BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya tingkat inflasi, naiknya harga barang-barang, melemahnya nilai tukar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya negara lain di dunia, Indonesia disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi ketergantungan Negara kita terhadap hutang luar negeri. Sektor pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

Tinjauan Atas Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Pada PT. Indonesia Power UBP Saguling

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Untuk menyukseskan

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan. Terlebih lagi perusahaan yang berskala nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu sumber pemasukan yang paling vital yaitu perpajakan

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, baik kesejahteraan material maupun

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata materil dan spirituil.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa seluruh pembiayaan negara harus dibiayai dari pendapatan negeri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tinjauan Atas Pelaksanaan Penghitungan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Atas PPh Pasal 21 Pegawai Tetap di Kantor Imigrasi klas 1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang penting bagi pembiayaan nasional. yaitu mulai berlakunya sistem pemungutan pajak self assessment system sejak

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. mengenai lingkungan kerja dan kegiatan-kegiatan suatu perkantoran khususnya di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Kata Kunci: Perhitungan, penyetoran, dan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunannya. Bisa dikatakan, hampir semua sektor-sektor yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Perpajakan merupakan disiplin ilmu yang dinamis, yang ketentuannya dapat

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat bertahan dari dampak krisis tersebut. Hal ini membuat

kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai terobosan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana yang terjamin untuk menjalankan fungsi-fungsi pemerintah. Sumber

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib. membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (Undang-Undang)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sumber utama pendapatannya ada pada sektor pajak. Seiring dengan menipisnya sumber daya alam minyak bumi dan gas alam menyebabkan penerimaan pendapatan nasional dari sektor migas semakin berkurang. Penurunan pendapatan pada sektor migas menjadikan sektor pajak sebagai pendapatan utama nasional. Pajak dianggap pilihan yang paling tepat karena jumlah pendapatannya yang relatif stabil dan masyarakat dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembiayaan pembangunan. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara. Tanpa pajak kehidupan negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan infrastruktur, biaya pendidikan, biaya kesehatan, subsidi bahan bakar minyak (BBM), pembayaran para pegawai negara dan pembangunan fasilitas publik semua dibiayai dari pajak. Semakin banyak pajak yang dipungut maka semakin banyak fasilitas dan infrastruktur yang dibangun. Hingga saat ini, belum ada sumber pendapatan selain pajak yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan utama negara. Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, oleh karena itu pemungut pemungutan pajak harus adil disesuaikan dengan kemampuan masingmasing. Pemungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 2 A. Karena pajak merupakan iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan imbalan jasa (kontaprestasi) secara langsung yang ditujukan untuk pembayaran pengeluaran umum. (Suryarini dan Tarmudji, 2012) Sejak reformasi pajak pada tanggal 31 Desember 1983 yang menghasilkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 dan di perbaharui terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, system pemungutan pajak di Indonesia berubah dari official assessment menjadi self assessment yaitu 1

2 menghitung, memperitungkan, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan system ini perlu diikuti dengan tindakan pembinaan dengan pengawasan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan juga diimbangi dengan kesadaran Wajib Pajak dalam peningkatan penerimaan negara. Salah satu jenis pajak yang ditetapkan pemerintah adalah pajak penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan dalam bagian tahun pajak. Ada beberapa jenis pajak penghasilan yang salah satunya adalah pajak penghasilan pasal 22.Pajak penghasilan Pasal 22, selanjutnya disingkat PPh Pasal 22, merupakan pajak yang dipungut oleh bendaharawan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pmerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintahan dan lembagalembaga negara lain, berkenaan dengan pembayaran atas penerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta berkenaan dengan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Pajak Penghasilan Pasal 22 dibayar dalam tahun berjalan melalui pemotongan atau pemungutan oleh pihak-pihak tertentu. (Siti Resmi, 2014) PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang adalah salah satu daerah operasi perkeretaapian Indonesia dibawah lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada dibawah Direksi PT Kereta Api Indonesia yang dipimpin oleh seorang Executive Vice President (EVP) yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direksi PT Kereta Api Indonesia. Pelaksanaan pajak penghasilan pasal 22 juga diterapkan pada PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang. Pelaksanaan PPh Pasal 22 yang ada pada PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang adalah PPh Pasal 22 BUMN atas pengadaan barang. Berdasarkan uraian tersebut maka penulisan tugas akhir ini mengangkat judul Prosedur Pelaksanaan Pemungutan Penyetoran Dan Pelaporan

3 PPh Pasal 22 BUMN Atas Pengadaan Barang Pada PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang. Judul tersebut perlu dibahas agar dapat memahami lebih mendalam mengenai pelaksanaan pemunggutan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 22, khususnya pada PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang. 1.2 Ruang Lingkup Penulisan Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penulisan laporan. Ruang lingkup penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam membahas pokok-pokok pikiran secara jelas dan sistematis agar tidak meyimpang dari permasalahan. Hal ini dikarenakan luasnya kegiatan dalam bidang perpajakan terutama pajak penghasilan. Ruang lingkup dalam pembahasan Implementasi Pelaksanaan Penyetoran Pemungutan dan Pelaporan PPh Pasal 22 atas Pengadaan Barang pada PT KAI (Persero) DAOP 4 Semarang meliputi: 1. Pengertian pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang. 2. Pihak yang melakukan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang. 3. Tahapan dalam pemunggutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang. 4. Hambatan dan solusi dalam pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.3.1 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan Tugas Akhir sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang.

4 2. Untuk membandingkan antara teori yang diperoleh dan praktik kerja pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang di PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. 3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. 1.3.2 Kegunaan Penulisan 1. Bagi Penulis Merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma III pada Jurusan Perpajakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. 2. Bagi Instansi Dapat digunakan sebagai masukan dan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Pengadaan Barang BUMN. 3. Bagi Pembaca Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 22 Atas Pengadaan Barang BUMN bagi pembaca yang berkepentingan, serta dapat dijadikan sebagai acuan referensi bagi mahasiswa maupun staf pengajar Universitas Diponegoro. 1.4 Cara Pengumpulan Data 1.4.1 Data Penelitian Proses penyusunan suatu laporan agar menghasilkan laporan yang dapat dipertanggung jawabkan, relevan, dan obyektif. Maka sangat diperlukan berbagai data untuk mendukung hasil laporan. Jenis data yang diperlukan dalam menyusun tugas akhir adalah: 1. Data Primer Data Primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah oleh suatu lembaga itu sendiri (Purbayu Budi Sentosa dan Muliawan

5 Hamdani,2007:12). Data Pimer yang diperoleh peneliti berasal langsung dari objeknya. Data Primer yang diperoleh dari kerja praktik ini dilakukan memulai kegiatan observasi pada bidang pelaksanaan kewajiban perpajakan terkait PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. 2. Data Sekunder Data Sekunder adalah data eksternal dalam berbagai bentuk yang diperoleh secara tidak langsung dari objeknya dan berasal dari pihak lain baik secara lisan maupun tertulis (Purbayu Budi Sentosa dan Muliawan Hamdani,2007:13). Data Sekunder yang diperoleh adalah gambaran umum, data-data yang berhubungan dengan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul secara lengkap, maka dapat dilakukan analisis sesuai dengan metode analisis yang tepat dan mengevaluasi data secara kuantitatif yang kemudian di interpresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis. 1.4.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan proses pengadaan untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah langkah yang sangat penting dalam rangkaian penulisan laporan agar dapat menghasilkan laporan yang dapat dipertanggung jawabkan sehingga data yang diperoleh adalah data yang benar. Penulisan Tugas Akhir ini disajikan dengan lebih objektif dan sesuai dengan tema seperti yang tertera dalam judul. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut adalah: 1. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Esterberg dalam Sugiyono, 2013:231). Wawancara tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan

6 kepada karyawan bagian Perpajakan. Dari hasil wawancara ini penulis memperoleh penjelasan tentang pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang BUMN pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu wawancara dan kuesioner. Karena observasi tidak selalu dengan obyek manusia tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Kegiatan observasi dilakukan dengan cara mengamati proses pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 22 Atas Pengadaan Barang pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. 3. Studi Pustaka Studi Pustaka adalah kajian teoritis, referensi serta literature ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono,2012). Dalam metode ini mengumpulkan data dengan membaca dan mempelajari buku-buku literatur, referensi yang ada diperpustakaan yang berhubungan dengan judul penulisan Tugas Akhir. 1.3 Sistematika Penulisan Tugas Akhir ini memuat tempat bab sebagai uraian pendahuluan, gambaran umum, prosedur pelaksanaan pajak penghasilan pasal 22, dan penutup. Sehingga memberikan gambaran secara jelas mengenai arah dari pembahasan yang akan dilakukan. BAB I : PENDAHULUAN

7 Berisi tentang latar belakang pengambilan judul, ruang lingkup penulisan, tujuan dan kegunaan penulisan, metode pengumpulan data yang dipakai serta sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 4 SEMARANG Berisi tentang gambaran umum, sejarah berdirinya dan perkembangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang, bidang usaha yang dijalankan, tugas dan fungsi didirikannya perusahaan, struktur organisasi serta wewenang organisasi. BAB III : PEMBAHASAN Berisi tentang gambaran perpajakan secara umum; pengertian implementasi pajak penghasilan pasal 22, yang meliputi pengertian PPh Pasal 22, subjek PPh Pasal 22, dasar hukum PPh Pasal 22, objek PPh Pasal 22, Pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPH Pasal 22 atas pengadaan barang, yang meliputi pengertian pemotongan PPh Pasal 22 atas pengadaan barang, pihak Pemungut PPh Pasal 22, objek PPh Pasal 22 atas pengadaan barang, tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang, mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPH Pasal 22 atas pengadaan barang pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang, hambatan dan solusi pelaksanaan penyetoran, pemungutan, dan pelaporan PPh Pasal 22 atas pengadaan barang pada PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. BAB IV : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dari BAB III untuk membantu pembaca agar lebih mudah memahami dan saran untuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang agar lebih optimal dalam menjalankan kinerja dalam hal kewajiban perpajakannya.