BAB 1 PENDAHULUAN. merasa depresi, takut, gundah dan putus asa. Hal ini menyebabkan. ODHA melakukan stigma dan diskriminasi terhadap dirinya sendiri

dokumen-dokumen yang mirip
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah dunia karena melanda di seluruh negara di dunia (Widoyono, 2005).

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB 1 PENDAULUAN. menyerang system kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA BAGI KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) DI KLINIK VCT RSU BETHESDA GMIM TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

Kerangka Acuan Desiminasi Hasil Analisa Pendokumentasian Data Kasus Kekerasan terhadap perempuan dengan HIV dan AIDS di 8 provinsi di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS Pada Penduduk Usia Muda. Dr. Nafsiah Mboi, Sp.A, MPH Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

Volume VI Nomor 3, Agustus 2016 ISSN: Latar Belakang

2015 INTERAKSI SOSIAL ORANG D ENGAN HIV/AID S (OD HA) D ALAM PEMUD ARAN STIGMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. dunia (Silalahi, Lampus, dan Akili, 2013). Seseorang yang terinfeksi HIV dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Ditjen PP & PL, Kemenkes RI, 2014 [1]

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. PMS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

BAB I PENDAHULUAN Pada Januari hingga September 2011 terdapat penambahan kasus sebanyak

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang HIV/AIDS dianggap sebagai vonis hukuman mati. Orang yang pertama kali terdiagnosis HIV dan AIDS seringkali merasa depresi, takut, gundah dan putus asa. Hal ini menyebabkan ODHA melakukan stigma dan diskriminasi terhadap dirinya sendiri (Nurhayati et all, 2012; Listiana, 2013). Bentuk stigma di antaranya tidak bersedia makan makanan yang disediakan atau dijual oleh ODHA, tidak membolehkan anaknya bermain bersama dengan anak HIV, tidak mau menggunakan toilet bersama dengan ODHA, bahkan menolak untuk tinggal dekat dengan orang yang menunjukkan gejala HIV/AIDS (Listiana, 2013). Shaluhiyah et all (2015) menyatakan apabila terdapat ODHA dalam keluarga, mereka merasa takut untuk tidur bersama dengan ODHA dan tidak bersedia merawat seperti menyiapkan makanan dan membersihkan peralatan makan, serta duduk dekat dengan orang-orang terinfeksi HIV yang tidak menunjukkan gejala sakit. Masyarakat telah memberikan stigma negatif bagi ODHA dan dianggap sebagai orang yang telah melanggar norma 1

2 asusila di masyarakat. ODHA adalah sebutan Orang yang mengidap penyakit HIV/AIDS. ODHA yang melakukan perbuatan melanggar norma di masyarakat biasanya akan mendapat sanksi sosial berupa penyingkiran, pergunjingan, ejekan, bahkan stigma negatif akan diberikan terhadap dirinya. ODHA pada dasarnya tidak ada penyulit dalam mereka melakukan interkasi sosial, tetapi mereka terbebani pikiran yang di ciptakan dari stigma masyarakat (Listiana, 2013). Soedirham, (2013) menyatakan di Indonesia masalah HIV/AIDS semakin hari semakin menunjukkan ancaman yang serius bagi segala sektor kehidupan. Tantangan yang dihadapi oleh penderita HIV/AIDS juga sangat besar, berkaitan dengan kesehatan yang harus berobat seumur hidup, pekerjaan dan status sosial di masyarakat (Remor, 2012). HIV/AIDS merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat Internasional (Muslimah, 2013). Data laporan epidemic HIV Global UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS) (2012) menunjukkan hasil 34 juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sekitar 50% diantaranya

3 adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Di Asia Selatan dan Asia Tenggara terdapat kurang lebih 4 juta orang dengan HIV dan AIDS (Larasaty, 2015). Laporan Kasus HIV-AIDS di Indonesia bulan juli sampai dengan bulan September 2014 jumlah infeksi HIV yang baru dilaporkan sebanyak 7.335 kasus. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (69,1%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (17,2%), dan kelompok umur > 50 tahun (5,5%). Rasio HIV antara laki-laki dan perempuan adalah 1:1. Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (57%), LSL (Lelaki Seks Lelaki) (15%), dan penggunaan jarum suntik (4%) (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014). Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Timur (2015) terdapat 24.104 kasus HIV. Kasus HIV Juli-September 2015 sejumlah 6.779 kasus. Faktor risiko penularan HIV tertinggi adalah hubungan seks tidak aman pada heteroseksual (46,2 persen) penggunaan jarum suntik (3,4 persen), dan LSL (Lelaki sesama Lelaki) (24,4 persen). Berdasarkan studi pendahuluan di Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk angka kejadian HIV/AIDS dari

4 tahun 2002 sampai dengan 2015 tercatat sebesar 666 kasus, temuan di tahun 2015 ada 100 kasus dan sebagian besar berusia 25-49 tahun. Status pekerjaan yang tertinggi adalah wiraswasta/pedagang sebesar 37 orang, peringkat kedua adalah ibu rumah tangga sebesar 19 orang dan disusul dengan wanita penjaja seks sebesar 8 orang yang berhasil terdeteksi. Data survei 2015 menunjukkan kecamatan yang ada di Kabupaten Nganjuk ada satu Kecamatan yang angka kejadiannya tertinggi dengan jumlah 15 kasus adalah Kecamatan Bagor. Di Kecamatan Bagor angka kasusnya tertinggi karena adanya lokalisasi yang cukup besar yaitu berada di Desa Nguyangan. Stigma pada HIV tidak hanya ada di kalangan masyarakat tetapi juga ada di kalangan medis. Seperti penelitian yang di lakukan oleh Bharat (2011) di India menyatakan bahwa stigma yang di berikan masyarakat untuk penderita HIV sangat keras. Bahkan tenaga kesehatan memiliki stigma negatif bagi penderita HIV. Staf di rumah sakit Delhi 68% setuju penderita HIV adalah orang yang tidak bermoral, bahkan mereka meminimalkan memberi bantuan pada orang yang positif HIV.

5 Shaluhiyah (2015) menyatakan stigma yang ada di masyarakat menghalangi ODHA dalam berinteraksi sosial, sehingga ODHA cenderung menutup diri tidak mau berinteraksi dengan keluarga, teman dan tetangga. Berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi pada penderita HIV, salah satunya adalah interaksi sosial. Penelitian Handajani et all (2012) di dapatkan masalah interaksi sosial 64,44% sehingga ada kemungkinan faktor ini akan mempengaruhi kualitas hidup ODHA. Menurut Hermawati, 2012 dalam (Armiyati, 2015) dalam penelitiannya pada 100 orang pasien HIV/AIDS menujukkan bahwa 87,5% pasien mengalami gangguan dalam interaksi sosial. Interaksi adalah suatu tindakan antara dua manusia atau lebih dalam kehadirannya. Interaksi merupakan suatu bentuk kerja sama antara individu dan individu lain dalam wujud komunikasi. Digambarkan dari kedua interaksi itu ada komunikasi, peran, stres, koping pemecahan masalah, dan transaksi. Sistem interpersonal yang mana keduanya memiliki pengaruh terhadap lingkungan. King memandang manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan individu satu kepada individu yang lainnya. Manusia sebagai makhluk yang berorientasi terhadap waktu tidak

6 terlepas dari masa lalu dan masa sekarang yang dapat mempengaruhi masa yang akan datang. Manusia sebagai makhluk sosial akan bersama dengan orang lain yang akan berinteraksi satu dengan yang lain (Alligood, 2006; George, 2008). Imogene M. King, EdD, RN, FAAN mengemukakan teorinya bahwa manusia memiliki tiga bagian dalam kehidupannya yaitu interaksi sistem personal, interpesonal, dan sosial yg membentuk hubungan individu dengan individu lain untuk mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkungannya (George, 2008; Alligood, 2010). Sistem interpersonal dalam teori King tersebut mencankup sistem personal dan sistem sosial. Sub pokok sistem interpersonal meliputi komunikasi, interaksi yang mana proses ini melibatkan hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu yang lain sehingga terbentuk sebuah transaksi. Peran dalam sistem interpersonal disini mencangkup sistem personal yang mana individu tersebut menjalankan sesuai apa yang ada didalam dirinya. Stres yang diperoleh dari dalam dirinya maupun dilingkungan individu tersebut dalam berhubungan sosial dengan perorangan maupun kelompok. Proses interaksi tersebut pasti ada

7 sebuah masalah dimana individu tersebut akan menggunakan koping individu dalam dirinya tersebut dalam memecahkan masalah (George, 2008; Alligood, 2010). Stigma negatif terhadap penderita HIV yang muncul di masyarakat sangat besar. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin meneliti Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem interpersonal teori king pada penderita hiv positif di Kabupaten Nganjuk. B. Rumusan Masalah Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sistem interpersonal teori King pada penderita HIV positif di Kabupaten Nganjuk? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem interpersonal teori King pada penderita HIV positif di Kabupaten Nganjuk. D. Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis a. Pelayanan Kesehatan

8 Memberikan informasi tentang pasien HIV bahwa mereka tidak hanya sakit fisik saja, beban psikologis mereka sanggat berat. Di harapkan pelayanan kesehatan mendukung dalam bentuk motivasi supaya pasien HIV menghadapi dalam kehidupannya dengan percaya diri. b. Pengembangan Ilmu Hasil penelitian bermanfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada penderita HIV dalam sistem interpersonal. 2. Aspek Praktis a. Pasien HIV Memberikan gambaran pada pasien HIV dalam menghadapi stigma dari masyarakat khususnya dalam sistem interpersonalnya. E. Penelitian Terkait 1. Listiana (2013). Kehidupan Sosial dan Interaksi Orang dengan HIV-AIDS di Yogyakarta. Penelitian Kualitatif. Orang dengan HIV / AIDS menunjukkan sikap terbuka saat berkomunikasi dengan masyarakat akan tetapi di dalam dirinya

9 terbayang stigma negatif yang muncul sehingga ODHA menggunakan simbol-simbol yang diciptakan untuk menutupinya. Persamaan : Metode penelitian kualitatif, penelitian ini fokus pada stigma negatif pada orang dengan HIV/AIDS yang muncul dimasyarakat. Perbedaan : Penelitian tidak disebutkan menggunakan pendekatan apa, sedangkan penelitian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan fenomenologi. 2. Nurhayati, et all (2012). Stigma dan Diskriminasi Terhadap ODHA di Kota Bandung. Metode Penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif melalui perspektif model ekologi. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen terkait. Hasil penelitian Berbagai bentuk stigma dan diskriminasi masih terjadi di berbagai tingkat lingkungan. Setiap tingkat lingkungan memberikan pengaruh satu sama lain. Stigma dan diskriminasi menyebabkan beberapa program intervensi Pemerintah Kota Bandung tidak berjalan sebagaimana direncanakan. Upaya yang dilakukan untuk mereduksi stigma

10 dan diskriminasi ialah dengan membentuk Warga Peduli AIDS, Program HEBAT dan peningkatan pengetahuan melalui KIE yang berkesinambungan. Persamaan : Metode penelitian kualitatif, penelitian ini fokus pada stigma negatif pada orang dengan HIV/AIDS yang muncul dimasyarakat. Perbedaan : Penelitian disebutkan menggunakan perspektif model ekologi, sedangkan penelitian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan fenomenologi. 3. Maulana Baharudin Salam (2014), Dinamika Komunikasi Interpersonal Pada Pendampingan Orang Dengan HIV/AIDS (Odha) Metode Etnografi. Penelitian ini melihat sejauh mana dinamika yang terjadi antara pendamping dan mitra dampingan selama proses pendampingan berlangsung melalui komunikasi interpersonal. Sampel beberapa ODHA. Persamaan : Metode penelitian kualitatif, penelitian ini fokus pada dinamika komunikasi interpersonal pada orang dengan HIV/AIDS.

11 Perbedaan : Penelitian disebutkan menggunakan perspektif model etnografi, sedangkan penelitian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan fenomenologi. 4. Flora Ketsia Simboh, et all (2015). Hubungan Dukungan Keluarga Bagi Kualitas Hidup Orang Dengan HIV/AIDS (Odha) Di Klinik VCT RSU Bethesda Gmim Tomohon Desain Penelitian yang digunakan adalah Survei analitik dan data dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner. Sampel berjumlah 67 responden yang didapat dengan menggunakan cara total sampel. Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup ODHA di Klinik VCT RSU Bethesda GMIM Tomohon. Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher exact pada tingkat kepercayaan 95%, maka didapatkan nilai p = 0,000 ini berarti bahwa nilai p < α (0,05). Persamaan : Penelitian dilakukan pada orang dengan HIV/AIDS. Perbedaan : Desain Penelitian yang digunakan adalah Survei analitik dan data dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel 67 responden. Sedangkan

12 penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan 5 partisipan. 5. Hasanah et all (2012), Konsep diri orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang menerima label negatif dan diskriminasi dari lingkungan sosial, metode dalam penelitian ini menggunakan Penelitian kualitatif fenomenologis ini melibatkan dua ODHA yang kami rekruit dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini melihat gambaran pemaknaan subjektif konsep-diri orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) yang menerima label negatif dan diskriminasi dari lingkungan. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-fenomenologis, dua orang ODHA kami observasi dan wawancari secara mendalam. Data yang didapatkan menunjukkan hal-hal sebagai berikut: (1) Konsepdiri ODHA sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, (2) ODHA mengalami pelabelan negatif oleh lingkungan sosialnya (e.g., mayat hidup, kutukan, aib), (3) ODHA mengalami berbagai bentuk diskriminasi (e.g., dijauhi keluarga, pemisahan peralatan makan, dikucilkan oleh warga kampung dan lingkungan kerja), (4) sebagai konsekuensi dari pemberian

13 label negatif dan diskriminasi, ODHA memandang, berpikiran, dan merasa negatif terhadap diri (e.g., putus asa, depresi, tidak berharga, tidak berguna, tidak berdaya, menarik diri dari lingkungan, dan berkeinginan bunuh diri). Persamaan : Metode penelitian kualitatif fenomenologis, pengumpulan sampel dengan purposive sampling. Penelitian ini sama dilakukan pada orang dengan HIV/AIDS dengan stigma negatif. Perbedaan : Penelitian ini hanya menggunakan 2 partisipan sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan 5 partisipan. 6. Shalini Bharat (2011), A systematic review of HIV/AIDSrelated stigma and discrimination in India: Current understanding and future needs. Literatur ini bertujuan untuk mengetahui stigma yang di berikan kepada penderita HIV di India dan menyoroti dari 30 penelitian yang berfokus pada stigma terhadap HIV. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan pemahaman konseptual stigma dalam konteks budaya negara termasuk penelitian pada kelompok diabaikan seperti, orang transgender. Konteks-spesifik (pelayanan

14 kesehatan, masyarakat) intervensi yang diperlukan untuk mengatasi berbagai bentuk stigma diberlakukan, dirasakan, dihayati dan berlapis termasuk pendekatan struktural selain interpersonal. Sebuah kesenjangan besar berkaitan dengan penelitian sedikit pada pengembangan dan evaluasi intervensi pengurangan stigma dan kebutuhan prioritas fokus. Secara keseluruhan, review merekomendasikan mengembangkan agenda nasional pada penelitian stigma AIDS dan intervensi untuk membantu mewujudkan tujuan pemerintah pengurangan stigma. Persamaan : Penelitian dilakukan pada orang dengan HIV/AIDS dengan adanya stigma negatif. Perbedaan : Desain Penelitian yang digunakan adalah systematic review yang menyoroti 30 penelitian dengan tujuan mengurangi stigma negatif terhadap penderita HIV/AIDS. Sedangkan penelitian yang dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi dengan tujuan menggali faktor yang mempengaruhi sistem interpersonal penderita HIV/AIDS dengan adanya stigma negatif.