BAB I PENDAHULUAN. Pertama) dimana siswa memperoleh ilmu pengetahuan secara umum. SMAK di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan, idealnya harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Universitas X merupakan salah satu universitas

BAB I PENDAHULUAN. menyerukan kepada seluruh bangsa di dunia bahwa jika ingin membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Elsa Sylvia Rosa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini akan membuat siswa mampu memilih,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di dalam bidang pendidikan. Perubahan perubahan tersebut menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk bertahan hidup di tengah zaman yang serba sulit ini. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri

BAB I PENDAHULUAN. sekedar persaingan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) saja, tetapi juga produk dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012, pendidikan adalah usaha sadar dan

Studi Deskriptif Mengenai Kegigihan (Grit) dan Dukungan Sosial pada Siswa Gifted Kelas X IA di SMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. kalangan bermain olahraga ini mulai dari yang tua, muda, bahkan anak-anak pun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu kunci yang penting terutama dalam era globalisasi. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diselenggarakan. Kaum muda diharapkan memiliki bekal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini semakin terbatas, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas hiburan yang mencakup permainan (game) di dalamnya. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi tidak lepas dari suatu perubahan pada berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. SD dan SMP, kemudian dilanjutkan ke jenjang SMA dan perguruan tinggi. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk mempunyai kehidupan yang lebih layak. Era globalisasi, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, jumlah penyandang cacat di dunia sangat banyak dan berbedabeda

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan dalam upaya pengembangan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Contoh peran pendidikan yang nyata bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan lanjutan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama) dimana siswa memperoleh ilmu pengetahuan secara umum. SMAK di Indonesia mengadakan program pemilihan jurusan bagi kelas X, untuk menganalisa jurusan yang tepat bagi siswanya di kelas XI kemudian diteruskan pada kelas XII nanti. Pemilihan jurusan biasanya didahului dengan tes minat dan tes psikologi. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai potensi yang dimiliki siswa, agar dapat di maksimalkan oleh siswa yang bersangkutan. Biasanya ada tiga pilihan dalam pemilihan minat jurusan, yaitu IPA, IPS, dan Bahasa.Implementasi Kurikulum 2013 terus dievaluasi. Diantaranya adalah sistem peminatan untuk siswa SMAK. Kepala Unit Implementasi Kurikulum (UIK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tjipto Sumadi menerima laporan, 90 persen siswa SMAK meminati jurusan IPA. (diunduh dari http://www.jpnn.com/read/2014/03/15/222110/90-persen-siswa-meminati-ipa-) Seiring waktu berjalan, masyarakat dan pelajar mulai mengkotak-kotakkan jurusanjurusan tersebut. Masyarakat dan pelajar mulai menganalogikan kalau jurusan IPA merupakan jurusan yang memiliki peluang untuk bekerja tinggi sedangkan IPS tidak. Lalu ada anggapan kalau jurusan IPS cuma jurusan untuk buangan siswa-siswa yang tidak diterima di jurusan IPA. Dengan munculnya sugesti seperti itu, masyarakat awam mulai terpengaruh, sehingga jurusan IPS semakin dihindari dan dianggap tidak prospektif. Sedangkan jurusan IPA dijadikan suatu terget wajib bagi siswa SMAK. 1

2 Diunduh dari http://justice-for-education.blogspot.co.id/2011/03/argumentasi-dilema-jurusanipa-dan-ips.html) Siswa kelas XII SMAKK berusia antara 16-18 tahun dan menurut Santrock (2007) memasuki tahap perkembangan remaja late adolescence. Santrock (2007) mengungkapkan bahwa eksplorasi minat dalam memilih jurusan dan karir pada remaja akan lebih nyata pada tahap ini. Piaget (dalam Santrock, 2007) juga mengungkapkan bahwa masa remaja memasuki tahap perkembangan kognitif formal operational dengan ciri-ciri mampu berpikir fantasy fight untuk melihat kemungkinan ke masa depan. Melihat kemungkinan ke masa depan berarti siswa memiliki orientasi masa depan. Dengan adanya orientasi masa depan berarti siswa telah melakukan antisipasi terhadap kejadian-kejadian yang mungkin timbul di masa depan (Nurmi, 1989). Kegiatan setelah lulus SMAK yang dapat dilakukan oleh siswa kelas XII salah satunya adalah menentukan apakah dirinya akan masuk ke perguruan tinggi setelah lulus, perguruan tinggi apa yang akan dipilih, jurusan apa yang akan dijalani. Hal ini disebut dengan orientasi masa depan bidang pendidikan. Orientasi masa depan adalah cara pandang seseorang terhadap masa depannya. Jelas atau tidak jelasnya individu memandang masa depannya, akan tergambar melalui harapan-harapan, tujuan standar, perencanaan dan strategi (Nurmi, 1989). Orientasi masa depandalam pendidikan merupakan suatu proses yang akan mencakup tiga tahapan, yaitu motivasi, perencanaan, dan evaluasi. Motivasi meliputi motif, minat, dan harapan siswa yang berkaitan dengan masa depannya dalam bidang pendidikan. Minat yang dimiliki siswa akan mengarahkan dirinya dalam menentukan tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Perencanaan adalah proses yang terdiri dari penentuan sub tujuan, penyususan rencana dan perwujudan rencana sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Pada tahap evaluasi, siswa

3 menilai sejauh mana tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan rencana yang telah disusun dapat direalisasikan. Siswa kelas XII SMAK perlu memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang jelas karena siswa akan lebih termotivasi untuk belajar agar memperoleh nilai yang baik dan berusaha mewujudkan tujuan-tujuan yang realistik di masa depan. Setelah lulus, siswa dapat langsung mendaftarkan diri pada perguruan tinggi tertentu sesuai dengan jurusan yang diinginkan. Siswa diharapkan dapat mencapai tujuan mereka dan sukses di masa depan serta dapat bertahan menjalani kulian di jurusan yang diinginkan ketika menghadapi kesulitankesulitan selama kuliah. Sedangkan, bagi siswa yang memiliki orientasi masa depan dalam bidang pendidikan yang tidak jelas menjadi kurang termotivasi untuk belajar dan mewujudkan tujuan di masa depan. Siswa juga akan mengalami kebingungan untuk menentukan apa yang akan mereka lakukan setelah lulus. Siswa akan menyerah dalam menghadapi kesulitan di perguruan tinggi sehingga membuat siswa tidak bertahan lama dalam menjalani kuliah di jurusan yang dipilih. SMAK X merupakan salah satu SMAK swasta yang ada di Bandung dan berakreditasi A. Dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan Konseling, beliau mengungkapkan bahwa sebagian besar siswa kelas XII IPS SMAK X Bandung belum menentukan perguruan tinggi dan jurusan yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut, SMAK X bandung berusaha untuk membantu siswa yang ingin melanjutkan pendidikan dengan terbuka perguruan-perguruan tinggi datang ke sekolah dan mempromosikan diri kepada siswa dengan cara melakukan kegiatan presentasi di kelas-kelas atau membagikan brosur perguruan tinggi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dari 10 siswa dari 73 siswa kelas XII IPS tersebut, terdapat 3 orang siswa (30%) yang telah mencari informasi mengenai jurusan perkuliahan, persyaratan dan informasi yang berkaitan dengan Perguruan Tinggi yang diinginkan melalui orangtua, teman, guru ataupun mencari informasi melalui media cetak dan

4 internet. Siswa tersebut juga telah menyusun langkah-langkah yang akan mereka tempuh agar dapat diterima di jurusan perkuliahan dan Perguruan Tinggi yang mereka inginkan, misalnya dengan menentukan jurusan perkuliahan lain untuk dijadikan cadangan. Sedangkan 7 orang siswa (70%)yang masih belum menentukan jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya, 5 siswa diantaranya belum memiliki rencana terarah pada tujuannya masuk ke perguruan tinggi, mereka ingin mendaftarkan dirinya ke beberapa jurusan di Perguruan Tinggi negeri maupun swasta di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, dsb. Sedangkan 2 orang siswa lebih menyerahkan urusan perkuliahannya kepada orangtua sehingga siswa tersebut menjadi pasif dalam dalam hal eksplorasi. Sebanyak 2 dari 10 siswa (20%) telah melakukan penilaian terhadap kemampuan diri mereka melalui prestasinya di sekolah. Sedangkan 8 dari 10 siswa (80%) merasa tidak yakin akan minat, bakat, dan kemampuan dirinya, mereka memiliki harapan yang rendah dalam mencapai Perguruan Tinggi yang diinginkannya. Dari data yang diperoleh bahwa siswa kelas XII IPS belum memiliki gambaran yang jelas mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan. Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang tidak jelas masih mengalami kebingungan dalam memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang akan dijalaninya. Siswa memiliki perencanaan dan strategi yang tidak terarah untuk mencapai tujuannya serta tidak akurat dalam mengevaluasi kemungkinan pencapaian tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuatnya. Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang jelas akan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menentukan fakultas atau jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya. Siswa juga memiliki perencanaan dan strategi yang terarah untuk mencapai tujuannya tersebut serta dapat mengevaluasi secara akurat tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuat dengan melihat faktor-faktor yang menghambat dan menunjang pencapaian tujuan.

5 Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas akan gigih dalam usaha dan konsisten dalam kepentingan cenderung lebih mengevaluasi kinerja akademik jangka pendek dalam kaitannya dengan pencapaian jangka panjang (Barber et al, 2009). Dengan orientasi yang jelas maka siswa akan lebih tekun dan semangat dalam mencapai tujuannya. Ketekunan dibutuhkan agar siswa dapat menghadapi hambatan dan rintangan yang dapat menghalangi siswa kepada tujuannya. Beberapa hambatan yang dihadapi adalah tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada siswa dimana siswa dituntut untuk dapat menyerap materi lebih cepat, lebih aktif mencari materi, aktif bertanya dan berdiskusi. Selain ketekunan, siswa juga diharapkan untuk dapat tetep konsisten dan fokus pada tujuan dan pilihan mereka yaitu lulus dari sekolah menengah atas serta bersemangat dalam menjalani apapun kesulitan yang mereka hadapi serta dapat membuahkan hasil yang terbaik yang dapat terlihat dari hasil kelulusan. Ketekunan dan konsistensi dalam minat mereka, diistilahkan oleh Duckworth sebagai Grit. Grit adalah ketekunan (perseverance) dan semangat (passion) untuk tujuan jangka panjang. Grit melibatkan bekerja dengan keras menghadapi tantangan, mempertahankan usaha dan minat bertahun-tahun meskipun ada kegagalan, kesulitan, dan keadaan tanpa kemajuan (plateaus) dalam proses pencapaian tujuan jangka panjang tersebut (Duckworth, 2007). Grit termasuk ke dalam kelompok trait personality. Grit menurut Angela Lee Duckworth (2007) adalah kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang, dimana orang-orang bertahan dengan hal-hal yang menjadi tujuan mereka dalam jangka waktu yang sangat panjang sampai mereka menguasai hal-hal tersebut. Didalam Grit terdapat dua hal penting, yakni konsistensi minat dan ketekunan usaha. Konsistensi minat diartikan sebagai seberapa konsisten usaha seseorang untuk menuju suatu arah, dan ketekunan usaha adalah seberapa keras seseorang berusaha untuk mencapai tujuan. Di dalam ketekunan terdapat energi yang menggerakkan seseorang.

6 Dalam menjalani proses belajar, siswa kelas XII IPS memiliki tujuan agar dapat lulus dari jenjang pendidikan menengah atas. Sebelum siswa kelas XII IPS memutuskan untuk masuk jurusan IPS mereka memiliki minat yang berbeda-beda. Namun ketika mereka memutuskan untuk jurusan IPS, minat mereka terfokus pada bidang/jurusan perkuliahan yang berkaitan dengan IPS. Grit pada penelitian ini menyoroti apakah terjadi perubahan minat pada siswa kelas XII IPS setelah menjalani proses belajar dan bagaimana usaha yang dikerahkan dalam menjalaninya. Salah satu wujud dari Grit yang dapat terlihat pada siswa kelas XII IPS adalah rasa ingin tahu yang tak kunjung habis. Hal ini sejalan dengen metode belajar yang menuntut mahasiswa untuk aktif dalam mencari materi (Student Centered Learning). Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang berorientasi masa depan lebih Grittier daripada rekan-rekan mereka yang tidak berorientasi masa depan. Siswa yang gigih dalam usaha dan konsisten dalam kepentingan cenderung lebih baik mengevaluasi kinerja akademik jangka pendek dalam kaitannya dengan pencapaian jangka panjang (Barber et al., 2009). Siswa kelas XII IPS yang mempunyai orientasi masa depan diharapkan mempunyai Grit yang tinggi daripada siswa yang tidak mempunyai orientasi masa depan. Dari data yang didapat dari guru BP pada tahun ajaran 2014-2015 sebanyak 90% siswa kelas XII IPS langsung melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, 15% siswa mengambil cuti 1tahun untuk mengambil program bahasa atau menyalurkan minatnya yang lain seperti mengambil kursus modelling, memasak, tatarias, dan lainnya. Sebanyak 5% siswa masih belum mengetahui minatnya sehingga memerlukan waktu untuk mencari tahu minat mereka. Selain itu, dari hasil wawancara dengan 10 orang siswa alasan mereka memilih penjurusan IPS pada sekolah menengah, sbengah 6 orang siswa mengatakan karena IPS 6 orang siswa (60%) mengatakan bahwa IPS lebih mudah daripada IPA, 2 orang siswa (20%) mengatakan memang menyukai pelajaran IPS, serta 2 orang siswa (20%) mengatakan karena tidak bisa masuk IPA.

7 Dari hasil survey awal kepada 10 orang siswa kelas XII IPS juga didapati 5 orang siswa (50%) yang akan melanjutkan jurusan di bidang IPS seperti akuntansi, manajemen, bisnis, dan lainnya tetapi mereka belum menentukan perguruan tinggi yang akan diambil. 5 orang siswa ini berusaha mencari tahu dan membandingkan perguruan tinggi dengan jurusan yang mereka inginkan, serta mereka lebih mendalami pelajaran IPS dan berusaha untuk menaikkan nilainilai mereka. Sementara 3 orang siswa kelas XII IPS mengaku tidak begitu berminat dengan jurusan IPS tetapi mereka mengikuti perintah orangtua untuk mengembil jurusan IPS sehingga mereka kurang berusaha untuk mencari tahu dan belajar lebih giat serta tidak berusaha untuk menaikkan nilainya. 2 orang siswa kelas XII IPS masih belum memutuskan. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, hal tersebut menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara orientasi masa depan dan Grit bidang pendidikan pada siswa kelas XII SMAK X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui bagaimana hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Grit dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XII IPS SMAK X Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambarantentang hubungan mengenai Orientasi Masa Depan bidang pendidikan dan Grit pada siswa kelas XII IPS SMAK X Bandung. 1.3.2 Tujuan Penelitian

8 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuibagaimana hubungan antara Orientasi Masa Depan dan Grit dalam bidang pendidikan pada siswa kelas XII IPS SMAK X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis 1. Memberikan informasi mengenai hubungan orientasi masa depan bidang pendidikan dan Grit ke dalam ilmu psikologi, khususnya Psikologi Perkembangan dan Psikologi Pendidikan 2. Sebagai masukan bagi penelitian lain yang ingin meneliti orientasi masa depan, terutama orientasi masa depan dalam bidang pendidikan 3. Memberi masukan bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai Grit 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada para siswa kelas XII IPS SMAK X Bandung mengenai hubungan orientasi masa depan dan Grit dalam bidang pendidikan sehingga membantu siswa dalam menentukan arah terkait masa depan dalam bidang pendidikan di Perguruan Tinggi. 2. Memberikan informasi kepada guru BP atau kepala sekolah mengenai orientasi masa depan dan Grit dalam bidang pendidikan para siswa sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membimbing para siswa untukmenentukan masa depan dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi dan untuk mengembangkan dan meningkatkan Grit. 3. Memberikan informasi kepada orangtua siswa mengenai orientasi masa depan dalam bidang pendidikan siswa sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam

9 berdiskusi dan membimbing siswa dalam merencanakan masa depan, terutama dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi. 1.5 Kerangka pemikiran Siswa kelas XII IPS SMAK X Bandung adalah siswa yang berusia 16 sampai 17 tahun. Berdasarkan usia tersebut,menurut Santrock (2007) siswa telah memasuki masa perkembangan remaja akhir. Pada masa remaja akhir minat terhadap pendidikan dan eksplorasi identitas lebih nyata dibandingkan pada masa remaja awal. Sejalan dengan perkembangannya, berkembang pula kematangan kognitifnya, pada tahap ini remaja telah memasuki tahap berpikir formal operational (piaget, 1971 dalam Mussen, 1984). Pada tahap ini remaja dapat menggunakan variasi yang lebih luas untuk strategi pemecahan masalah, fleksibilitas dalam berpikir dan bernalar serata dapat melihat segala sesuatu dari sejumlah sudut pandang. Selain itu, pada tahap ini memungkinkan remaja untuk melakukan antisipasi terhadap kejadian atau peristiwa di masa depan dan untuk berpikir tentang konsekuensi di masa mendatang. Tahap ini pula membuat remaja memiliki orientasi masa depan. Artinya, remaja telagh mampu membuat skema kognitif guna mengarahkannya dalam konteks aktifitas masa depan serta hasil-hasil yang akan datang (Nurmi, 1989) Berdasarkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa remaja yang sejak awal telah mampu menetapkan tujuan dan membuat persiapan dan perencanaan dalam bidang pendidikan, menunjukkan bahwa mereka cenderung memiliki orientasi masa depan yang jelas. Nurmi (1989) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai cara seseorang memandang masa depannya yang mencakup tujuan, standar perencanaan dan strategi pencapaian tujuan tersebut. Orientasi masa depan merupakan suatu proses yang mencakup tiga tahapan yaitu: motivasi, perencanaan dan evaluasi.

10 Pada tahap pertama, yaitu motivasi adalah seberapa besar dorongan untuk menetapkan tujuan. Motivasi meliputi motif, minat dan harapan pada jenjang pendidikan yang berkaitan dengan masa depan. Siswa diharapkan memiliki minat dan harapan yang berkaitan dengan masa depannya. Hal ini akan mengarahkan siswa dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Siswa kelas XII SMAK yang memiliki motivasi kuat berarti telah memutuskan akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, siswa telah menentukan akan melanjutkan pendidikan S1 atau D3, serta telah membuat pilihan mengenai fakultas/jurusan perguruan tinggi yang dipilih sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki siswa serta siswa juga memiliki harapan dapat berhasil masuk dan menjalani kuliah di fakultas atau jurusan yang telah dipilih. Sedangkan siswa kelas XII SMAK yang memiliki motivasi yang lemah merupakan siswa yang belum memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau siswa telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi namun masih mengalami kebingungan dalam memilih fakultas atau jurusan atau siswa memilih fakultas atau jurusan berdasarkan keinginan orang lain. Setelah siswa memiliki tujuan yang akan dicapainya, maka pada tahap kedua siswa perlu untuk membuat perencanaan. Perencanaan yang dimaksud adalah untuk memikirkan cara untuk merealisasikan motivasi mengenai pendidikan. Penetapan rencana ini terdiri dari penentuan sub tujuan, penyusunan rencana dan perwujudan rencana. Siswa memiliki gagasan tentang tujuan masa depan yang diharapkan dapat diwujudkan lalu menyusun strategi pelaksanaan kemudian mewujudkan strategi untuk mencapai tujuan. Contohnya, siswa merencanakan untuk mengikuti kursus bimbingan belajar untuk mempersiapkan mengikuti ujian saringan masuk perguruan tinggi negeri sehingga ia dapat dierima masuk ke jurusan perguruan tinggi yang diinginkannya. Siswa kelas XII SMAK yang telah memiliki rencana yang terarah berarti siswa telah memiliki gambaran mengenai bidang jurusan perguruan tinggi yang ingin diambilnya. Siswa

11 mengetahui langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukannya untuk masuk ke jurusan tersebut. Misalnya setelah memutuskan untuk masuk ke jurusan dan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan jurusan perguruan tinggi yang diinginkan. Selain itu siswa juga berencana mengikuti kursus dan bimbingan belajar untuk meningkatkan kemampuan yang dibutuhkan untuk masuk ke jurusan yang diinginkan atau latihan soal-soal ujian saringan masuk perguruan tinggi, mendaftarkan diri di perguruan tinggi yang diinginkannya, dan berencana mengikuti ujian saringan masuk. Sedangkan siswa kelas XII SMAK yang memiliki rencana yang tidak terarah merupakan siswa yang tidak memiliki rencana untuk mengumpulkan informasi mengenai jurusan di perguruan tinggi dan siswa juga tidak mengetahui langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukannya untuk dapat masuk ke perguruan tinggi yang diinginkannya. Pada tahap akhir, siswa diharapkan dapat mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan rencana-rencana yang telah dibuat. Siswa menentukan faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan dan pelaksanaan rencana yang telah dibuat. Dalam tahap ini, siswa juga akan menghayati emosi yang berpengaruh terhadap kemungkinan pencapaian tujuan dan pelaksanaan rencana. Siswa kelas XII IPS SMAK yang memiliki evaluasi yang akurat berarti siswa mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambatnya dalam pelaksanaan rencana dalam rangka mencapai tujuan. Faktor internal yang dapat mendukung dan menghambat siswa diantaranya adalah kecerdasan dan keterampilan yang dimiliki siswa, sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah status ekonomi yang dimiliki orangtua dan persaingan dengan orang lain untuk diterima masuk ke PerguruanTtinggi. Siswa yang mengevaluasi bahwa kemampuan yang dimilikinya memadai untuk menempuh pendidikan pada jurusan perguruan tinggi yang diminati akan merasa senang dan bersemangat

12 ketika memikirkan pendidikan di Perguruan Tinggi dan merasa optimis dapat berhasil mencapai tujuannya masuk ke jurusan yang diinginkannya. Sedangkan siswa kelas XII IPS SMAK yang memiliki evaluasi yang tidak akurat akan terhambat dalam mencapai tujuan dan pelaksanaan rencana yang telah dibuatnya. Siswa tidak dapat mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat mendukung dan menghambatnya dalam pelaksanaan rencana dan pencapaian tujuan. Siswa akan merasa cemas, takut, dan terbeban ketika memikirkan pendidikan di perguruan tinggi sehingga siswa akan merasa pesimis dan merasa gagal dalam mencapai tujuan pendidikannya dan melakukan rencana yang telah dibuat. Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang jelas akan memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan menentukan fakultas atau jurusan perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya. Siswa juga memiliki perencanaan dan strategi yang terarah untuk mencapai tujuannya tersebut serta dapat mengevaluasi secara akurat tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuat dengan melihat faktor-faktor yang menghambat dan menunjang pencapaian tujuan. Siswa yang memiliki orientasi masa depan di bidang pendidikan yang tidak jelas masih mengalami kebingungan dalam memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi yang akan dijalaninya. Siswa memiliki perencanaan dan strategi yang tidak terarah untuk mencapai tujuannya serta tidak akurat dalam mengevaluasi kemungkinan pencapaian tujuan dan rencana-rencana yang telah dibuatnya. Siswa yang memiliki orientasi masa depan yang jelas akan gigih dalam usaha dan konsisten dalam kepentingan cenderung lebih mengevaluasi kinerja akademik jangka pendek dalam kaitannya dengan pencapaian jangka panjang (Barber et al, 2009). Evaluasi jangka pendek siswa dapat dilihat dalam hasil ujian-ujian try-out yang dibuat oleh sekolah untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi persaingan masuk Perguruan Tinggi. Ketika siswa

13 memiliki minat yang kuat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya, siswa diharapkan untuk dapat menghadapi hambatan dan rintangan yang dapat menghalangi siswa kepada tujuannya. Beberapa hambatan yang dihadapi adalah tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada siswa dimana siswa dituntut untuk dapat menyerap materi lebih cepat, lebih aktif mencari materi, aktif bertanya dan berdiskusi. Oleh karena itu, dibutuhkan ketekunan agar siswa tidak mudah bosan dan menyerah saat menghadapi hambatan dan rintangan. Selain ketekunan, siswa juga diharapkan untuk dapat tetep konsisten dan fokus pada tujuan dan pilihan mereka yaitu lulus dari sekolah menengah atas serta bersemangat dalam menjalani apapun kesulitan yang mereka hadapi serta dapat membuahkan hasil yang terbaik yang dapat terlihat dari hasil kelulusan. Ketekunan dan konsistensi dalam minat mereka, diistilahkan oleh Duckworth sebagai Grit. Gritadalah kecenderungan untuk bertindak, berpikir, dan merasa yang relatif stabil sepanjang waktu dan situasi. Grittermasuk ke dalam kelompok trait personality, yaitu dimensidimensi dari perbedaan individu dalam kecenderungannya memperlihatkan pola yang konsisten dari berpikir, merasa dan bertindak. Grit menurut Angela Lee Duckworth (2007) adalah kecenderungan untuk mempertahankan ketekunan dan semangat untuk tujuan jangka panjang yang menantang. Sehingga, seseorang yang memiliki Grit maka dalam berinteraksi dengan lingkungannya akan berpikir, merasa dan bertindak dengan tekun dalam berusaha dan konsisten terhadap tujuan mereka. Di dalam Grit terdapat dua aspek, yakni konsistensi dan ketekunan usaha. Yang pertama adalah konsistensis minat yang diartikan sebagai seberapa konsisten usaha seseorang untuk menuju satu arah. Konsistensi minat dapat terlihat dari minat dan tujuan seseorang yang tidak mudah berubah, tidak mudah teralihkan dengan ide/minat/tujuan lain dan tetap fokus pada tujuan. Siswa kelas XII IPS yang konsistern terhadap minat mereka akan terlihat dari minat dan tujuan siswa dalam mengambil jurusan tidak mudah berubah, yaitu mereka akan tetap mengambil jurusan dengan ranah IPS dalam perkuliahan.

14 Aspek yang kedua adalah ketekunan usaha yang diartikan sebagai seberapa keras seseorang untuk mencapai tujuan serta berapa lama seseorang dapat membertahankan usaha. Ketekunan usaha dapat terlihat dari perilaku seseorang yang rajin/ pekerja keas, bertahan dalam menghadapai tantanfan dan rintangan serta bertahan terhadap pilihannya. Siswa kelas XII IPS yang memiliki ketekunan usaha akan memperlihatkan perilaku yang rajin dan mau berusaha dengan keras mencari berbagai sumber referensi dalam mengerjakan tugas, dan mengerjakan tugas melebihi standar yang diberikan, berusaha bertanya jika dan mencari tahu jika ada halhal yang tidak dimengerti. Lalu siswa kelas XII IPS dapat bertahan dalam menghadapi tantangan dan rintangan, yaitu bertahan dalam menghadapi tuntutan standar kelulusan sekolah menengah dan tuntutan atau syarat untuk masuk dalam perguruan tinggi. Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Costa & McCrae (McCrae, 2016) diperoleh bahwa bagaimana teori trait dapat dengan baik memprediksi tingkah laku. Trait berlangsung untuk jangka waktu yang lama. Siswa kelas XII IPS yang memiliki Grit tinggi, apabila orang lain mengubah haluan mereka saat jemu/ bosan dalam menghadapi kesulitan, siswa tersebut akan terus menjalaninya apapun yang terjadi. Sebaliknya apabila siswa kelas XII IPS yang memiliki Grit rendah akan lebih mudah patah semangat dan menyerah ketika mengalami hambatan atau kesulitan dan mengubah haluan mereka kepada minat yang baru. Individu yang Gritty cenderung bekerja lebih keras daripada rekan-rekan mereka dengan tingkat kemampuan yang sama dan mereka tetap berkomitmen untuk memilih mengejar tujuan mereka lebih lama (Duckworth, 2007). Siswa yang berorientasi masa depan yang jelas akan menunjukkan bahwa siswa tersebut Grittier (Grit tinggi). Siswa akan lebih tekun dalam mengeksplore minatnya, siswa akan lebih dapat menghadapi hambatan, membuat perencanaan yang lebih matang, dan siswa akan mempunyai semangat jangka panjang sampai mendapatkan tujuannya.

15 Nurmi (1991) mengungkapkan bahwa perbedaan peran gender lebih terlibat pada remanja yang tinggal di lingkungan masyarakat tradisional. Pada remaja yang tinggal di kota dan memiliki gaya hidup yang modern, remaja laki-laki dan perempuan dapat sama-sama memiliki ketertarikan pada bidang pendidikan dan pekerjaan di masa depan. Sebagian besar perempuan yang tinggal di kota memiliki keinginan untuk bekerja di luar rumah dan memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga siswa perempuan juga dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Siswa juga dapat menyusun rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi dan dapat melakukan evaluasi yang akurat. Dengan demikian siswa perempuan juga dapat memiliki orientasi masa depan bidang pendidikan yang jelas. Dalam status sosial ekonomi, siswa yang berasal dari kelurga dengan tingkat ekonomi menengah keatas lebih tertarik dalam memikirkan dan membuat perencanaan tentang masa depannya dibandingkan dengan siswa dengan tingkat ekonomi bawah. Siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi keatas akan memanfaatkan faktor ekonomi yang dimilikinya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi agar memperoleh posisi yang baik dalam pekerjaan sehingga siswa optimis untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dan dapat memiliki motivasi yang kuat untuk menentukan jurusan Perguruan Tinggi sesuai minatnya. Siswa juga memiliki rencana yang terarah pada ujuannya di perguruan tinggi serta dapat mengevaluasi secara akurat faktor yang mendukung dan menghambatnya untuk meraih tujuannya di perguruan tinggi. Sedangkan, siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi bawah memiliki ekonomi yang kurang mendukungnya untuk meneruskan pendidikan sehingga siswa menjadi pesimis untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Sswa menjadi memiliki motivasi yang lemah dalam menentkan jurusan di Perguruan Tinggi dan tidak memiliki rencana yang terarah. Hal ini dapat menyebabkan siswa lebih memilih untuk bekerja setelah lulus SMAK agar dapat membantu perekonomian keluarganya.

16 Siswa yang memiliki self-esteem tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang lebih jelas dibandingkan siswa yang memiliki self-esteem rendah. Siswa yang merasa yakin bahwa dirinya akan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi akan percaya diri dan merasa optimis dalam merencanakan dan menjalani masa depannya. Siswa merasa akan berhasil di masa depan sehingga siswa dapat memiliki motivasi yang kuat dalam menentuakan tujuan jurusan di Perguruan Tinggi. Selain itu siswa juga dapat menyusun rencana yang terarah pada tujuannya di perguruan tinggi dan melakukan evaluasi secara akurat seusai tujuan dan rencana yang telah disusun. Sedangkan, siswa yang merasa tdak yakin akan melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi akan merasa pesismis dalam merencanakan masa depan. Siswa merasa akan gagal di masa depan dan memiliki motivasi yang lemah dalam menentukan jurusan di perguruan tinggi. Siswa juga memiliki rencana yang tidak terarah pada tujuannya serta siswa tidak dapat melakukan evaluasi secara akurat. Siswa yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya akan menjadi lebih yakin dalam menentukan masa depannya. Interaksi orangtua dengan siswa yang baik adalah interaksis yang membangun kemandirian siswa dan tidak terlalu mengendalikan. Interaksi orangtua dan siswa dapat mempengaruhi minat, nilai, dan tujuan masa depan siswa. Semakin sering siswa berdiskusi dengan orangtuanya megenai masa depan di Perguruan Tinggi akan membuat siswa memperoleh semakin banyak informasi mengenai pendidikan di Perguruan Tinggi. Informasi yang diperoleh siswa dari hasi diskusinya dengan orangtua dapat digunakan siswa untuk menentukan tujuan pendidikan di perguruan tinggi dan siswa juga menjadi dapat menyusun rencana terkait tujuan melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi sehingga orientasi masa depan siswa dalam bidang pendidikan akan menjadi jelas.

17 Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Faktor yang memengaruhi Orientasi Masa Depan : - Jenis kelamin - Status sosial ekonomi - Hubungan dengan orangtua - Self-esteem Siswa kelas XII IPS SMAK X Grit Orientasi MasaDepan bidang Pendidikan Aspek Grit: Konsistensi minat Ketekunan usaha Motivasi Siklus Orientasi Masa Depan : Target Perencanaan Rencana Evaluasi Atribusi Emosi

18 1.6 Asumsi Siswa kelas XII IPS SMAK X yang memiliki Grit yang rendah lebih cepat menyerah ketika menghadapi kesulitan dan memiliki minat/tujuan yang berubahubah. Siswa kelas XII IPS SMAK X yang memiliki Grit yang tinggi akan belajar dengan tekun dan terus berusaha ketika menghadapi kesulitan dan konsisten terhadap pilihan/minat mereka. Orientasi masa depan siswa kelas XII IPS SMAK X terbentuk melalui tiga tahap yaitu tahap motivasi, perencanaan dan evaluasi. Orientasi masa depan siswa kelas XII IPS SMAK X pada proses pembentukannya dipengaruhi empat factor yaitu jenis kelamin, status sosial ekonomi, hubungan dengan orangtua, Self-esteem. Siswa kelas XII IPS SMAK X yang memiliki Grit yang tinggi akan memiliki orientasi masa depan yang jelas. Siswa kelas XII IPS SMAK X yang memiliki Grit yang rendah akan memiliki orientasi masa depan yang tidak jelas. 1.7 Hipotesis Berdasarkan asumsi diatas, maka diajukan hipotesis bahwa terdapat hubungan antara orientasi masa depan dan Grit pada siswa kelas XII IPS SMAK X di Bandung.