PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN INTELEKTUALTERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR SEPAK BOLA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang melalui proses komunikasi, dalam komunikasi harus ada timbal

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

tingkatan yakni C1, C2, C3 yang termasuk dalam Lower Order Thinking dan C4, C5, C6 termasuk dalam Higher Order Thinking Skills.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. individu dan tim yang menyatu dalam sebuah kerja sama keseluruhan. Pada

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Merujuk kepada hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang handal, tentunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani yang sehat, sehingga mampu melaksanakan tugas untuk. kepentingan sendiri maupun bagi kepentingan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Pelaku yang berperan langsung dalam mencapai peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. waktu. Model-model pembelajaran konvensional kini mulai ditinggalkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada dasarnya bertujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan jasmani. Kegiatan diarahkan dan dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR SEPAKBOLA. Iyan Nurdiyan Haris, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB II LANDASAN TEORI

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepak bola adalah cabang olahraga yang menggunakan bola yang terbuat dari bahan kulit dan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 orang pemain inti dan sebagian pemain cadangan. Olahraga sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola kegawang lawan. Olahraga ini dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang di atas rumput atau bisa juga rumput sintesis. Olahraga sepak bola termasuk salah satu olahraga yang paling populer di dunia. Hal ini terbukti dari banyaknya orang-orang yang menggemarinya. Memasuki abad ke-21, olahraga sepak bola telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara (Wikpedia) dan hal ini terus mengalami peningkatan hingga sampai saat ini. Kepopuleran sepak bola pada umumnya diakibatkan oleh beberapa hal. Selain dari tujuan untuk mencapai prestasi, olahraga sepak bola juga dapat dijadikan sebagai olahraga kesehatan dan rekreasi. Dalam tataran yang lebih luas sepak bola juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkokoh rasa persahabatan antar negara. Kedudukan sepak bola yang populer ternyata sampai pada lingkungan sekolah. baik itu sekolah formal maupun informal. Dalam kurikulum sekolah formal, sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang dimasukkan sebagai sebuah materi pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa. materi sepak bola dipelajari mulai dari tingkat SD, SMP, sampai tingkat SMA. Pembelajaran gerak yang merupakan salah satu bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah merupakan dasar pertimbangan sehingga sepak bola dijadikan sebagai salah satu materi yang harus dipelajari dalam penjas. dengan belajar sepak bola siswa diharapkan memiliki keterampilan gerak yang memadai. Secara umum sepak bola banyak mengandung ketrampilan-ketrampilan gerak. Dalam sepak bola terdapat keterampilan gerak berpindah tempat, seperti lari kesegala arah, meloncat, melompat, menendang, menangkap dan lain sebagainya. Anak-anak

2 yang terlibat dalam pembelajaran sepak bola di sekolah diharapkan memperoleh keterampilan gerak yang terkandung dalam sepak bola. Keterampilan gerak tersebut diharapkan dapat menjadi bekal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jika seorang siswa mempunyai keterampilan gerak yang baik, maka dia mempunyai kesempatan besar untuk meraih kecakapan hidup yang dibutuhkan. Banyak faktor yang berpengaruh dalam menentukan keberhasilan anak ketika mempelajari keterampilan gerak dasar sepak bola. Faktor utama yang memiliki peran penting dalam mendukung keterampilan sepak bola adalah guru. Peranan guru sangat kompleks dalam rangka mengembangkan potensi belajar siswa secara optimal. faktor kedua yang menjadi objek sentral adalah siswa. keterlibatan siswa dalam aktifitas di sekolah didorong oleh tenaga pendidik. Melalui aktifitas belajar, siswa dapat berkolaborasi dengan guru, teman dan lingkungan yang mendukung dalam situasi belajar untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai positif sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. faktor ketiga adalah sarana prasarana berolahraga. Sarana prasarana merupakan faktor yang tak kalah penting dalam penentuan keberhasilan belajar sepak bola. Dalam hal ini lapangan sepak bola merupakan hal utama yang harus terpenuhi sehingga proses belajar sepak bola dapat terlaksana. Untuk menunjang keberhasilan belajar ketrampilan gerak dasar sepak bola guru juga harus dapat memilih dan menguasai model pembelajaran yang dipandang cocok diterapkan kepada siswa yang akan diajarkannya. Model pembelajaran akan berhasil apabila model tersebut sesuai dengan kondisi anak dan dapat memfasilitasi tujuan yang telah ditentukan oleh guru. Dalam proses pembelajaran penjas, seorang guru penjas diharapkan mampu mengajarkan beragam keterampilan gerak dasar sepak bola dengan melibatkan anak berpikir aktif. Pembelajaran penjas seyogianya dapat merangsang tingkat berpikir anak sehingga anak dapat memahami gerak secara konsep dan juga mampu memperagakan gerak sesuai dengan apa yang dia pikirkan. Dengan demikian internalisasi nilai-nilai dalam pelajaran penjas juga akan seutuhnya didapatkan oleh siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut pembelajaran dapat dilakukan melalui pengajaran yang bersifat saintifik.

3 Pembelajaran yang bersifat saintifik mampu memberikan banyak dampak positif bagi siswa. hal ini seperti yang tertuang dalam pendapat Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996, hlm. 42)... scientifik method can be taught and has positive effects on the acquisition of information, concepts, and attitudes. Maksudnya bahwa metode saintifik dapat diajarkan dan memiliki pengaruh yang positif pada perolehan informasi, konsep dan sikap. Dalam proses pendidikan jasmani pendekatan saintifik memiliki 5 proses pengalaman belajar. Adapun kelima proses tersebut adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Selain itu pendekatan saintifik dalam penjas memiliki tiga ranah proses pembelajaran yaitu (1) tahu tentang mengapa, (2) tahu tentang apa dan, (3) Tahu tentang bagaimana (Tanpa nama, 2014, hlm. 7). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik dalam penjas membiasakan anak untuk belajar mengkonstruk pengetahuan dalam ranah kognitifnya sebelum siswa memproduksinya dalam sebuah gerakan. Dengan demikian siswa akan terbiasa berpikir tentang pelajaran secara menyeluruh. Dengan adanya pendekatan saintifik anak tidak lagi sebagai subjek yang diam yang hanya bergantung kepada instruksi dari guru. Melainkan anak yang terus aktif menemukan dan memecahkan masalah yang ditemukan selama proses pembelajaran. Akan tetapi, saat ini pelaksanaan pembelajaran penjas masih didominasi oleh pembelajaran direct instruction. Pembelajaran penjas yang seharusnya melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosi, dan sosial, tidak terwujud. Yang terjadi pembelajaran yang dilakukan guru masih menggunakan pendekatan drill sehingga siswa tidak dirangsang berpikir untuk mengkonstruk gerakan terlebih dahulu. Pembelajaran penjas yang demikian membuat anak kurang melibatkan proses berpikir selama proses pembelajaran. Pembelajaran penjas terkesan hanya mendatangkan kelelahan dan tak ada kelebihan yang didapatkan. Kondisi yang demikian menyebabkan posisi mata pelajaran penjas di sekolah sering diklasifikasikan sebagai kelompok mata pelajaran bidang non akademik (Suherman 2012, hlm. 16). Munculnya permasalahan tersebut di atas bersumber dari ketidakmampuan guru dalam mengimplementasikan model-model pembelajaran yang mampu melibatkan proses berpikir anak. Hal ini sesuai dengan apa yang

4 dikatakan oleh Hellison (dalam Wulansari, 2014, hlm. 2) bahwa beberapa masalah pembelajaran pendidikan jasmani di Indonesia antara lain: serba perilaku motorik, tidak memasukkan unsur kognitif-reflektif, socio-motor dan afektif dalam ruang lingkupnya, berorientasi pada model pembelajaran yang menekankan penguasaan teknik dasar tanpa didasari dengan proses berpikir. Sekaitan dengan hal ini, Suherman (2012, hlm. 16) mengatakan bahwa: Pendidikan jasmani di lingkungan persekolahan sering diklasifikasikan sebagai kelompok mata pelajaran bidang non akademik, hal ini menyebabkan guru penjas jarang dan bahkan tidak pernah memikirkan dan mencari dampak positif dari pendidikan jasmani terhadap dimensi kognitif. Alih-alih mendorong mereka memunculkan ide-ide baru atau memikirkan ulang kesimpulan-kesimpulan yang ada. Terlalu sering para guru meminta siswa mengulang-ulang gerakan tanpa memahami dengan benar apa yang sedang dia lakukan. Akibatnya, siswa berpikir secara dangkal, hanya bertindak berdasarkan perintah guru, bukan menjadi siswa-siswi yang mampu berpikir secara mendalam. Hal ini juga diakui kebanyakan guru-guru penjas yang menghadiri seminar implementasi model-model pembelajaran saintifik dalam penjas yang diadakan pada bulan september tahun 2014 di UPI. Dalam seminar tersebut guruguru mengaku bahwa model pembelajaran saintifik yang diseminarkan merupakan hal yang masih sangat baru bagi mereka. Pengakuan tersebut sekaligus menegaskan bahwa selama ini para guru penjas masih menggunakan model pembelajaran komvensional yang hanya berpusat pada pendekatan drill. Selain lemahnya pelaksanaan model-model pembelajaran saintifik, proses pembelajaran penjas selama ini juga belum memperhatikan perbedaan karakteristik siswa, khususnya tingkat kecerdasan intelektual siswa. Siswa yang mengikuti pelajaran sepak bola merupakan individu yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu apabila proses pembelajaran mengabaikan perbedaan setiap karakteristik siswa tersebut akan berdampak pada hasil belajar yang tidak maksimal. Hosnan (2014, hlm. 94) menyatakan bahwa Tindakan pembelajaran guru yang memperlakukan sama terhadap keseluruhan siswa hanya akan mengarah pada pencapaian hasil belajar yang kurang memadai. Dalam penerapan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik, kecerdasan intelektual siswa harus menjadi perhatian khusus dari guru. Proses saintifik yang memiliki langkah-langkah

5 sistematis mulai dari menganalisis persoalan gerak yang dihadapi secara logis, sistematis, dan sampai pada tahapan mengkonsep, akan melibatkan kecerdasan intelektual setiap siswa. Cara mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah perlunya implementasi model pembelajaran penjas yang dapat mengorganisir pembelajaran agar berjalan dengan baik. Guru diharapkan memiliki wawasan yang komprehensif tentang model-model pembelajaran tersebut serta mampu menerapkannya dalam pembelajaran penjas. Joyce dan Weil (dalam Juliantine, dkk. 2013, hlm. 39-190) menyarankan ada tujuh model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran penjas. Dari ketujuh model pembelajaran tersebut Ada dua model pembelajaran yang diharapkan mampu mengembangkan kemampuan belajar anak secara komprehensif. Artinya, modelmodel pembelajaran tersebut diyakini cocok digunakan untuk melayani kebutuhan siswa yang beragam. Kebutuhan siswa yang dimaksud beragam salah satunya adalah perbedaan tingkat kecerdasan intelektual siswa. Model pembelajaran inquiri adalah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan. Pembelajaran inquiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Proses menemukan itulah yang paling penting dalam pembelajaran. Ketika siswa menemukan sesuatu yang dia cari, daya ingat akan lebih melekat dibandingkan dengan guru yang memberitahu kepada murid tersebut. Demikian pula dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman belajar, pikiran, perasaan, dan gerak motorik kita akan secara terpadu dan seimbang dalam merespon sesuatu yang diperoleh dari ikhtiar belajar melalui proses menemukan. Hosnan (2014, hlm. 341) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Selanjutnya Hosnan (2014, hlm. 341 menyatakan bahwa tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Artinya dalam pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, melainkan siswa juga harus dapat menggunakan potensi yang telah mereka miliki. Dalam

6 inkuiri siswa tak cukup hanya menguasai pelajaran melainkan siswa diharapkan mampu mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Selanjutnya adalah model pembelajaran cooperative learning. Model ini merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Kagan (dalam Hosnan, 2014, hlm. 234) bahwa: Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses melalui tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan, tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Selanjutnya Slavin (2005, hlm. 10) menyatakan bahwa model Student Tim Achievement Division menekankan penggunaan tujuan-tujuan tim dan kesuksesan tim, yang hanya akan dicapai apabila semua anggota tim bisa belajar mengenai pokok bahasan yang telah diajarkan. Oleh sebab itu, dalam model STAD setiap siswa harus mampu bekerja dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru sehingga mampu membuat timnya sukses. Ada tiga konsep penting dalam model STAD yang dipaparkan oleh Slavin (2005, hlm.10) adapun ketiga konsep tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penghargaan tim, maksudnya ialah tim akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan-penghargaan tim lainnya jika mereka berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan. 2. Tangungjawab individu, bahwa kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota. Tanggungjawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membantu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu timnya. 3. Kesempatan sukses yang sama maksudnya, bahwa semua siswa memberikan kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah semuanya sama-

7 sama ditangtang untuk melakukan yang terbaik, dan semua kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya. Berkaitan dengan pembelajaran keterampilan gerak dasar sepak bola di sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan agar siswa saling bekerja sama, saling membantu, bergotong-royong, berdiskusi, dan memberi kesempatan kepada mereka untuk membangun pengetahuannya secara aktif serta menerapkan ide dan strategi mereka sendiri ketika proses pembelajaran sepak bola berlaangsung. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan kesempatan kepada siswa berpartisipasi lebih aktif dan sering mengekspresikan ide. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif dalam kelompoknya. Dengan demikian, melalui model pembelajaran STAD diyakin dapat berpengaruh positif terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola. Sekolah Menengah Pertama 1 Cisarua yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, berdasarkan pengamatan penulis dalam proses pembelajaran pendidikan jasmaninya, masih menekankan pada keterampilan kecabangan olahraga dan masih menggunakan model pembelajaran kompensional. Pada proses pembelajarannya guru lebih mendominasi sehingga hal tersebut membuat siswa kurang aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Penulis menganggap bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik artinya model tersebut tidak mampu merangsang siswa untuk berperan secara aktif dalam pembelajaran. Sehubungan dengan pembelajaran yang belum mampu mengorganisir perbedaan kecerdasan intelektual siswa, seyogianya guru harus mampu menciptakan proses pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk mampu mengikuti pembelajaran sesuai dengan tingkat kecerdasan intelektual mereka. Oleh sebab itu perlu suatu pendekatan, strategi, dan metode yang selaras dengan kebutuhan pencapaian dan potensi peserta belajar. Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, model pembelajaran yang ditawarkan adalah model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran cooperative learning. Sekaitan dengan materi sepak bola, penelitian-penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran dan tingkat kecerdasan intelektual dalam pembelajaran materi sepak

8 bola belum pernah ada. Berdasarkan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut lebih lanjut. Adapun model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran cooperative learning. Adapun judul penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Intelektual Siswa Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Sepak Bola. B. Rumusan Masalah Penelitian a. Apakah terdapat hubungan kecerdasan intelektual (IQ) siswa dengan keterampilan gerak dasar sepak bola? b. Apakah terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran inkuiri dan cooperative learning tipe STAD terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola? c. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran dan kecerdasan intelektual siswa terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola secara bersama-sama? C. Tujuan Penelitian Sesuai rumusan masalah di atas, adapun tujuan penelitian ini dapat diuraikan seperti berikut: a. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kecerdasan intelektual siswa dengan keterampilan gerak dasar sepak bola. b. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengaruh model pembelajaran inkuiri dan cooperative learning tipe STAD terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola. c. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara model pembelajaran dan kecerdasan intelektual siswa terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola secara bersama-sama. D. Manfaat/ Signifikansi Penelitian Ada beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu: a. Bagi penulis, penelitian ini akan mendapatkan pengetahuan tentang teori dan penerapan model pembelajaran inkuiri dan model

9 pembelajaran cooveratipe learning tipe STAD terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan/sumber keilmuan pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD Terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola. c. Hasil penelitian ini menjadi informasi atau acuan dan sekaligus memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut khususnya dalam hal pembelajaran keterampilan gerak dasar sepak bola. E. Struktur Organisasi Penulisan Tesis Adapun struktur organisasi penulisan tesis ini akan terdiri atas lima bab yaitu bab pendahuluan, bab kajian pustaka, dan bab metodologi penelitian, bab hasil penelitian dan pembahasan, dan bab simpulan dan saran. Setiap bab akan memiliki bagian masing-masing. Bab pertama memuat latar belakang masalah; berisi alasan-alasan pemilihan judul dan dasar pemikiran permasalahan, identifikasi; berisi penetapan beberapa sumber penyebab masalah, rumusan masalah; berisi pertanyaan permasalahan yang akan dijawab, tujuan; berisi penjelasan urgensinya penelitian, manfaat penelitian; berkaitan dengan kegunaan yang akan didapatkan dari penelitian ini dan sejauh mana kebermanfaatannya dalam dunia pendidikan. Bab kedua akan memuat penjelasan teori yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.misalnya, konsep model pembelajaran, manfaat dan kegunaan model pembelajaran, pengertian inteligensi, pengukuran inteligensi, pengertian ketrampilan gerak dasar dan hasil belajar ketrampilan gerak dasar. Bab ketiga akan meliputi penjelasan mengenai metodologi penelitian yang akan membahas metode apa yang akan digunakan, desain, prosedur penelitian, populasi dan sampel, defenisi operasional, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Bab keempat meliputi penjelasan hasil dan pembahasan. Dalam bab ini, lebih rinci akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis

10 hasil penelitian yang dimaksud berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini. Sementara itu, bab kelima akan berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian ini. Dalam bab ini, lebih khusus diuraikan simpulan penelitian dari seluruh proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini. Kemudian di akhir simpulan penelitian ini, peneliti juga akan memberi saran yang dapat dipertimbangkan demi pembelajaran yang berkaitan dengan penerapan model pembelajaran dan pengaruh kecerdasan intelektual terhadap keterampilan gerak dasar sepak bola.