kolam tersebut banyak berisi jenis ikan Kancra Emas dan Kancra Bodas yang dilarang keras untuk dipancing dan diberi makan. Namanya yang mengandung unsur nama jenis hewan tertentu memang diangkat dari hewan ternak langka yang dahulu sering digembalakan di tempat ini. Konon keunikan dari domba ini adalah jumlah tanduknya yang lebih dari dua. Sekarang, di tempat ini tidak ada lagi hewan ternak, melainkan telah berubah menjadi objek wisata yang cantik. Curug ini merupakan salah satu curug buatan yang mengalir tepat di tengah daerah ini. Curug Sidomba merupakan suatu kawasan wisata alam yang memiliki banyak potensi sumberdaya alam yang beragam, namun sebagai salah satu kawasan wisata alam Curug Sidomba diduga belum mengoptimalkan pemanfaatan wisata

5 alam ini sesuai dengan kaidah pemanfaatan wisata alam, sehingga perlu adanya suatu kajian dan analisis mengenai potensi sumberdaya serta pengelolaannya baik yang memiliki dampak positif maupun negatif. Dari hasil analisis ini diharapkan sebuah hasil yang dapat menunjang pengembangan kawasan wisata ini menjadi kawasan wisata yang mengedepankan konservasi lingkungan dan berkelanjutan atau disebut ekowisata. Aspek yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi aspek ekologi dan sosial ekonomi. Aspek ekologi yang perlu diperhatikan dalam pengelolaannya yakni seperti kondisi perairan, potensi flora dan fauna serta konservasi yang dapat dilakukan di kawasan tersebut, sedangkan pada aspek sosial ekonomi yakni mencakup kondisi dan peran masyarakat, kunjungan wisatawan serta kebijakan dan peranan pemerintah daerah setempat. Aspek-aspek tersebut digunakan untuk menganalisis potensi apa saja yang dimiliki Curug Sidomba agar bisa dikembangkan sebagai objek wisata yang berbasis pada ekowisata serta kegiatan apa yang dapat dilakukan wisatawan dan masyarakat setempat guna mendukung ekowisata tersebut. Faktor pendukung yang dimiliki Curug Sidomba sehingga berpotensi dikembangkan ke arah ekowisata, yaitu pertama bahwa kawasan wisata ini merupakan kawasan wisata alam dimana alam merupakan daya tarik utamanya, potensi sumberdaya alam yang beragam yang ada di kawasan wisata ini hendaklah dimanfaatkan sebaik-baiknya sesuai dengan kaidah pemanfaatan wisata alam agar kelestarian alam dapat terus terjaga dan berkelanjutan (sustainable). Kedua permasalahan lingkungan yang kerap terjadi di lingkungan sekitar kawasan wisata seperti sampah, pengelolaan limbah, konservasi lahan yang mengakibatkan berkurangnya daerah resapan air, serta kurangnya kegiatan wisata yang mengedepankan konservasi lingkungan. Ketiga permasalahan sosial yang mencakup pengelolaan kawasan wisata yang tidak melibatkan masyarakat sekitar secara menyeluruh karena kawasan wisata ini dikelola oleh yayasan, pengetahuan

6 serta pengalaman pengelola dan masyarakat mengenai ekowisata yang masih kurang serta tidak adanya keuntungan ekonomi dan ekologi yang didapat oleh masyarakat. Berdasarkan faktor pendukung yang dimiliki oleh Curug Sidomba sehingga Curug Sidomba berpotensi dikembangkan ke arah ekowisata, maka peneliti menitikberatkan penelitian ini kepada Potensi Pengembangan Ekowisata Curug Sidomba Kabupaten Kuningan sehingga pariwisata ini bukan hanya wisata alam yang sederhana melainkan kawasan wisata yang mengedepankan konservasi lingkungan dan berkelanjutan atau ekowisata. B. Identifikasi Masalah Peneliti telah memfokuskan penelitian terhadap permasalahan yang terjadi dengan berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas. Untuk lebih memperjelas maksud serta batasan masalah yang akan diteliti, peneliti merumuskan beberapa hal terkait penelitian yang akan dilaksanakan sebagai berikut : 1. Kawasan Wisata Alam Curug Sidomba yang merupakan salah satu kawasan wisata alam di Kuningan telah mengalami banyak perubahan dan pembangunan yang cenderung tidak ramah lingkungan. Hal ini sangat menarik perhatian peneliti untuk mengambil judul penelitian Potensi Pengembangan Ekowisata Curug Sidomba Kabupaten Kuningan 2. Berdasarkan kondisi Kawasan Wisata Alam Curug Sidomba ini perlu diperhatikan aspek apa saja yang perlu dikembangkan ke arah ekowisata. 3. Bagaimana cara mengembangkan Curug Sidomba ke arah ekowisata. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya maka di ambil rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah aspek lingkungan dalam pengembangan ekowisata di Curug Sidomba Kabupaten Kuningan?

2. Potensi apa sajakah yang mendukung pengembangan ekowisata di Curug Sidomba Kabupaten Kuningan? 3. Bagaimanakah alternatif strategi pengembangan ekowisata yang dapat diterapkan di Curug Sidomba Kabupaten Kuningan? D. Tujuan Penelitian Setiap penelitian pasti memiliki tujuan-tujuan tertentu, adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis aspek lingkungan dalam pengembangan ekowisata di Curug Sidomba Kabupaten Kuningan. 2. Mengidentifikasi potensi apa saja yang mendukung pengembangan ekowisata di Curug Sidomba Kabupaten Kuningan. 3. Menentukan alternatif strategi pengembangan ekowisata yang dapat diterapkan di Curug Sidomba Kabupaten Kuningan. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia akademis khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Manfaat dari penelitian antara lain : 1. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkaya ilmu Geografi Pariwisata dalam hal mengenai pariwisata dalam bentuk ekowisata, pengembangan ekowisata, mengetahui potensi-potensi ekowisata serta alternative strategi pengembangan ekowisata dan hasil kajian diharapkan dapat dijadikan referensi guna penelitian lebih lanjut tentang potensi pengembangan ekowisata di Kawasan Wisata Alam Curug Sidomba, selain itu dapat memberikan pengetahuan tentang ekowisata kepada masyarakat maupun wisatawan. 2. Manfaat Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pengelola dan pemerintah setempat dalam hal pengelolaan dan pengembangan daya tarik wisata di Kawasan Wisata Alam Curug Sidomba. 7

8 F. Definisi Operasional Wardiyanta (2006, hal.13) menyatakan definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur suatu variable yang merupakan hasil penjabaran dari sebuah konsep. Selain itu Singarimbun (1987, hlm.46) mengemukakan definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variable. Jadi definisi operasial adalah petunjuk dalam mengukur suatu variabel. Untuk menghindari kesalahan pembaca dalam menafsirkan penelitian yang berjudul Potensi Pengembangan Ekowisata Curug Sidomba Kabupaten Kuningan Definisi operasional dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan makna dari istilah-istilah yang perlu diberikan batasan antara lain : 1. Potensi Pengembangan Pariwisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata Potensi berarti kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. Menurut Paturusi (2001) pengembangan adalah suatu strategi yang dipergunakan untuk memajukan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan suatu objek dan daya tarik wisata sehingga dapat dikunjungi wisatawan serta mampu memberikan manfaat bagi masyarakat disekitar objek dan daya tarik wisata maupun bagi pemerintah. Jadi Potensi Pengembangan yang akan penulis teliti dalam penelitian ini adalah suatu daya atau kekuatan yang dimiliki oleh Curug Sidomba sehingga menjadi acuan dalam pembuatan suatu strategi yang digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi kepariwisataan kawasan wisata alam Curug Sidomba sehingga dapat dikunjungi wisatawan dan mampu memberikan

9 manfaat bagi masyarakat sekitar daya tarik wisata maupun bagi pemerintah setempat. 2. Ekowisata Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam rencana strategis tahun 2012 2014 ekowisata didefinisikan sebagai Perjalanan ke lokasi alam, yang dilakukan secara bertanggung jawab dengan peduli pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan penduduk setempat. Menurut UNWTO (2004) (dalam Nugroho, 2011, hal.269) Ekowisata didefinisikan sebagai Mikronosmos dari semua masalah pariwisata berkelanjutan, tetapi terfokus dengan cara yang lebih terkonsentrasi pada ekosistem tertentu dan budaya tradisional. Jadi Ekowisata adalah kegiatan perjalanan wiata yang dikemas secara profesional, terlatih, dan memuat unsur pendidikan sebagai suatu sektor/usaha ekonomi yang mempertimbangkan warisan budaya, partisipasi dan kesejahteraan penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi sumberdaya alam dan lingkungan. Dalam pengembangan ekowisata agar tetap utuh dan lestari maka prinsipprinsip ekowisata menurut Menurut Choy (1998) (dalam Sastrayuda, 2010, hal.14) prinsip-prinsip ekowisata mencakup : a. Lingkungan ekowisata harus bertumpu pada lingkungan alam dan budaya yang relatif belum tercemar atau terganggu. b. Masyarakat ekowisata harus dapat memberikan manfaat ekologi, sosial, dan ekonomi langsung kepada masyarakat setempat. c. Pendidikan dan pengalaman ekowisata harus dapat meningkatkan pemahaman akan lingkungan alam dan budaya yang terkait, sambil berolah pengalaman yang mengesankan. d. Keberlanjutan ekowisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi keberlanjutan ekologi dan lingkungan tempat kegiatan, tidak merusak, tidak menurunkan mutu, baik jangka pendek dan jangka panjang.

10 Berdasarkan definisi dan prinsip diatas maka variabel ekowisata dalam penelitian ini, yaitu lingkungan dengan indikator iklim, morfologi, hidrologi, flora dan fauna, masyarakat dengan indikator ekologi, sosial dan ekonomi, pendidikan dengan indikator pengalaman berpariwisata dan pemahaman akan lingkungan, serta manajemen dengan indikator pengelolaan, sarana dan prasarana serta promosi Curug Sidomba. G. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab 1 menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional serta struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab 2 menguraikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian dan diharapkan dapat menjawab masalah penelitian. Hal-hal yang dijabarkan dalam bab ini yaitu konsep pengembangan ekowisata, Syarat Kepariwisataan, Wisata Alam, Wisata Edukasi, Ekowisata. BAB III PROSEDUR PENELITIAN Bab 3 menguraikan tentang lokasi penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, alat pengumpul data, teknik pengolahan data, teknik analisis data serta alur pemikiran penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV membahas mengenai kondisi daya tarik wisata yang ada di Kawasan Wisata Alam Curug Sidomba saat ini, aspek yang perlu dikembangkan ke arah ekowisata dan bagaimana cara untuk mengembangan Kawasan Wisata Alam Curug Sidomba sebagai Kawasan Ekowisata. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

11 Bab V berisikan tentang kesimpulan yang didapat penulis setelah melakukan penelitian ini, serta tidak lupa dicantumkan pula beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi keberlangsungan pengelolaan wilayah tersebut.

Nama/Lembaga/ No Tahun 1 Marina Bela Norika/Universi tas Pendidikan Indonesia/2014 Tabel 1 Penelitian Terdahulu Yang Berhubungan Dengan Ekowisata Judul Masalah Metode Penelitian Hasil Potensi Ekowisata di Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi Potensi apa saja yang mendukung kawasan konservasi, bagaimana zonasi ekowisata, upaya pengelola untuk menjaga kelestarian flora dan fauna Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan teknik pengharkatan dan presentase Deskripsi lokasi penelitian (lettak, luas, iklim, topografi, penggunaan lahan, hidrologi) sejarah kawasan konservasi, Daya tarik wisata, aktifitas yang dilakukan wisatawan (menanam pohon, rumah pohon, hutan buru, camping ground, penangkaran rusa, outbond) fasilitas wisata (akomodasi, restoran, sarana informasi), Aksesibilitas, kemenarikan daya tarik wisata, Hasil analisis potensi ekowisata (daya tarik wisata, aksesibilitas, sarana dan prasarana), zonasi ekowisata, upaya pengelola ekowisata 12

13 2 Hefi Haniefan/Univer sitas Pendidikan Indonesia/2012 3 Ade Surahman/Instit ut Pertanian Bogor/2014 Brand Image Kawasan Maribaya sebagai objek wisata berwawasan lingkungan (ekowisata) Pengembangan Ekowisata Javan Rhino Study and Conservation Area di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten Mengidentifikasi sampai tidaknya brand image kawasan maribaya sebagai objek wisata lingkungan (ekowisata) kepada wisatawan, mengukur pengetahuan wisatawan terhadap konsep ekowisata, mengidentifikasi penerapan prinsip ekowisata oleh pengelola dan masyarakat di sekitar Kawasan Maribaya. Potensi ekowisata di JRSCA TNUK, Potensi masyarakat dalam mendukung ekowisata JRSCA TNUK, Rencana pengembangan ekowisata, Permintaan potensial ekowiata, bagaimana alternatif strategi pengembangan ekowisata JRSCA TNUK Metode penelitian survey. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan presentase Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis SWOT Deskripsi lokasi penelitian, hasil penelitian mengenai brand image kawasan maribaya sebagai ekowisata, engetahuan masyarakat mengenai ekowisata, penerapan prinsip ekowisata yang dilakukan di Maribaya. Pembahasan hasil penelitian mengenai brand image Maribaya sebagai ekowisata Potensi ekowisata JRSCA yaitu potensi tumbuhan dan hewan yang tersebar dalam berbagai tipe ekosistem, Masyarakat mendukung pengembangan ekowisata, menerima kedatangan wisatawan, dan memiliki modal sosial untuk ekowisata. Wisatawan potensial berminat terhadap ekowisata JRSCA dengan motivasi untuk memperoleh

14 4 Bakhtiar Komarulloh/Inst itut Pertanian Bogor/2008 Studi Potensi dan Pengelolaan Kawasan Wisata Curug Sidomba Kabupaten Kuningan, Jawa Barat Pengelolaan kawasan wisata Curug Sidomba diduga masih belum memnuhi kaidah pengelolaan kawasan wisata alam seperti yang diharapkan sehingga perlu dilakukan suatu kajian dan analisis terhadap potensi sumberdaya alam serta Metode penelitian yang digunakan meliputi analisis kualitas air, indeks kesesuaian kawasan wisata, analisis daya dukung, serta pengalaman belajar berbagai hal tentang badak jawa dan habitatnya. Pengembangan ekowisata dapat dilakukan dengan alternatif strategi, yaitu: mengembangkan produk ekowisata, mengoptimalkan promosi ekowisata JRSCA, kegiatan interpretasi ekowisata, penyediaan sarana dan peningkatan keamanan JRSCA, pengaturan jalur wisata dan peningkatan pemahaman pengelola dan masyarakat lokal. Kawasan Wisata Curug Sidomba (KWCS) memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup beragam. Isu serta permasalahan yang timbul dalam pengelolaan mencakup isu dan permasalahan sumberdaya

15 pengelolaannya yang memungkinkan timbulnya dampak baik dampak positif maupun negatif di kawasan tersebut. Proses Hirarki Analisis (PHA) alam serta sosial ekonominya. Masalah utamanya adalah sampah, sedimentasi, dan konservasi lahan.