DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
No. 17/29/DPM Jakarta, 26 Oktober 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 18/31/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada

No. 15/24/DPM Jakarta, 5 Juli 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 17/ 8 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 17/37/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/ 9 /DPM Jakarta, 20 Mei 2015 S U R A T E D A R A N

No. 17/44/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N

No. 13/ 20 /DPM Jakarta, 8 Agustus 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 15/32/DPM Jakarta, 27 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/5/PBI/2018 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/ 12 /PBI/2016 TENTANG OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

No. 16/ 23 /DPM Jakarta, 24 Desember 2014 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/48/DPD Jakarta, 7 Desember SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/7/PADG/2018 TENTANG KEPESERTAAN OPERASI MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 14/ 18 /DPM Jakarta, 8 Juni 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 17/46/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 18/30/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No.18/12/DPM Jakarta, 24 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 17/40/DPM Jakarta, 16 November 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/1/PADG/2017 TENTANG PELAKSANAAN LELANG SURAT BERHARGA NEGARA DI PASAR PERDANA

No. 8/13/DPM Jakarta, 1 Mei 2006 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

No. 17/41 /DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH,UNIT USAHA SYARIAH, DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 14/ 32 /DPM Jakarta, 7 November 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

No. 17/39/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 13/ 27/DPM Jakarta, 1 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN LEMBAGA PERANTARA

No. 18/29/DPM Jakarta, 29 November 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/20/PBI/2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

No. 17/38/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

FREQUENTLY ASKED QUESTION

SOSIALISASI KETENTUAN

No. 10/28/DPM Jakarta, 1 September 2008 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DAN PERANTARA PEDAGANG EFEK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/5/ PBI/ 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

No. 10/16/DPM Jakarta, 31 Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No.10/ 37 /DPM Jakarta, 13 November 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

No. 17/45/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG DI INDONESIA

No. 17/43/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/17/PBI/2015 TENTANG SURAT BERHARGA BANK INDONESIA DALAM VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No. 16/22/DPM Jakarta, 24 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 17/42/DPM Jakarta, 16 November 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 17/39/DPM TAHUN 2015 TENTANG KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES) Kepada SEMUA BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/11/PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

No.18/13/DPM Jakarta, 24 Mei Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 12/ 16 /DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

No.6/4/DPM Jakarta, 16 Februari 2004 November 2003 SURAT EDARAN. Kepada BANK, PERANTARA PEDAGANG EFEK, DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING

Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan:

No. 9/4/DPM Jakarta, 16 Maret 2007 SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana dan Penatausahaan Surat Utang Negara

SURAT EDARAN. No.7/ 1 /DPM Jakarta, 3 Januari Kepada BANK UMUM DAN PIALANG

No. 15/12/DASP Jakarta, 8 April SURAT EDARAN Kepada BANK, PERUSAHAAN EFEK, DEALER UTAMA DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

No. 13/ 13 /DPM Jakarta, 9 Mei 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

No. 11/ 32 /DPM Jakarta, 7 Desember 2009 SURAT EDARAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/12/ PBI/ 2014 TENTANG OPERASI MONETER SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

FREQUENTLY ASKED QUESTION (FAQ) SURAT EDARAN NOMOR 16/23 /DPM TANGGAL 24 DESEMBER 2014 TENTANG OPERASI PASAR TERBUKA (OPT)

2012, No Mengingat Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter; : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Neg

No. 12/17/DPM Jakarta, 6 Juli 2010 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM. Perihal : Koridor Suku Bunga (Standing Facilities)

No. 15/31/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM

Kepada SEMUA BANK UMUM DAN PIALANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 11/8/DPM Jakarta, 27 Maret Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH, UNIT USAHA SYARIAH DAN PIALANG PASAR UANG RUPIAH DAN VALUTA ASING DI INDONESIA

No. 14 / 28 /DPM Jakarta, 27 September SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

No. 6/17/DPM Jakarta, 6 April 2004 NoAAve SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 17/32/DPSP Jakarta, 13 November SURAT EDARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 10/17/DPM Jakarta, 31 Maret Maret 2008 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

No. 10 /24/DPM Jakarta, 14 Juli SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/2/PADG/2018 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN FASILITAS LIKUIDITAS INTRAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No menetapkan Peraturan Bank Indonesia tentang Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek bagi Bank Umum Konvensional; Mengingat : 1. Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

No. 10 /2/DPM Jakarta, 31 Januari SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM

No. 17/36/DPM Jakarta, 16 November SURAT EDARAN Kepada SEMUA PESERTA SISTEM BANK INDONESIA - ELECTRONIC TRADING PLATFORM DI INDONESIA

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

No. 15/30/DPM Jakarta, 27 Agustus 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DAN LEMBAGA PERANTARA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 16/ 2 /DPM Jakarta, 28 Januari 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM. Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia.

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 11 /PBI/2010 TENTANG OPERASI MONETER

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Likuiditas Rupiah. Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/7/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI BANK KEPADA BANK INDONESIA DALAM RANGKA BILATERAL CURRENCY SWAP ARRANGEMENT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. BANK UMUM. SBI Syariah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4835)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

SURAT EDARAN. Tata Cara Lelang Surat Utang Negara di Pasar Perdana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/29/PADG/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG PELAKSANAAN OPERASI PASAR TERBUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menerbitkan transaksi domestic non-deliverable forward sebagai salah satu instrumen operasi moneter; b. bahwa dengan diterbitkannya transaksi domestic nondeliverable forward sebagai instrumen operasi moneter, diperlukan pengaturan mengenai mekanisme pelaksanaan transaksi domestic non-deliverable forward tersebut; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Perubahan atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka;

2 Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/5/PBI/2018 tentang Operasi Moneter (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6198) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/12/PBI/2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/5/PBI/2018 tentang Operasi Moneter (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6259) MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG PELAKSANAAN OPERASI PASAR TERBUKA. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka diubah sebagai berikut: 1. Ketentuan dalam Pasal 1 ditambahkan 4 (empat) angka di antara angka 46 dan angka 47, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai berikut: Pasal 1 Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Bank adalah bank umum konvensional, bank umum syariah, dan unit usaha syariah. 2. Bank Umum Konvensional yang selanjutnya disingkat BUK adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan.

3 3. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disingkat BUS adalah bank umum yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 4. Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disingkat UUS adalah unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai perbankan syariah. 5. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia untuk pengendalian moneter, yang dilakukan secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. 6. Operasi Moneter Konvensional yang selanjutnya disingkat OMK adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia untuk pengendalian moneter yang dilakukan secara konvensional. 7. Operasi Moneter Syariah yang selanjutnya disingkat OMS adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia untuk pengendalian moneter, yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. 8. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disingkat OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang dan/atau pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain untuk Operasi Moneter yang dilakukan secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah. 9. Operasi Pasar Terbuka Konvensional yang selanjutnya disebut OPT Konvensional adalah kegiatan transaksi di pasar uang dan/atau pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan BUK dan/atau pihak lain. 10. Operasi Pasar Terbuka Syariah yang selanjutnya disebut OPT Syariah adalah kegiatan transaksi di pasar uang berdasarkan prinsip syariah dan/atau pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan BUS, UUS, dan/atau pihak lain.

4 11. Peserta OPT adalah peserta OPT Konvensional dan peserta OPT Syariah. 12. Peserta OPT Konvensional adalah BUK yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai peserta OMK sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kepesertaan operasi moneter. 13. Peserta OPT Syariah adalah BUS dan/atau UUS yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai peserta OMS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kepesertaan operasi moneter. 14. Lembaga Perantara adalah pialang pasar uang rupiah dan valuta asing dan perusahaan efek yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai dealer utama yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagai lembaga perantara dalam Operasi Moneter sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kepesertaan operasi moneter. 15. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 16. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disingkat SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan berjangka waktu pendek. 17. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SDBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang dapat diperdagangkan hanya antar-buk. 18. Surat Berharga Bank Indonesia dalam Valuta Asing yang selanjutnya disebut SBBI Valas adalah surat berharga dalam valuta asing yang diterbitkan oleh

5 Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 19. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disingkat SBN adalah surat utang negara dan surat berharga syariah negara. 20. Surat Utang Negara yang selanjutnya disingkat SUN adalah surat utang negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai surat utang negara. 21. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disingkat SBSN adalah surat berharga syariah negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai surat berharga syariah negara. 22. Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga untuk OPT Konvensional yang selanjutnya disebut Transaksi Repo OPT Konvensional adalah transaksi penjualan surat berharga oleh Peserta OPT Konvensional kepada Bank Indonesia, dengan kewajiban pembelian kembali oleh Peserta OPT Konvensional sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 23. Transaksi Repurchase Agreement Surat Berharga untuk OPT Syariah yang selanjutnya disebut Transaksi Repo OPT Syariah adalah transaksi penjualan surat berharga oleh Peserta OPT Syariah kepada Bank Indonesia, dengan janji pembelian kembali oleh Peserta OPT Syariah sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 24. Transaksi Reverse Repo Surat Berharga untuk OPT Konvensional yang selanjutnya disebut Transaksi Reverse Repo OPT Konvensional adalah transaksi pembelian surat berharga oleh Peserta OPT Konvensional dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh Peserta OPT Konvensional sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.

6 25. Transaksi Reverse Repo Surat Berharga untuk OPT Syariah yang selanjutnya disebut Transaksi Reverse Repo OPT Syariah adalah transaksi pembelian surat berharga oleh Peserta OPT Syariah dari Bank Indonesia, dengan janji penjualan kembali oleh Peserta OPT Syariah sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 26. Penempatan Berjangka OPT Konvensional yang selanjutnya disebut Transaksi Term Deposit OPT Konvensional adalah penempatan dana secara berjangka di Bank Indonesia dalam rupiah dan/atau valuta asing milik Peserta OPT Konvensional. 27. Penempatan Berjangka OPT Syariah yang selanjutnya disebut Transaksi Term Deposit OPT Syariah adalah penempatan dana secara berjangka di Bank Indonesia dalam valuta asing milik Peserta OPT Syariah. 28. Rekening Giro adalah rekening giro milik Bank di Bank Indonesia dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing. 29. Rekening Surat Berharga adalah rekening surat berharga milik Bank pada BI-SSSS dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing yang ditatausahakan di Bank Indonesia untuk pencatatan kepemilikan dan setelmen atas transaksi surat berharga, transaksi dengan Bank Indonesia, dan/atau transaksi pasar keuangan. 30. Sub-Registry adalah Bank Indonesia dan pihak yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia sebagai peserta BI-SSSS untuk melakukan fungsi penatausahaan bagi kepentingan nasabah. 31. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah Sistem BI-RTGS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat berharga, dan setelmen dana seketika.

7 32. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disingkat BI-SSSS adalah BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat berharga, dan setelmen dana seketika. 33. Sistem Bank Indonesia-Electronic Trading Platform yang selanjutnya disebut Sistem BI-ETP adalah Sistem BI-ETP sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan transaksi, penatausahaan surat berharga, dan setelmen dana seketika. 34. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut Sistem LHBU adalah sarana pelaporan Bank kepada Bank Indonesia secara harian, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari Bank Indonesia. 35. Bank Koresponden adalah bank yang memelihara rekening giro valuta asing dalam rangka pembayaran dan/atau penerimaan dana valuta asing ke dan/atau dari Bank. 36. Bank Pembayar adalah bank yang memiliki Rekening Giro valuta asing di Bank Indonesia untuk melakukan pembayaran dan/atau penerimaan dana dalam rangka setelmen transaksi SBBI Valas. 37. Transaksi Spot adalah transaksi jual atau beli valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. 38. Transaksi Spot Beli Bank Indonesia adalah transaksi beli valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. 39. Transaksi Spot Jual Bank Indonesia adalah transaksi jual valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.

8 40. Transaksi Swap adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan atau pembelian kembali secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama serta pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 41. Transaksi Swap Beli Bank Indonesia adalah transaksi jual valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia secara tunai (spot) dengan diikuti transaksi pembelian kembali valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama serta pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 42. Transaksi Swap Jual Bank Indonesia adalah transaksi beli valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia secara tunai (spot) dengan diikuti transaksi penjualan kembali valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama serta pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. 43. Standard Settlement Instruction adalah suatu pedoman tertentu dalam melakukan transfer dana melalui sarana telekomunikasi yang antara lain memuat nama Bank Koresponden, nomor rekening, kode kliring, dan kode Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT). 44. Transaksi Forward adalah transaksi jual atau beli valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dana dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. 45. Transaksi Forward Jual Bank Indonesia adalah transaksi jual valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi.

9 46. Transaksi Forward Beli Bank Indonesia adalah transaksi beli valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia dengan penyerahan dana dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. 47. Transaksi Domestic Non-Deliverable Forward yang selanjutnya disebut Transaksi DNDF adalah transaksi derivatif valuta asing terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. 48. Mekanisme Fixing adalah mekanisme penyelesaian transaksi tanpa pergerakan dana pokok dengan cara menghitung selisih antara kurs Transaksi Forward dan kurs acuan pada tanggal tertentu yang telah ditetapkan di dalam kontrak (fixing date). 49. Transaksi DNDF Jual Bank Indonesia adalah transaksi derivatif jual valuta asing terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) oleh Bank Indonesia berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. 50. Transaksi DNDF Beli Bank Indonesia adalah transaksi derivatif beli valuta asing terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) oleh Bank Indonesia berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. 51. Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang selanjutnya disebut JISDOR adalah representasi harga spot dolar Amerika Serikat terhadap rupiah dari transaksi antar Bank di pasar domestik, termasuk transaksi Bank dengan bank di luar negeri, yang informasi data transaksinya dapat diakses melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap rupiah antara bank dengan pihak domestik.

10 52. Setelmen Surat Berharga adalah kegiatan pendebitan dan pengkreditan Rekening Surat Berharga untuk penatausahaan. 53. Setelmen Dana adalah kegiatan pendebitan dan pengkreditan Rekening Giro di Bank Indonesia melalui Sistem BI-RTGS untuk penatausahaan. 54. Delivery Versus Payment yang selanjutnya disingkat DVP adalah mekanisme setelmen transaksi dengan cara Setelmen Surat Berharga dan Setelmen Dana dilakukan secara bersamaan. 55. Pelunasan atau Pencairan Sebelum Jatuh Waktu yang selanjutnya disebut Early Redemption adalah pelunasan SBI, SDBI, SBBI Valas sebelum jatuh waktu atau pencairan Term Deposit OPT Konvensional atau Term Deposit OPT Syariah sebelum jatuh waktu. 56. Hari Kerja adalah hari kerja Bank Indonesia, termasuk hari kerja operasional terbatas Bank Indonesia. 2. Ketentuan Bab II ditambahkan 1 (satu) bagian, yakni Bagian Kedua Belas, yang terdiri dari 23 (dua puluh tiga) Pasal, yakni Pasal 184A sampai dengan Pasal 184W sehingga berbunyi sebagai berikut: Bagian Kedua Belas Transaksi DNDF Paragraf 1 Pengumuman Lelang Transaksi DNDF Pasal 184A (1) Bank Indonesia mengumumkan rencana Transaksi DNDF secara lelang dan perubahannya paling lambat sebelum window time, melalui sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing, Sistem LHBU, dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

11 (2) Pengumuman rencana Transaksi DNDF secara lelang meliputi: a. jenis Transaksi DNDF; b. sarana transaksi; c. tanggal lelang; d. nama lelang (auction name), apabila lelang Transaksi DNDF dilakukan melalui sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing; e. tanggal spot; f. tanggal tertentu yang ditetapkan di dalam kontrak (fixing date); g. waktu penyerahan dana (tenor); h. window time; i. metode lelang; j. tanggal setelmen (tanggal valuta); k. kurs DNDF, apabila lelang dilakukan dengan metode harga tetap (fixed rate tender); l. kurs acuan yang digunakan pada saat fixing date adalah kurs JISDOR; m. target indikatif lelang, apabila lelang dilakukan dengan metode harga beragam (variable rate tender); n. jenis valuta; dan/atau o. informasi lainnya. Paragraf 2 Pengajuan Penawaran Transaksi DNDF Secara Lelang Pasal 184B Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran Transaksi DNDF secara lelang kepada Bank Indonesia melalui sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing dan/atau sarana transaksi lain dalam window time yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

12 Pasal 184C (1) Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang meliputi informasi: a. nama Peserta OPT Konvensional; b. tanggal transaksi; c. waktu penyerahan dana (tenor); d. tanggal spot; e. tanggal tertentu yang ditetapkan di dalam kontrak (fixing date); f. tanggal setelmen (tanggal valuta); g. jenis valuta; h. nilai nominal, apabila lelang dengan metode harga tetap (fixed rate tender); i. nilai nominal dan kurs DNDF, apabila lelang dengan metode harga beragam (variable rate tender); j. Standard Settlement Instruction; dan/atau k. informasi lainnya. (2) Pengajuan setiap penawaran nilai nominal dari Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara paling sedikit USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat) dan selebihnya dengan kelipatan USD1,000,000.00 (satu juta dolar Amerika Serikat). (3) Dalam hal lelang Transaksi DNDF dilakukan dengan metode harga beragam (variable rate tender), pengajuan setiap penawaran kurs DNDF dari Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara paling sedikit dengan kelipatan Rp1,00 (satu rupiah). Pasal 184D (1) Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara harus memantau kebenaran data penawaran Transaksi DNDF secara lelang yang disampaikan kepada Bank Indonesia. (2) Lembaga Perantara harus menyampaikan informasi kepada Peserta OPT Konvensional mengenai Transaksi DNDF secara lelang yang diajukan untuk

13 kepentingan Peserta OPT Konvensional. (3) Dalam hal Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184C dan tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time Transaksi DNDF secara lelang, penawaran tersebut dinyatakan batal. Paragraf 3 Pendaftaran dan Pengkinian Informasi untuk Mengikuti Transaksi DNDF Secara Lelang Melalui Sistem Otomasi Lelang Operasi Moneter Valuta Asing Pasal 184E Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara melakukan pendaftaran dan/atau pengkinian informasi sebelum mengikuti Transaksi DNDF secara lelang. Pasal 184F (1) Peserta OPT Konvensional menyampaikan surat permohonan pendaftaran untuk mengikuti Transaksi DNDF secara lelang, yang dilengkapi dengan informasi paling sedikit sebagai berikut: a. nama Peserta OPT Konvensional; b. Bank Identifier Code (BIC) Peserta OPT Konvensional; c. 1 (satu) Terminal Controller Identifier (TCID) dalam hal Peserta OPT Konvensional telah memiliki Terminal Controller Identifier (TCID); d. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan dealer yang berwenang melakukan Transaksi DNDF; dan e. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan dari pejabat yang membawahkan dealer yang berwenang melakukan Transaksi DNDF sebagaimana dimaksud dalam huruf d.

14 (2) Lembaga Perantara menyampaikan surat permohonan pendaftaran untuk mengikuti Transaksi DNDF secara lelang, yang dilengkapi dengan informasi paling sedikit sebagai berikut: a. nama Lembaga Perantara; b. 1 (satu) Terminal Controller Identifier (TCID) Lembaga Perantara; c. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan broker yang berwenang melakukan Transaksi DNDF; dan d. nama, surat elektronik, dan contoh tanda tangan dari pejabat yang membawahkan broker yang berwenang melakukan Transaksi DNDF sebagaimana dimaksud dalam huruf c. (3) Permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditandatangani oleh pejabat yang berwenang mewakili Peserta OPT Konvensional atau Lembaga Perantara. (4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan melalui surat kepada Bank Indonesia pada saat pertama kali akan melakukan Transaksi DNDF. (5) Surat permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menggunakan format sebagaimana contoh yang tercantum dalam Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. (6) Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan ke alamat sebagai berikut: Bank Indonesia c.q. Departemen Pengelolaan Moneter Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 (7) Dalam hal terjadi perubahan alamat surat-menyurat sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Bank Indonesia memberitahukan melalui surat dan/atau media lain.

15 Pasal 184G (1) Dalam hal terjadi perubahan atas informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184F ayat (1) dan ayat (2), Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara menyampaikan pengkinian informasi melalui surat dengan menggunakan format sebagaimana contoh yang tercantum dalam Lampiran XV. (2) Surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bank Indonesia dengan alamat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184F ayat (6). Pasal 184H Bank Indonesia menyampaikan persetujuan pendaftaran untuk mengikuti Transaksi DNDF secara lelang kepada Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara melalui surat yang memuat informasi sebagai berikut: a. nama Peserta OPT Konvensional dan/atau Lembaga Perantara; b. Bank Identifier Code (BIC) Peserta OPT Konvensional; c. Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT Konvensional dan/atau Lembaga Perantara; d. kode individual page yang terdiri dari active page, historical page, dan confirmation page pada sistem otomasi lelang Operasi Moneter valuta asing; e. Standard Settlement Instruction Peserta OPT Konvensional; f. tanggal efektif untuk mengikuti lelang Transaksi DNDF; dan/atau g. informasi lainnya.

16 Paragraf 4 Pengajuan Penawaran Transaksi DNDF Secara Lelang Melalui Sistem Otomasi Lelang Operasi Moneter Valuta Asing Pasal 184I (1) Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang dengan metode harga tetap (fixed rate tender) meliputi informasi paling sedikit sebagai berikut: a. nama lelang (auction name); b. penawaran nilai nominal; dan c. Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT Konvensional, dalam hal Lembaga Perantara mengajukan penawaran untuk dan atas nama Peserta OPT Konvensional, untuk masing-masing jangka waktu Transaksi DNDF. (2) Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang dengan metode harga beragam (variable rate tender) meliputi informasi paling sedikit sebagai berikut: a. nama lelang (auction name); b. penawaran nilai nominal; c. kurs DNDF; dan d. Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT Konvensional, dalam hal Lembaga Perantara mengajukan penawaran untuk dan atas nama Peserta OPT Konvensional, untuk masing-masing jangka waktu Transaksi DNDF. Pasal 184J (1) Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara dapat mengajukan koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time Transaksi DNDF. (2) Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Peserta OPT Konvensional dapat mengajukan koreksi terhadap informasi penawaran, selain informasi nama lelang (auction name); dan/atau

17 b. Lembaga Perantara yang mengajukan penawaran lelang Transaksi DNDF untuk dan atas nama Peserta OPT Konvensional dapat mengajukan koreksi terhadap informasi penawaran selain informasi Terminal Controller Identifier (TCID) Peserta OPT Konvensional dan nama lelang (auction name). (3) Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi persyaratan pengajuan penawaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184I. Paragraf 5 Pengajuan Penawaran Transaksi DNDF Secara Lelang Melalui Sarana Transaksi Lain Yang Ditetapkan Oleh Bank Indonesia Pasal 184K Pengajuan penawaran Transaksi DNDF secara lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184C ayat (1) melalui sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, dilakukan paling banyak 2 (dua) kali untuk masing-masing tenor yang ditawarkan. Pasal 184L (1) Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time Transaksi DNDF secara lelang. (2) Koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan terhadap informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184C ayat (1) kecuali informasi nama Peserta OPT Konvensional dan tenor Transaksi DNDF secara lelang. (3) Dalam hal dilakukan koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas jumlah penawaran (nilai nominal), jumlah penawaran (nilai nominal) tersebut harus

18 memenuhi persyaratan penawaran nilai nominal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184C ayat (2). Paragraf 6 Penetapan Pemenang Transaksi DNDF Secara Lelang Pasal 184M (1) Dalam hal Transaksi DNDF secara lelang dilakukan dengan metode harga tetap (fixed rate tender), penetapan pemenang dihitung dengan cara: a. penawaran nilai nominal yang diajukan Peserta OPT Konvensional dimenangkan seluruhnya; atau b. penawaran nilai nominal yang diajukan Peserta OPT Konvensional dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional sesuai dengan perhitungan Bank Indonesia. (2) Dalam hal Transaksi DNDF secara lelang dilakukan dengan metode harga beragam (variable rate tender), penetapan pemenang dihitung dengan cara: a. Bank Indonesia menetapkan batas kurs DNDF yang diterima; b. untuk Transaksi DNDF Jual, Bank Indonesia menetapkan penawaran yang dimenangkan dengan cara: 1. dalam hal kurs DNDF yang diajukan Peserta OPT Konvensional lebih tinggi dari batas penawaran kurs DNDF yang diterima Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran yang diajukan; atau 2. dalam hal kurs DNDF yang diajukan Peserta OPT Konvensional sama dengan batas penawaran kurs DNDF yang diterima Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran yang

19 diajukan secara proporsional sesuai dengan perhitungan Bank Indonesia; dan c. untuk Transaksi DNDF Beli, Bank Indonesia menetapkan penawaran yang dimenangkan dengan cara: 1. dalam hal kurs DNDF yang diajukan Peserta OPT Konvensional lebih rendah dari batas penawaran kurs DNDF yang diterima Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran yang diajukan; atau 2. dalam hal kurs DNDF yang diajukan Peserta OPT Konvensional sama dengan batas penawaran kurs DNDF yang diterima Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran yang diajukan secara proporsional sesuai dengan perhitungan Bank Indonesia. (3) Contoh perhitungan pemenang Transaksi DNDF secara lelang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran XV. (4) Pembulatan nilai nominal yang dimenangkan oleh pemenang Transaksi DNDF secara lelang dengan perhitungan secara proporsional dilakukan dengan pembulatan ke seratusribuan dolar Amerika Serikat terdekat dengan ketentuan sebagai berikut: a. untuk nominal kurang dari USD50,000.00 (lima puluh ribu dolar Amerika Serikat) dibulatkan menjadi 0 (nol); dan b. untuk nominal USD50,000.00 (lima puluh ribu dolar Amerika Serikat) atau lebih dibulatkan menjadi USD100,000.00 (seratus ribu dolar Amerika Serikat).

20 Pasal 184N Peserta OPT Konvensional menyampaikan konfirmasi hasil penetapan pemenang Transaksi DNDF melalui SWIFT message format MT300 atau sarana lain kepada Bank Indonesia c.q. Departemen Operasional Tresuri dan Pinjaman. Pasal 184O Bank Indonesia dapat menetapkan tidak ada pemenang Transaksi DNDF secara lelang. Paragraf 7 Pengumuman Hasil Transaksi DNDF Secara Lelang Pasal 184P Bank Indonesia mengumumkan hasil Transaksi DNDF secara lelang setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang oleh Bank Indonesia dengan ketentuan sebagai berikut: a. mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang kepada semua Peserta OPT Konvensional dan Lembaga Perantara secara keseluruhan melalui sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing, Sistem LHBU dan/atau sarana lain, yang memuat informasi berupa nilai nominal Transaksi DNDF yang dimenangkan, rata-rata tertimbang (weighted average) kurs DNDF per tenor, dan/atau informasi lainnya; b. melakukan konfirmasi kepada pemenang lelang secara individual melalui sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing, dan/atau sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berupa: 1. nominal lelang Transaksi DNDF yang dimenangkan Peserta OPT Konvensional; 2. kurs DNDF yang dimenangkan; 3. jangka waktu transaksi;

21 4. tanggal valuta; 5. permintaan Standard Settlement Instruction Peserta OPT Konvensional; 6. permintaan nomor Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional; dan/atau 7. informasi lainnya; dan c. dalam hal penawaran lelang diajukan melalui Lembaga Perantara, konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. dalam hal Peserta OPT Konvensional tidak memiliki sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing dan/atau sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, konfirmasi akan dilakukan melalui Lembaga Perantara; atau 2. dalam hal Peserta OPT Konvensional memiliki sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing dan/atau sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, konfirmasi akan dilakukan kepada Peserta OPT Konvensional yang bersangkutan. Paragraf 8 Transaksi DNDF Secara Nonlelang Pasal 184Q Transaksi DNDF secara nonlelang dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan Peserta OPT Konvensional dengan cara langsung atau melalui Lembaga Perantara.

22 Paragraf 9 Setelmen Transaksi DNDF Pasal 184R (1) Penyelesaian Transaksi DNDF dilakukan dengan Mekanisme Fixing. (2) Mekanisme Fixing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan kurs acuan berupa kurs JISDOR untuk mata uang dolar Amerika Serikat terhadap rupiah pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date). (3) Penyelesaian Transaksi DNDF dilakukan dalam mata uang rupiah. (4) Transaksi DNDF tidak dapat dilakukan perpanjangan (roll over), pengakhiran transaksi (unwind) dan percepatan penyelesaian transaksi (early termination). Pasal 184S (1) Pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184R ayat (2), Bank Indonesia melakukan perhitungan selisih antara kurs transaksi DNDF dengan kurs JISDOR. (2) Bank Indonesia menginformasikan selisih antara kurs Transaksi DNDF dengan kurs JISDOR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Peserta OPT Konvensional melalui sistem otomasi lelang operasi moneter valuta asing, sarana transaksi lain dan/atau sarana informasi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (3) Peserta OPT Konvensional menyampaikan konfirmasi atas perhitungan selisih antara kurs Transaksi DNDF dengan kurs JISDOR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melalui SWIFT message format MT300 atau sarana transaksi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia kepada Bank Indonesia c.q. Departemen Operasional Tresuri dan Pinjaman.

23 Pasal 184T (1) Untuk Transaksi DNDF Jual, dalam hal: a. Kurs DNDF lebih tinggi dari kurs JISDOR, Bank Indonesia menerima selisih antara kurs DNDF dengan kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount); atau b. Kurs DNDF lebih rendah dari kurs JISDOR, Bank Indonesia membayar selisih antara kurs DNDF dengan kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount); (2) Pada tanggal setelmen Transaksi DNDF, Bank Indonesia: a. mendebit Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih antara kurs DNDF dengan kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount) dalam hal kurs DNDF lebih tinggi dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date); atau b. mengkredit Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih antara kurs DNDF dengan kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount) dalam hal kurs DNDF lebih rendah dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date). Pasal 184U (1) Untuk Transaksi DNDF Beli, dalam hal: a. kurs DNDF lebih tinggi dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date), Bank Indonesia membayar selisih

24 antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount); atau b. kurs DNDF lebih rendah dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date), Bank Indonesia menerima selisih antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount). (2) Pada tanggal setelmen Transaksi DNDF, Bank Indonesia: a. mengkredit Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount) dalam hal kurs DNDF lebih tinggi dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date); atau b. mendebit Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional di Bank Indonesia sebesar selisih antara kurs DNDF dengan JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dikalikan dengan nilai nominal (notional amount) dalam hal kurs DNDF lebih rendah dari kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date). Pasal 184V (1) Dalam hal pada tanggal setelmen Transaksi DNDF dengan Bank Indonesia, Peserta OPT Konvensional tidak memiliki dana rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, Peserta OPT Konvensional wajib menyediakan dana rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen pada

25 Hari Kerja berikutnya. (2) Pembayaran kewajiban setelmen Transaksi DNDF dengan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pendebitan Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional di Bank Indonesia. Pasal 184W (1) Dalam hal tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah maka kurs JISDOR pada tanggal tertentu yang ditetapkan dalam kontrak (fixing date) dilakukan menggunakan kurs JISDOR pada Hari Kerja sebelumnya. (2) Dalam hal tanggal setelmen ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah maka tanggal pelaksanaan setelmen dilakukan pada Hari Kerja berikutnya. 3. Ketentuan Pasal 306 ditambahkan ayat (1) huruf d dan ayat 3 (tiga) sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 306 (1) Peserta OPT Konvensional dikenakan sanksi dalam hal tidak dapat memenuhi kewajiban setelmen Transaksi OPT Konvensional dalam valuta asing, meliputi: a. Transaksi Spot sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 huruf c dan Pasal 146 huruf c; b. Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 162, Pasal 164 ayat (1), Pasal 166 ayat (1), dan Pasal 168; c. Transaksi Forward sebagaimana dimaksud dalam Pasal 181 ayat (1) dan Pasal 183; dan d. Transaksi DNDF sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184V ayat (1). (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c berupa: a. teguran tertulis dengan tembusan kepada

26 Otoritas Jasa Keuangan; dan b. kewajiban membayar yang dihitung atas dasar: 1. rata-rata suku bunga efektif Fed Fund yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah margin sebesar 200 (dua ratus) basis point dikalikan nilai transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing dolar Amerika Serikat; 2. rata-rata suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter di negara valuta yang bersangkutan (official rate) yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah margin sebesar 200 (dua ratus) basis point dikalikan nilai transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing nondolar Amerika Serikat; atau 3. rata-rata Bank Indonesia 7-Day (Reverse) Repo Rate yang berlaku ditambah margin sebesar 350 (tiga ratus lima puluh) basis point dikalikan nilai transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam rupiah. (3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa: a. kewajiban membayar dalam rupiah yang dihitung atas dasar rata-rata Bank Indonesia 7- Day (Reverse) Repo Rate yang berlaku ditambah margin sebesar 350 (tiga ratus lima puluh) basis point dikalikan kewajiban setelmen dan dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per transaksi; dan

27 b. penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter sampai dengan akhir hari saat Peserta OPT Konvensional memenuhi kewajibannya. 4. Pasal 308 ditambahkan 3 (tiga) ayat sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 308 (1) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306 ayat (2) dilakukan dengan mendebit Rekening Giro rupiah atau Rekening Giro valuta asing Peserta OPT yang ada di Bank Indonesia paling lama 2 (dua) Hari Kerja setelah tanggal kewajiban setelmen. (2) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306 ayat (3) huruf a dilakukan dengan mendebit Rekening Giro rupiah Peserta OPT Konvensional yang ada di Bank Indonesia paling lama 1 (satu) Hari Kerja setelah tanggal kewajiban setelmen. (3) Sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 306 ayat (3) huruf b diberlakukan mulai 1 (satu) Hari Kerja setelah diperoleh informasi tidak dipenuhinya kewajiban setelmen Transaksi DNDF. (4) Sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan sampai dengan akhir hari saat Peserta OPT Konvensional memenuhi kewajiban setelmen Transaksi DNDF. 5. Pasal 312 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut: Pasal 312 Atas batalnya transaksi OMK, yang terdiri atas transaksi OPT Konvensional dan/atau transaksi Standing Facilities

28 Konvensional, yang ketiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 303 ayat (2) dan Pasal 309, Peserta OPT juga dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMK selama 5 (lima) Hari Kerja berturut-turut. 6. Lampiran ditambahkan 1 (satu) lampiran, yakni Lampiran XV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. Pasal II Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 7 November 2018 ANGGOTA DEWAN GUBERNUR, TTD ERWIN RIJANTO

PENJELASAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/29/PADG/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 20/6/PADG/2018 TENTANG PELAKSANAAN OPERASI PASAR TERBUKA I. UMUM Dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-Undang, telah diatur secara jelas bahwa tujuan Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter antara lain melalui penerbitan Transaksi DNDF sebagai salah satu instrumen Operasi Moneter. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan atas Peraturan Anggota Dewan Gubernur Nomor 20/6/PADG/2018 tentang Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka yang mengatur mengenai mekanisme Transaksi DNDF tersebut.

2 II. PASAL DEMI PASAL Pasal I Angka 1 Pasal 1 Angka 2 Pasal 184A Pasal 184B Pasal 184C Pasal 184D Pasal 184E Pasal 184F Pasal 184G Pasal 184H Pasal 184I Pasal 184J

3 Pasal 184K Pasal 184L Pasal 184M Pasal 184N Pasal 184O Pasal 184P Pasal 184Q Pasal 184R Pasal 184S Pasal 184T Pasal 184U Pasal 184V

4 Pasal 184W Angka 3 Pasal 306 Angka 4 Pasal 308 Angka 5 Pasal 312 Angka 6 Pasal II