PENDAHULUAN Latar Belakang Upaya peningkatan produksi hasil pertanian sangat erat kaitannya dengan aspek aspek pemasaran. Hal ini karena usahatani produk pertanian pada umumnya adalah usahatani komersial yang sebagian besar hasil produksinya dijual ke pasar. Produksi pertanian dan pemasaran mempunyai hubungan saling ketergantungan yang sangat erat. Hasil produksi pertanian yang meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran pertanian hasil yang baik dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama. Sebaliknya pada akhirnya akan menurun karena pertimbangan untung rugi usahatani. Keterkaitan usaha pertanian, menurut Rustiani (1999), dijabarkan dalam bentuk agroindustri dan agrobisnis. Konsep agribisnis adalah suatu konsep utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Kegiatan agribisnis ini sangat menunjang kemajuan sektor pertanian. Kegiatan agroindustri, juga sangat menunjang kemajuan sektor pertanian. Agroindustri mencakup segala kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengolah hasil hasil pertanian, yang bersifat banyak (bulky) dan mudah busuk (perishable) sehingga memberi nilai tambah bagi produk pertanian itu sendiri. Dalam banyak kenyataan, kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi fungsi pemasaran dalam sektor pertanian sering tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga efisiensi pemasaran menjadi
lemah. Oleh karena itu menurut Soekartawi (2002), keterampilan untuk melaksanakan efisiensi pemasaran dan keterampilan untuk mempraktekkan unsur unsur manajemen memang sangat terbatas, serta kurangnya penguasaan akan informasi pasar, sehingga kesempatan kesempatan ekonomi menjadi sulit dicapai. Sebagaimana juga sudah menjadi kebiasaan pada komoditas pertanian umumnya, buah buahan Indonesia diproduksi oleh petani buah yang banyak sekali jumlahnya. Menurut Daniel (2002), luas lahan atau areal tanam dan panen buah buahan Indonesia secara rata rata relatif kecil. Sifat musiman yang terlalu besar, penanganan pasca panen yang minim dan tidak memadai dan lain lain. Akibatnya produksi dan produktivitas sangat kecil dan sangat beragam dari satu tempat ke tempat lainnya. Buah adalah bahan makanan yang kaya akan vitamin, mineral, lemak, protein dan serat. Setiap jenis buah mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri, seperti rasa yang lezat, aroma yang khas serta warna atau bentuk yang mengandung nilai nilai estetis. Buah buahan dewasa ini makin mendapat perhatian masyarakat, baik sebagai menu makanan maupun sebagai komoditas ekonomi (Widodo, 1996). Di Indonesia tanaman belimbing merupakan salah satu sumber pendapatan petani. Belimbing sebagai tanaman penghasil buah meja yang bentuknya aneh ini tetap merupakan salah satu buah yang disukai masyarakat. Oleh karena itu pengembangannya terus dilaksanakan sejalan dengan pembangunan pertanian (Tim Penulis, 1999).
Menurut BAPPENAS (2009), belimbing merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari kawasan Malaysia, kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia termasuk Indonesia. Pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard gardening), yaitu diusahakan sebagai usaha sambilan sebagai tanaman peneduh di halaman-halaman rumah. Di kawasan Amerika, buah belimbing dikenal dengan nama / sebutan star fruits, dan jenis belimbing yang populer dan digemari masyarakat adalah belimbing Florida. Dijelaskan oleh Rukmana (1999), prospek pemasaran belimbing di dalam negeri diperkirakan makin baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin banyaknya konsumen menyadari pentingnya kecukupan gizi dari buah buahan. Pertumbuhan jumlah penduduk akan berpengaruh juga terhadap makin meningkatnya permintaan produksi buah - buahan. Di Indonesia, berdasarkan penjelasan Rahardi (2004) budidaya belimbing dalam skala komersial belum dilakukan. Yang ada masih berupa kebun kebun rakyat yang dikelola secara tradisional. Akhir akhir ini keberadaan belimbing manis di pasar swalayan serta kios buah sudah relatif kontiniu dibandingkan dengan 5 10 tahun yang lalu. Ini merupakan indikator bahwa teknologi budidaya belimbing sudah relatif dikuasai oleh masyarakat. Namun tidak setiap daerah dapat menjadi daerah produsen belimbing. Hal ini dikarenakan belimbing tidak dapat ditanam dengan suhu yang tidak sesuai. Sehingga belimbing ditanam dengan baik pada beberapa daerah saja. Daerah produsen belimbing yang terkenal diantaranya Depok (Jawa Barat) dengan
Belimbing Dewi, Demak (Jawa Tengah) dengan varietas unggul Kunir dan Kapur, serta Blitar (Jawa Timur). Daerah produsen lainnya adalah Sumatera Utara dengan Belimbing Sembiring (Redaksi Agromedia, 2009). Tabel 1. Luas tanam dan produksi tanaman belimbing di Kabupaten Deli Serdang tahun 2007 No Kecamatan Luas lahan (ha) Produksi (Kuintal) 1 Lubuk Pakam - - 2 Pagar Merbabu 0.17 8.00 3 Beringin 0.50 11.80 4 Gunung meriah - - 5 Biru Biru - - 6 Patumbak 0.05 2.20 7 STM Hulu - - 8 STM Hilir 1.67 52.00 9 Deli Tua - - 10 Pancur batu 73.33 2.640.00 11 Namorambe 3.33 88.00 12 Sibolangit 0.33 6.00 13 Kutalimbaru 0.33 14.00 14 Sunggal 1.33 40.00 15 Hamparan Perak 0.12 4.20 16 Labuhan Deli - - 17 Batang Kuis 0.25 12.00 18 Percut Sei Tuan - - 19 Pantai Labu 0.02 0.40 20 Tanjung Merawa 0.10 3.00 21 Galang 0.33 10.00 22 Bangun Purba 0.10 3.00 TOTAL 81.96 2.894.60 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, 2009 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan Pancur Batu adalah daerah sentra produksi buah belimbing pada tahun 2007. Dimana jumlah produksi pada daerah tersebut adalah 2.640 kuintal dengan luas lahan 73,33 ha. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dianalisa mengenai bagaimana saluran pemasaran belimbing, apa saja fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat pada setiap saluran pemasaran belimbing, serta
perbedaan margin pemasaran dan share margin pada masing-masing saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian. Identifikasi Masalah Mengacu kepada latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1) Berapa jenis saluran pemasaran belimbing di daerah penelitian? 2) Apa saja fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh setiap lembaga pemasaran dalam proses pemasaran belimbing di daerah penelitian? 3) Bagaimana sebaran harga (price spread), marjin pemasaran, share marjin dan efisiensi dari masing masing lembaga pemasaran? 4) Apa saja kendala kendala dalam penyaluran belimbing di daerah penelitian dan upaya upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis jumlah saluran pemasaran untuk tiap tiap saluran tataniaga yang ada di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing masing lembaga pemasaran belimbing. 3. Untuk menghitung sebaran harga (price spread), besarnya marjin pemasaran, share marjin dan efisiensi dari masing masing lembaga pemasaran. 4. Untuk mengetahui kendala kendala yang dihadapi dalam penyaluran belimbing dan upaya upaya yang telah dilakukan.
Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan bagi petani belimbing dalam mengetahui persoalan persoalan yang dihadapi dalam pemasaran belimbing serta usaha usaha pemecahannya. 2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis belimbing. 3. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak yang membutuhkan.