BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Fase ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) TERHADAP PROFIL LIPID PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN LINGKAR LEHER DAN TEBAL LEMAK BAWAH KULIT (SKINFOLD) TERHADAP PROFIL LIPID PADA REMAJA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Adolescene atau remaja merupakan periode kritis peralihan dari anak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Gizi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

I. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

I. PENDAHULUAN. Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak,

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Setiap perempuan akan mengalami proses fisiologis dalam hidupnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian penyakit tidak menular (PTM). Hal ini sesuai dengan data World

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

PERBANDINGAN KADAR LEMAK TUBUH BERDASARKAN PENGUKURAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN SKINFOLD THICKNESS (SFT) PADA ORANG DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

Hubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Uuniversitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi abnormal atau berlebihnya lemak

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Fase ini dapat disebut pula fase perkembangan puncak pertumbuhan, dimana terjadi perubahan baik fisik, psikis, hormonal maupun sosial. 1 Perubahan fisik yang terjadi meliputi bentuk wajah, postur tubuh, tinggi badan, berat badan, dan lain sebagainya. Perubahan berat badan merupakan proses yang secara fisiologis terjadi pada setiap remaja dalam masa perkembangan, akan tetapi jika perubahan berat badan ini tidak terkontrol dan menjadi berlebihan maka remaja akan mengalami kelebihan berat badan (overweight) bahkan obesitas. 2,3,4 Overweight dan obesitas terjadi karena akumulasi lemak abnormal atau berlebihan, terjadi peningkatan konsentrasi asam lemak bebas di plasma dan yang dapat mengganggu kesehatan. 4 Hal tersebut seharusnya menjadi perhatian seluruh kalangan masyarakat dari berbagai kelompok usia baik dari usia anak-anak, remaja, dewasa dan usia lanjut. Berdasarkan penelitian pada tahun 2002 pada etnik kaukasia terhadap remaja usia antara 13-15 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki indeks massa tubuh (IMT) 85 persentil menegaskan bahwa terjadi peningkatan resiko menjadi overweight atau obesitas saat dewasa dan mengambarkan profil lipid dan profil glukosa yang abnormal saat dewasa. 5 Berdasarkan data World Health Organization (WHO) obesitas di seluruh dunia bertambah cukup pesat menjadi lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980. Tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, berusia 18 tahun mengalami

2 overweight dan lebih dari 600 juta orang di dunia mengalami obesitas. Prevalensi dewasa (usia lebih dari 18 tahun) yang mengalami overweight sebanyak 39% dan 13% mengalami obesitas pada tahun 2014. 4 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 dilihat dari status gizinya dengan menggunakan perhitungan IMT yang dikelompokan berdasarkan usia pada penduduk Indonesia didapatkan remaja kelompok usia 13-15 tahun gemuk sebanyak 10,8% terdiri dari 8,3% overweight dan 2,5% obesitas. Remaja kelompok usia 16-18 tahun gemuk sebanyak 7,3% terdiri dari 5,7% overweight dan 1,6% obesitas. Sedangkan pada dewasa (usia >18tahun) didapatkan angka overweight sebesar 13,5% dan obesitas 15,4%. Perempuan dewasa yang mengalami obesitas lebih banyak daripada laki-laki dewasa, yaitu perempuan 32,4% dan laki-laki 19,7%. 6 Berdasarkan data dari Riskesdas di provinsi Jawa Tengah tahun 2013 didapatkan prevalensi pada remaja kelompok usa 13-15 tahun 7,1% overweight dan 2,4% obesitas. Remaja kelompok usia 16-18 tahun 5,4% overweight dan 1,7% obesitas. Usia dewasa (>18 tahun) 10,8% overweight dan 12,8% obesitas. Dewasa laki-laki dan perempuan mempunyai angka prevalensi yang berbeda, pada dewasa laki-laki 8,8% overweight dan 8,0% obesitas. Sedangkan, pada dewasa perempuan 12,7% overweight dan 17,5% obesitas. 7 Prevalensi di kota Semarang berdasarkan Riskesdas tahun 2013 didapatkan remaja kelompok usia 13-15 tahun 11,0% overweight dan 4,9% obesitas. Remaja kelompok usia 16-18 tahun 7,6% overweight dan 2,7% obesitas. Dewasa (>18 tahun) didapatkan 14,2% overweight dan 20,6% obesitas. Berdasarkan jenis

3 kelamin, prevalensi pada dewasa laki-laki sebesar 14,5% overweight dan 17,2% obesitas. Sedangkan, pada dewasa perempuan 13,9% overweight dan 23,9% mengalami obesitas. 7 Profil lipid merupakan kadar berbagai macam lipid yang terdapat dalam darah dan ditransport dalam plasma, diantaranya kolesterol total, chylomicrons (CM), very low-density lipoprotein (VLDL), intermediate-density lipoprotein (IDL), low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein (HDL) dan lipoprotein (a) [Lp (a)] dan trigliserida. 8,9 Profil lipid erat kaitannya dengan faktor risiko obesitas. Obesitas merupakan komponen utama kejadian sindroma metabolik. 10 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menyatakan penduduk di Indonesia tahun 2013 dengan kisaran umur 15 tahun memiliki kadar kolesterol total di atas nilai normal meliputi yang berada dikategori borderline maupun kadar tinggi sebesar 35,9 %. Kadar HDL dibawah normal 22,9 % penduduk laki-laki Indonesia memiliki proporsi lebih dari dua kali lipat nilai abnormal HDL jika dibandingkan dengan penduduk perempuan Indonesia. Kadar LDL diatas nilai normal dengan kategori near optimal dan borderline tinggi 60,3%, kategori tinggi dan sangat tinggi 15,9 %. Serta kadar trigliserida kategori borderline tinggi 13,0 % dan 11,9 % untuk kategori tinggi dan sangat tinggi. 6 Saat ini dikenal beberapa metode pengukuran antopometri yang dapat digunakan untuk skrining overweight dan obesitas, diantaranya menghitung IMT, mengukur lingkar leher, lingkar lengan atas, lingkar pergelangan tangan, lingkar perut, lingkar pinggang, skinfold, dan lain sebagainya. Diantara pemeriksaan

4 antopometri tersebut, WHO menggunakan IMT untuk menilai status gizi. Indeks massa tubuh merupakan gambaran ststus gizi berdasarkan berat badan dan tinggi badan sehingga dapat mengklasifikasikan overweight dan obesitas pada berbagai kalangan usia. Hal ini dilakukan dengan perhitungan berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m 2 ). Apabila IMT 25 disebut overweight dan IMT 30 disebut obesitas. 4 Sedangkan untuk populasi Asia, dikategorikan overweight bila IMT 23,0-24,9 dan dikategorigakan obesitas bila IMT 25. 11 Pengukuran lingkar leher telah digunakan untuk mengidentifikasi overweight dan obesitas yang memiliki korelasi positif yang kuat baik dengan usia, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul, rasio lingkar pinggang-pinggul, dan IMT untuk kedua jenis kelamin. 12 Bagian leher yang merupakan lemak subkutan tubuh bagian atas berperan dalam melepaskan asam lemak bebas. Apabila terjadi peningkatan asam lemak bebas yang berlebih, maka dapat memicu meningkatnya kadar trigliserida dalam darah. 13 Tebal lemak bawah kulit (skinfold) menunjukkan gambaran deposit lemak subkutan yang dapat memberikan gambaran perkiraan total lemak tubuh. 14 Pengukuran antropometri ini yang akurat pada anak dan remaja dalam penilaian resiko metabolik. Lokasi pengukuran skinfold diantaranya di triceps, biceps, subskapula, suprailiaka, midaxilla, dada, abdomen, krista iliaca, betis, paha. Metode ini mudah untuk dilakukan, murah dan tidak invasif sama seperti pengukuran lingkar leher, akan tetapi bersifat etnicaly dependent, rasial dan berbeda antar jenis kelamin. 14 Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan pola

5 penyebaran lemak badan antara laki-laki dan perempuan yang terutama disebabkan oleh faktor hormonal. Perempuan mempunyai lemak spesifik yang mulai timbul sejak masa pubertas dan biasanya tersebar di daerah payudara, perut bagian bawah, paha dan sekitar alat genital. Sehingga berbeda dengan laki-laki, pada perempuan setelah mengalami pubertas mempunyai pola distribusi lemak yang khas. 15 Berdasarkan pemaparan diatas, akan dilakukannya peneletian mengenai hubungan lingkar leher dan skinfold terhadap profil lipid pada remaja. 1.2 Rumusan Masalah Dengan memperhatikan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara lingkar leher dan skinfold terhadap profil lipid pada remaja? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan lingkar leher dan skinfold terhadap profil lipid pada remaja. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mendeskripsikan karakteristik lingkar leher pada remaja. 2. Mendeskripsikan karakterisrik skinfold pada remaja. 3. Mendeskripsikan karakteristik profil lipid pada remaja

6 4. Menganalisis hubungan lingkar leher terhadap profil lipid 5. Menganalisis hubungan skinfold terhadap profil lipid 1.4 Mafaat Penelitian Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi: 1. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai sumbangan untuk memperkaya pengetahuan tentang hubungan lingkar leher dan skinfold terhadap profil lipid pada remaja. 2. Bagi masyarakat khususnya remaja, sebagai salah satu pencegahan terjadinya sindroma metabolik pada usia dewasa muda atau saat lanjut usia nanti dengan melakukan skrining pengukuran lingkar leher dan skinfold terhadap profil lipid sedini mungkin. 3. Bagi dunia kedokteran, sumbangan informasi untuk penelitian selanjutnya

7 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Peneliti, Judul Metode Hasil tahun Penelitian 1. Gilles Impact of Setting: Profil glukosa dan profil Plourde Obesity On Study 1 and 2: lipid secara signifikan (2002) Glucose and Hospitals berhubungan dengan Lipid Profiles in associated with pengukuran Adolescents at Montreal antropometri, baik pada Different Age and McGill remaja laki-laki maupun Groups in Universities remaja perempuan. WC: Relation to Adult Desain: AC, CPR, STR dan Studi 1: Case- SUM merupakan control prediktor kuat untuk Studi 2: profil glukoa dan lipid Retrospective- dari pada IMT.Obesitas prospective pada usia remaja longitudinal meningkatkan faktor Variabel: resiko obesitas saat -Profil glukosa dewasa. Remaja dengan -profil lipid overweight atau obesitas memiliki peningkatan resiko mengalami gangguan profil glukosan dan atau profil lipid.

8 2 Hingorjo Neck Setting: Lingkar leher memiliki Mozaffer Circumference Fatima Jinnah korelasi positif yang Rahim, as Useful Dental tinggi terhadap IMT dkk Marker of College, pada laki-laki dan (2012) Obesity: A Karachi. perempuan, dan Comparison Desain: terhadap rasio lingkar with Body Mass Cross sectional pinggang-panggung Index and Waist Subyek: berlaku pada laki-laki Circumference Young adults saja. Didapatkan hasil, (dental pada BMI 23,0 dan 25,0 students) aged memiliki lingkar leher, 18 to 20 years pada laki-laki 35,7 cm Variabel: dan 37,5 cm. Sedangkan -Neck pada perempuan 32,2 Circumference cm dan 33,5 cm. -Body Mass Index -Waist Circumference 3 Rahma Hubungan Setting: Lingkar leher dan Teta Lingkar Leher SMA Negeri 2 lingkar pinggang Amelind dan Lingkar Semarang dan mempunyai kolerasi a, dkk Pinggang SMP Negeri 9 positif dengan kadar (2014) dengan Kadar Semarang trigliserida, keduanya Trigliserida Desain: menunjukkan kolerasi Orang Dewasa Cross sectional yang bermakna. Apabila Subyek: lingkar leher besar dan Pegawai atau lingkar pinggang sekolah dengan besar, kadar trigliserida kelompok nya pun tinggi.

9 umur berusia 45 tahun Variabel: - Lingkar leher -Lingkar Pinggang - Trigliserida -Orang dewasa 4 Astrid Gambaran Profil Setting: Dari 97 siswa hanya 13 Noveria Lipid pada SMP Negeri 1 siswa yang bersedia Ikhsan Siswa Obese di Manado untuk melakukan dkk SMP Negeri 1 Desain: pemeriksaan profil (2015) Manado Cross sectional lipid. Dari hasil Subyek: pemeriksaan didapatkan Siswa kelas 1-3 2 (15.3%) siswa SMP obesitas memiliki kadar kelompok kolestrol total diatas umur berusia normal, 3 (23.1%) siswa 11-14 tahun obesitas memiliki kadar Variabel: LDL diatas normal, 1 - Profil Lipid (7.7%) siswa obesitas (Kolesterol memiliki kadar HDL Total, HDL, dibawah normal, dan 2 LDL, (15.4%) siswa obesitas Trigliserida) memiliki kadar -Siswa Obese Trigliserida diatas normal.

10 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada pemeriksaan antropometri yang dilakukan yaitu mengukur lingkar leher dan skinfold terhadap profil lipid (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida) pada kelompok usia remaja (usia 16-18 tahun) Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota Semarang.