BAB 1 PENDAHULUAN. berkurang. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri. Pajak merupakan salah satu yang menjadi sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, antara lain dengan cara menggali, mendorong, dan. mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari dalam negeri agar

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. satu penopang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

BAB I PENDAHULUAN. pajak, meningkatkan kepercayaan masyarakat, dan meningkatkan produktivitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Awal dekade '2000, "modemisasi" telah menjadi salah satu kata kunci yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. nasional berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan. rangka pelaksanaan pembangunan yang bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

I. PENDAHULUAN. maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memerlukan dana yang besar yang tidak hanya bersumber dari pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan dominan dalam pos penerimaan negara (Suryadi,2006).

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan peningkatan jumlah dan kebutuhan masyarakat. (Lubis, 2015)

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang besifat memaksa berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self Assessment.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pemerintahan karena jumlahnya relatif stabil. Dari sektor pajak diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Siapapun terutama Wajib Pajak pasti akan berurusan dengan pajak, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

2015 PENGARUH MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN KINERJA ACCOUNT REPRESENTATIVE (AR) TERHADAP EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berguna untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak berasal dari iuran

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan biaya yang tak sedikit jumlahnya. Usaha yang dilakukan pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat. Konstribusi pajak yang terus mengalami peningkatan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berkembang yang saat ini sedang menjalani prosesnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah penting di seluruh dunia, baik bagi negara maju maupun di negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan dan pelalaian pajak. Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. (Siti Kurnia Rahayu : 2010) Persentase penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahun peningkatannya masih kecil, hal ini terlihat dalam APBN negara kita. Dari semakin meningkatnya persentase penerimaan pajak kita, hal tersebut berarti pemerintah masih harus melakukan upaya-upaya untuk menggali potensi pajak dan mengoptimalkan penerimaan pajak. Upaya-upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan intensifikasi pajak yaitu dengan menambah jumlah Wajib Pajak dan dengan intensifikasi pajak yaitu mengaktifkan atau menggali potensi dari Wajib Pajak yang sudah ada. 1

2 Tabel 1.1 Jumlah Wajib Pajak Hotel Tahun 2016 No. Klasifikasi Hotel Barat Utara Tengah Selatan Timur Total 1 Bintang 5 2 4 1 - - 7 2 Bintang 4 6 22 3 2-33 3 Bintang 3 17 20 4-3 44 4 Bintang 2 11 15 2 1-29 5 Bintang 1 1 4 2 - - 7 6 Melati 3 38 54 19 5 3 119 7 Melati 2 20 29 22-1 72 8 Melati 1 33 39 44 8 2 126 9 Losment/Penginapan/Ru 3-6 - 5 14/451 mah Kost Jumlah 131 187 103 16 14 780 Sumber Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung Merujuk pada informasi tabel di atas, terlihat bahwa peran serta masyarakat Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan. Sehingga kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak merupakan posisi strategis dalam peningkatan penerimaan pajak. Sesuai ketentuan perpajakan, kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak di dalam Surat Pemberitahuan (dikenal dengan SPT) dianggap benar, kecuali apabila terdapat data atau informasi mengenai kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak didalam SPT isinya. Namun ternyata sebanyak 67%

3 dari 4 juta pemilik NPWP dilaporkan tidak menyerahkan SPT pajak. Kondisi itu terjadi antara lain diduga karena mereka kecewa terhadap pelayanan yang diberikan petugas pajak. (Darmin Nasution : 2011) Salah satu yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak adalah tingkat kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri namun kepatuhan Wajib Pajak saat ini masih tergolong rendah. Hal ini bisa dilihat dari perbandingan dari jumlah SPT Wajib Pajak orang pribadi bertambah, tapi dari jumlah SPT yang masuk masih rendah. Tabel 1.2 Target dan Realisasi Tahun 2016 Target Tahunan Realisasi (2016) Real (%) 260.000.000.000 274.707.724.831 105.66% 235.000.000.000 241.567.206.844 102.79% 68.000.000.000 69.817.108.446 102.67% 26.000.000.000 28.699.948.562 110.38% 173.200.000.000 177.358.328.595 102.40% 660.000.000.000 440.329.214.279 66.72% 415.000.000.000 417.134.044.862 100.51% 32.500.000.000 33.489.085.624 103.04% 316.716.770.000 25.646.023.584 8.10% Sumber Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung Merujuk pada informasi tabel di atas, terlihat bahwa salah satu upaya dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak adalah memberikan pelayanan yang baik kepada Wajib Pajak. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kepada Wajib Pajak sebagai pelanggan sehingga meningkatkan kepatuhan dalam bidang perpajakan. Paradigma baru yang menempatkan aparat pemerintah sebagai abdi negara dan masyarakat (Wajib Pajak) harus diutamakan agar dapat meningkatkan kinerja pelayanan publik.

4 Sikap tanggung jawab sebagai warga negara yang baik bertolak belakang dengan kualitas pelayanan yang diberikan petugas, yang seharusnya semakin baik di awal tahun baru ini. Seorang pensiunan berusia 72 tahun pun mengeluhkan sistem di kantor pajak tersebut. Sejak pukul 07.15 WIB, ia sudah menyerahkan kartu tanda penduduk sebagai syarat pengambilan kartu NPWP, yang formulirnya telah diserahkan kurang lebih dua minggu lalu. Setelah melalui penantian sekitar 3,5 jam, Wajib Pajak yang baru saja menyerahkan KTP ternyata lebih dahulu memperoleh kartu NPWP. Hal ini tidak hanya dialami orang itu, tetapi juga puluhan pensiunan dan Wajib Pajak lainnya. Keluhan-keluhan yang diajukan tidak dapat dilayani dengan baik karena pada meja informasi hanya ada dua petugas magang, yang tidak mengetahui dengan pasti sistem pengurusan. Karena menuntut kepatuhan secara sukarela dari Wajib Pajak maka sistem ini juga akan menimbulkan peluang besar bagi Wajib Pajak untuk melakukan tindakan kecurangan, pemanipulasian, perhitungan jumlah pajak, penggelapan pajak yang harusnya dibayarkan. Menurut Prijatna (2008), sejarah dan landasan hukum untuk memiliki NPWP sebetulnya sudah ada sejak tahun 1984 yang merupakan refomasi perpajakan pertama dimulai, melalui UU No. 7 Tahun 1983, pada era ini hanya yang memiliki penghasilan lain dan penghasilan lebih dari satu pemberi kerja saja yang diwajibkan untuk memiliki NPWP. Pada tahun 1995 reformasi kedua digulirkan seiring dengan terbitnya UU No. 9 Tahun 1994, pada era ini perubahan hanya pada redaksionalnya saja, tidak pada substansinya. Baru pada reformasi ketiga dengan UU No. 16 Tahun 2000 Dirjen Pajak melakukan ekspansi pemilikan NPWP, Orang Pribadi dengan penghasilan di atas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) wajib memiliki NPWP.

5 Peraturan Dirjen Pajak ini juga terdapat dalam Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 28 Tahun 2007. Kewajiban bagi Wajib Pajak untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau intensifikasi jumlah pemilik NPWP di Indonesia berorientasi pada usaha Direktur Jenderal Pajak untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dan kepatuhan sukarela Wajib Pajak akan pentingnya pajak bagi negara dan kesejahteraan Wajib Pajak itu sendiri. Selain itu, NPWP sebagai media bagi pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, melalui peningkatan profesionalisme aparatur perpajakan dan keterbukaan administrasi perpajakan. Untuk mewujudkan hal tersebut kerjasama dari Wajib Pajak dalam membayar pajak dan pemerintah dalam mengawasi penggunaan pajak sangat diperlukan. Aparat pajak harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas dengan tujuan agar dapat meningkatkan kepuasaan dan kepatuhan Wajib Pajak. Upaya peningkatan kualitas pelayanan dapat dilakukan dengan cara peningkatan kualitas dan kemampuan teknis pegawai dalam bidang perpajakan, perbaikan infrastruktur seperti perluasan Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk dapat memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Namun pada kenyataanya Direktorat Jenderal Pajak mengalami kesulitan memungut pajak pada transaksi jual beli online. Alasannya, kualitas sumber daya manusia dan informasi teknologi Ditjen pajak belum memadai. Di sisi lain, Ditjen pajak mengatakan belum banyak masyarakat yang melaporkan transaksi jual beli online tersebut karena kesadaran membayar pajak berdasarkan perhitungan sendiri Wajib Pajak masih rendah.

6 Berdasarkan latar belakang tersebut, harapan yang sangat besar dari pemerintah untuk mengupayakan kenaikan penerimaan dari sektor pajak dengan cara mewajibkan atau secara jabatan memberikan NPWP kepada setiap karyawan yang otomatis berdampak meningkatnya kepemilikan NPWP bagi Wajib Pajak khususnya dari sektor perhotelan yang fokus permasalahannya, membuat saya tertarik untuk melihat apakah menerapkan kebijakan pemerintah tersebut diikuti dengan peningkatan penerimaan pajak khususnya pada Kota Bandung, maka saya tertarik melakukan penelitian dengan judul: Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Penerimaan Pajak Kota Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang telah di paparkan dan diperoleh gambaran yang menunjukkan bahwa: 1. Kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak 2. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak yang dilihat dari pengembalian SPT tahunan 3. Kualitas pelayanan terhadap Wajib Pajak C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak 2. Bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari pengembalian SPT tahunan 3. Bagaimana kualitas pelayanan terhadap Wajib Pajak D. Tujuan Penelitian pajak adalah: Penulis melakukan penelitian kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan

7 1. Untuk mengetahui kepatuhan Wajib Pajak terhadap penerimaan pajak 2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dilihat dari pengembalian SPT tahunan 3. Untuk mengetahui kualitas pelayanan terhadap Wajib Pajak E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dar penelitian ini yang diharapkan oleh penulis adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta memperluas wawasan dalam menerapkan teori-teori yang peneliti peroleh selama perkuliahan dan bagi pengembangan ilmu administrasi negara pada umumnya, khususnya mengenai Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Penerimaan Pajak Kota Bandung. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang yang terkait serta pihak lain yang mempunyai perhatian terhadap masalah Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Penerimaan Pajak Kota Bandung. F. Kerangka Pemikiran Sejak awal dekade 2000, modernisasi telah menjadi salah satu kunci yang melekat dan bahan pembicaraan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan. Hal itu dilakukan yang bertujuan untuk menerapkan good governance dan pelayanan prima kepada masyarakat, demikian juga dengan tuntutan pelayanan yang lebih baik dari stakeholders perpajakan. Dengan demikian, diharapkan semua unit kerja di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan KPP

8 sebagai unit pelaksanaan teknis/operasional perpajakan, berbenah-benah dalam menyambut, memahami, mengondisikan dan menyesuaikan serta melaksanakan (mengimplementasikan) modernisasi perpajakan sesuai dengan konsep, prinsip, dan sasaran yang sudah ditetapkan di unit masing-masing. Adapun latar belakang dilakukannya modernisasi administrasi perpajakan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 110) yang dilakukan oleh pemerintah adalah: 1. Citra DJP, yang harus diperbaiki dan ditingkatkan. 2. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang harus ditingkatkan. 3. Integritas dan produktivitas sebagai pegawai yang masih harus ditingkatkan. Pengertian Modernisasi Administrasi Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 109) adalah: Bagian dari reformasi perpajakan secara komprehensif sebagai satu kesatuan dilakukan terhadap 3 bidang pokok yang secara langsung menyentuh pilar perpajakan yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pegawasan. Pengertian Modernisasi Administrasi Pajak menurut Indra Ismawan (2011: 81) adalah: Suatu proses reformasi pembaharuan dalam bidang administrasi perpajakan yang dilakukan secara komprehensif, meliputi aspek teknologi informasi yaitu perangkat lunak, perangkat keras dan SDM. Dari definisi diatas tentang modernisasi administrasi pajak merupakan perwujudan dari program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan yang dilakukan secara komprehensif, yang meliputi 3 bidang yaitu bidang administrasi, bidang peraturan dan bidang pengawasan.

9 Penerimaan pajak yang setiap tahun terus meningkat, ternyata tidak terlepas dari masalah-masalah SPT. Hal ini salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan Wajib Pajak (WP) tentang pajak. Dengan adanya Account Representative, maka Wajib Pajak dapat langsung bertanya tentang permasalahan pajak. Pengertian Account Representative menurut Kep. Menteri Keuangan No. 98/KMK.01/2006 pasal 1 ayat 2 adalah: Pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasikan Organisasi Modern. Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Account Representative adalah pegawai profesional yang bertugas memberikan petunjuk dan membantu Wajib Pajak yang berada di KPP dan telah mengimplementasikan Organisasi Modern. Account Representative merupakan mitra penghubung antara Dirjen Pajak dengan Wajib Pajak dan Account Representative dapat membantu Wajib Pajak mengetahui aturan serta memberi bimbingan langsung terkait dengan kewajiban masyarakat sebagai warga negara. Kinerja individu menurut Berry Nurdiansyah (2009) adalah: Tingkat pencapaian atau hasil kerja seseorang dari sasaran yang harus dicapai atau tugas yang harus dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Adapun Account Representative dapat dilihat dari kualitas pelayanan, kode etik pegawai, tugas dan tanggung jawab pegawai Account Representative terhadap Wajib Pajak, tanggung jawab Account Representative terhadap atasannya. (Kanwil DJP Wajib Pajak Besar, 2008)

10 Tabel 1.3 Kerangka Pemikiran