BAB 1. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Skizofrenia adalah kumpulan gejala-gejala klinik yang ditandai dengan kerusakan psikopatologi yang melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek perilaku dan bermanifestasi pada pasien dan mempengaruhi perjalanan penyakit (gangguan), biasanya berat dan berlangsung lama. 1 Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang perjalanan penyakitnya berlangsung kronis, 2,3 umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). 3 Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan mental emosional dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan suasana perasaan (afek tumpul, datar, atau tidak serasi), gangguan tingkah laku (bizarre), tidak bertujuan, stereotipi atau inaktifitas serta gangguan pengertian diri dan hubungan dengan dunia luar (kehilangan batas ego, pikiran dereistik dan penarikan autistik. 4 Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap dipertahankan, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 3 Di Amerika Serikat, prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan sekitar 1%, ini berarti 1 dari 100 orang akan menderita skizofrenia selama kehidupannya dan sekitar 0,05% dari total populasi yang dirawat dengan 1
skizofrenia hanya setengahnya saja dalam satu tahun yang mendapatkan terapi secara menyeluruh. 1,5 Prevalensi skizofrenia antara pria dan wanita sama, namun berbeda dalam timbulnya serangan pertama. 6 Puncak serangan pada pria antara usia 10-25 tahun dan 25-35 tahun pada wanita. Sembilan puluh persen pasien yang mendapat pengobatan skizofrenia berusia antara 15-55 tahun. Serangan dibawah 10 tahun atau diatas 60 tahun dilaporkan jarang. Secara umum, wanita dengan skizofrenia mempunyai hasil (outcome) yang lebih baik dibanding pria. 4 Meskipun belum dikenal secara formal sebagai bagian dari kriteria diagnostik skizofrenia, beberapa penelitian membuat subkategori dari simtom penyakit ini kedalam 5 bagian yaitu simtom positif, simtom negatif, simtom kognitif, simtom agresif dan simtom depresi/cemas. Simtom positif meliputi waham, halusinasi, penyimpangan dan pernyataan yang berlebihan dalam berbahasa dan berkomunikasi, pembicaraan/perilaku yang tidak beraturan, perilaku katatonik dan agitasi. Simtom negatif meliputi afek tumpul, penarikan emosi, rapport yang buruk, ketidakpedulian, menarik diri dari kehidupan sosial, gangguan berpikir abstrak, alogia, anhedonia, gangguan pemusatan perhatian. Simtom kognitif meliputi gangguan berpikir, inkoherensia, asosiasi yang longgar, neologisme, gangguan pengolahan informasi. Simtom agresif meliputi permusuhan, penghinaan verbal, penyiksaan fisik, menyerang, melukai diri sendiri, merusak barang-barang, impulsif, tindakan seksual. Simtom
depresi dan cemas meliputi mood depresi, mood cemas, perasaan bersalah, ketegangan, dan iritabilitas cemas. 6 Dasar pengobatan skizofrenia adalah medikasi dengan antipsikotik dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu antipsikotik tipikal (antagonis reseptor dopamine) dan antipsikotik atipikal (antagonis reseptor serotonin dopamin). 4 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risperidon adalah sediaan yang mempunyai keefektifan tinggi untuk simtom positif skizofrenia dan juga memperbaiki simtom negatif skizofrenia lebih baik daripada antipsikotik konvensional. 7 Sebuah perbandingan langsung yang lebih besar antara beberapa dosis risperidon (2,6,12 atau 16 mg sehari) dengan haloperidol (20 mg sehari) atau placebo pada pasien skizofrenia akut menemukan bahwa risperidon diatas 2 mg sehari dan haloperidol 20 mg sehari adalah lebih efektif secara bermakna terhadap simtom positif dari pada plasebo. Risperidon 6 mg sehari adalah lebih efektif secara bermakna terhadap simtom positif dari pada haloperidol. 8 John Davis baru-baru ini menganalisis data yang dikumpulkan dari 5 penelitian terkontrol. Hasil metaanalisis menunjukkan bahwa 53% pasien yang mendapat risperidon dengan dosis diatas 6 mg sehari memenuhi kriteria perbaikan dibandingkan dengan 40% pasien yang mendapat antipsikotik konvensional (p<0,001). Pengobatan dengan risperidon juga memberikan hasil 25% lebih baik terhadap simtom positif
dan 60% lebih baik terhadap simtom negatif dibandingkan dengan antipsikotik konvensional. 8 Kriteria perbaikan yang dipakai adalah perbaikan sebesar 20% atau lebih dari skor Positive and Negative 8 Syndrome Scale (PANSS) total. Dalam studi perbandingan double blind randomized trial antara risperidon dan haloperidol pada pasien skizofrenik dengan desain pengobatan secara paralel yang dilakukan oleh KJ. Vijay Sagar, Cr Chandra Shekar selama 6 minggu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara statistik antara kedua kelompok intervensi. 9 I.2 Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan efektifitas risperidon dan haloperidol terhadap perbaikan simtom positif pada pasien skizofrenik. I.3 Hipotesis 1.3.1. Terdapat perbedaan efektifitas risperidon dan haloperidol terhadap simtom positif pada pasien skizofrenik. 1.3.2. Terdapat efek samping dari risperidon dan haloperidol pada penelitian ini.
I.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum: Untuk melihat perbedaan efektifitas risperidon dan haloperidol terhadap simtom positif pada pasien skizofrenik. 1.4.2 Tujuan Khusus: Memperoleh gambaran demografik dan informasi tentang perbedaan efektifitas penggunaan risperidon dan penggunaan haloperidol terhadap perbaikan simtom positif pasien skizofrenik. 1.5 Manfaat penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah informasi tentang perbedaan efektifitas risperidon dan haloperidol terhadap simtom positif pada pasien skizofrenik dengan menggunakan skala PANSS. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berlanjut untuk penelitian selanjutnya atau yang sejenis atau penelitian lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.