37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perendaman Fillet Broiler menggunakan Esktrak Daun Kemangi terhadap Zona Hambat Hasil penelitian mengenai pengaruh fillet broiler menggunakan ekstrak daun kemangi terhadap zona hambat disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Zona hambat bakteri dengan berbagai konsentrasi ekstrak daun kemangi pada fillet broiler. Ulangan P1 P2 P3.mm 1 1,5 3,0 4,0 2 1,1 2,5 2,0 3 1,0 1,5 3,5 4 1,0 3,0 2,5 5 1,5 2,5 3,0 6 1,0 3,0 3,5 Total 7,1 15,5 18,5 Rata-rata 1,18 2,58 3,08 Keterangan P1 : Konsentrasi ekstrak daun kemangi 8% P2 : Konsentrasi ekstrak daun kemangi 10% P3 : Konsentrasi ekstrak daun kemangi 12% Hasil penelitian pada Tabel 3. memperlihatkan zona hambat yang terbentuk berkisar antara 1,18 sampai dengan 3,08 mm. Sidik ragam pada Lampiran 2. menunjukkan bahwa semua perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda nyata (P < 0,05) terhadap daya hambat bakteri pada fillet broiler. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Tukey, adapun hasil dari pengujian tercantum pada Tabel 4 berikut.
38 Tabel 4. Hasil Uji Tukey Daya Hambat Bakteri Perlakuan Rata rata Signifikansi (P < 0,05)...Daya Hambat... P1 1,18 a P2 2,58 b P3 3,08 b Hasil dari Uji Tukey pada Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun kemangi pada konsentrasi 10% (P2) dan 12% (P3) nyata (P < 0,05) menghasilkan zona hambat bakteri yang lebih besar daripada pemberian ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 8% (P1). Pemberian konsentrasi ekstrak daun kemangi sebesar 10% (P2) dan 12% (P3) menghasilkan zona hambat bakteri yang sama baiknya, dengan rata-rata yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 2,58 dan 3,08 mm. Hal tersebut terjadi karena P2 dan P3 memiliki konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan P1. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun kemangi yang digunakan untuk perendaman fillet broiler, maka semakin tinggi pula kandungan zat antibakteri dalam ekstrak daun kemangi tersebut, sehingga zona hambat yang dihasilkan semakin tinggi (Auliana, 2017). Kandungan minyak atsiri kemangi mengandung eugenol, alkaloid, steroid, tannin, dan fenol. Eugenol adalah kandungan terbanyak dari minyak atsiri daun kemangi yang juga merupakan zat antibakteri (Sutiyami, 2013). Eugenol digunakan digunakan di bidang farmasi sebagai bahan pembuatan senyawa kimia antibakteri. Senyawa eugenol mempunyai aktivitas farmakologi sebagai antimikroba. Eugenol adalah salah satu bagian dari minyak atsiri. Kerusakan struktur protein oleh sejumlah unsur fisik dan kimiawi dapat menyebabkan kematian sel (Kurniasih, 2010). Zat-zat yang terkonsentrasi pada permukaan sel mungkin dapat mengubah sifat fisik dan kimiawi dinding sel, serta menghalangi fungsi normal dinding sel sebagai penghalang yang selektif dan dengan demikian dapat mengakibatkan kematian sel bakteri.
39 Flavanoid juga merupakan salah satu senyawa yang bersifat antibakteri dan terkandung dalam daun kemangi. Mekanisme kerja flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Mekanisme kerjanya dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Juliantina, 2008). Seyawa lain yang berperan dalam menurunkan jumlah bakteri pada fillet broiler yaitu saponin. Saponin bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan mengurangi permeabilitas membran sel bakteri yang akan mengakibatkan sel bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Rachmawati, 2009). Selain itu, terdapat juga tanin yang dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati (Ajizah, 2004). Tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi protein, karena tanin mempunyai efek yang sama dengan fenolik. Efek antibakteri tanin antara lain melalui reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik (Masduki, 1996). Penelitian selanjutnya diuji menggunakan Uji Polinomial Ortogonal untuk mengetahui pola hubungan antara konsentrasi ekstrak daun kemangi dengan zona hambat bakteri. Berdasarkan analisis pada Lampiran 4. diperoleh hasil Uji Polinomial Ortogonal yang menunjukkan data signifikan (P < 0,05) Pada grafik yang dapat dilihat pada Ilustrasi 5.
DAYA HAMBAT 40 Daya Hambat 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 12; 3,23 y = 0,475x - 2,4667 R² = 1 10; 2,28 8; 1,33 0 2 4 6 8 10 12 14 KONSENTRASI EKSTRAK KEMANGI Ylinear Linear (Ylinear) Ilustrasi 3. Grafik Zona Hambat Bakteri Berdasarkan Ilustrasi 3. dapat dilihat bahwa konsentrasi ekstrak daun kemangi pada setiap perlakuan memiliki pola kecenderungan yang meningkat dari respon yang diberikan oleh setiap perlakuan. Keadaan ini menunjukkan bahwa besar zona hambat yang dihasilkan dipengaruhi oleh perlakuan konsentrasi esktrak daun kemangi. Semakin tinggi konsentrasi yang diberikan, maka semakin besar zona hambat yang terbentuk (Auliana, 2017). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ekstrak daun kemangi membentuk zona hambat dengan besar antara 1,33 3,23 mm. Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang masih terlalu kecil, sehingga zona hambat yang dihasilkan masih termasuk dalam kategori lemah. Menurut Pan dan Chen (2009) zona hambat dengan diameter 0-3 mm termasuk dalam kategori lemah, 3-6 mm sedang, dan > 6 mm yang berarti kuat. Dapat diketahui bahwa konsentrasi ekstrak daun kemangi sebesar 12% (P3) dan 10% (P2) menghasilkan zona hambat bakteri yang sama baiknya dan lebih besar jika dibandingkan dengan 8% (P1), maka dapat dikatakan bahwa hipotesis penelitian diterima.
4.2. Pengaruh Perendaman Fillet Broiler menggunakan Esktrak Daun Kemangi terhadap Penurunan Bakteri Total Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak kemangi didapatkan persentase penurunan bakteri total pada fillet broiler dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persentase Penurunan Jumlah Bakteri pada Fillet Broiler 41 Ulangan P 1 P 2 P 3...%... 1 81,94 89,89 87,91 2 87,62 88,65 89,69 3 75,00 88,63 87,12 4 70,17 85,26 86,66 5 75,09 80,58 86,44 6 80,59 83,01 86,24 Total 470,41 516,02 524,06 Rata-rata 78,40 86,00 87,34 Berdasarkan Tabel 5. diketahui bahwa rata-rata penurunan jumlah bakteri pada Fillet Broiler pada setiap perlakuan menghasilkan rata-rata yang berbeda. Setiap perlakuan P1, P2 dan P3 memiliki rata-rata sebesar 78,40%, 86,00% dan 87,34%. berdasarkan analisis statistik sidik ragam pada Lampiran 8. konsentrasi ekstrak daun kemangi pada setiap perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P < 0,05) terhadap penurunan jumlah bakteri pada fillet broiler. Selanjutnya untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh yang berbeda dilakukan Uji Tukey, adapun hasil dari pengujian terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Tukey Penurunan Jumlah Bakteri pada Fillet Broiler Rata rata Signifikansi (P < 0,05) Perlakuan...%... P 1 78,40 a P 2 86,00 b P 3 87,34 b
Persentase penurunan total bakteri 42 Berdasarkan pada Tabel 6. Hasil dari Uji Tukey menunjukkan bahwa perlakuan P2 dan P3 menunjukkan hasil yang sama baiknya dalam penurunan jumlah bakteri pada fillet broiler (P > 0,05). Sedangkan jika dibandingkan dengan P1, perlakuan P2 dan P3 menunjukkan hasil yang lebih besar dikarenakan memiliki konsentrasi yang lebih besar daripada P1. Data penelitian selanjutnya diuji menggunakan Uji Polinomial Ortogonal untuk mengetahui pola pengaruhnya. Berdasarkan analisis Lampiran 10. diperoleh hasil Uji Polinomial Ortogonal menunjukkan data signifikan (P < 0,05). Penurunan Total Bakteri 90,00 88,00 86,00 84,00 82,00 80,00 78,00 y = 2,2354x + 61,562 R² = 1 8; 79,45 10; 83,92 12; 88,39 0 2 4 6 8 10 12 14 Konsentrasi ekstrak kemangi Ylinear Linear (Ylinear) Ilustrasi 4. Penurunan Bakteri Total Berdasarkan Ilustrasi 4. dapat dilihat bahwa persentase penurunan jumlah bakteri semakin meningkat ditiap perlakuannya. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi perlakuan yang diberikan, maka semakin tinggi pula jumlah penurunan bakterinya (Auliana, 2017). Media pertumbuhan bakteri yang diberikan ekstrak daun kemangi menunjukkan adanya efek bakteriostatik. Hal tersebut terjadi karena pengaruh dari senyawa antibakteri yang terkandung di dalam esktrak daun kemangi. Kematian mikroba berhubungan langsung dengan konsentrasi antimikroba. Hal ini berarti
43 bahwa semakin tinggi konsentrasi antimikroba yang digunakan maka akan mempercepat kematian mikroba (Cushnie, 2005). Uji bakteri total pada penelitian ini menunjukkan jumlah penurunan bakteri pada pemberian tiga tingkatan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang berbeda dan dengan enam kali ulangan untuk setiap perlakuan, diperoleh hasil penurunan bakteri total pada masing masing perlakuan konsentrasi ekstrak daun kemangi karena adanya zat zat aktif yang terkandung dalam daun kemangi seperti tanin, saponin, dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri. Seyawa antibakteri berkerja dan menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA, sehingga menganggu metabolisme dan kelangsungan hidup bakteri tersebut (Cushnie, 2005). Senyawa lain yang terdapat dalam daun kemangi yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri adalah tanin. Tanin mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menginaktivasi mikroba, enzim, dan protein pada membran sel (Hendradjatin, 2009). Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 8%, 10%, dan 12% mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Terilhat dari hasil uji daya hambat bakteri yang pada tiap perlakuannya memberikan hasil masing-masing sebesar 1,18, 2,58 dan 3,08 mm. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan bakteri total yang menunjukkan penurunan bakteri total pada tiap perlakuannya masing-masing sebesar 79,45%, 83,92% dan 88,39%. Dapat diketahui bahwa konsentrasi ekstrak daun kemangi sebesar 12% (P3) dan 10% (P2) memiliki persentase penurunan bakteri total yang sama baiknya dan lebih besar jika dibandingkan dengan 8% (P1), maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian diterima.