BAB I PENDAHULUAN. hukum pegadaian adalah Persero. Adapun tujuan yang melatarbelakangi. KUHPerd mendefinisikan gadai sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. pihak untuk saling mengikatkan diri. Dalam kehidupan sehari-hari seringkali

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

PENERAPAN KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) 1 Oleh: Sartika Anggriani Djaman 2

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis media di Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini karena

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat tidak memahami apa itu klausula baku,

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan ekonomi global dan perkembangan teknologi yang demikian cepat

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

PANDANGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa kata bank berasal dari bahasa Italy banca yang berarti bence yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh konstitusi Negara Indonesia yaitu UUD Tahun 1945 dalam. dengan membayar upah sesuai dengan perjanjian kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sosialisasi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan pelaku usaha atau perseorangan untuk menggerakan perekonomiannya,

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 tentang perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

BAB III METODE PENELITIAN. norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan tingkat hukum yang ketat, aman dan meningkat, serta terwujud

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era reformasi merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Selain itu, juga

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat kita lihat dalam praktek sehari-hari, banyaknya peminat dari

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegadaian negara didirikan pertama kali di Sukabumi pada tahun 1901 dan mengalami perubahan sebagai badan hukum hingga pada tahun 2012 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2011 bentuk badan hukum pegadaian adalah Persero. Adapun tujuan yang melatarbelakangi terbentuknya Pegadaian yaitu bertujuan untuk mencegah ijon, rentenir, dan pinjaman tidak wajar lainya, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat kecil, serta mendukung program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional. 1. Sedangkan pengertian gadai menurut pasal 1150 KUHPerd mendefinisikan gadai sebagai berikut : Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan. 2 Definisi diatas menunjukkan bahwa gadai merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas suatu benda bergerak milik debitur atau seseorang lain yang bertujuan memberikan haknya kepada kreditur untuk didahulukan dalam pelunasan piutang yang dimiliki tanpa adanya hak untuk mendapatkan kenikmatan atas benda tersebut. Dalam hal Pegadaian 1 www.pegadaian.co.id 2 R.Subekti dan R. Tjitrosudibio,2008 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,Jakarta: Pradnya Pratama,,hlm.297. 1

2 ini pemerintah memberikan perlindungan hukum untuk melindungi piutang rakyat kecil atau apabila dalam perjanjian disebut sebagai kreditur terhadap pihak PT. Pegadaian atau debitur nya dengan memberikan jaminan kepastian hukum terhadap kedua belah pihak. Kreditur dan debitur harus saling mengikatkan diri dalam suatu hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban melakukan suatu prestasi tertentu yang diatur dalam bentuk perjanjian. Ketentuan hukum yang mengatur perjanjian pada umumnya dijumpai pada Buku III KUH Perdata. 3 Dikatakan, bahwa hukum benda mempunyai sistem tertutup, sedangkan hukum perjanjian menganut sistem terbuka. Artinya macammacam hak atas benda adalah terbatas dan peraturan-peraturan yang mengenai hak atas benda itu bersifat memaksa. Sedangkan Hukum Perjanjian memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian berisi apa saja, asalkan tidak melanggar ketertiban umum dan kesusilaan. Pasal-pasal dari hukum perjanjian merupakan apa yang dinamakan hukum pelengkap (optional law) yang berarti pasal-pasal itu boleh disingkirkan manakala dikehendaki oleh pihak-pihak yang membuat suatu perjanjian. Mereka diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari pasal-pasal hukum perjanjian. Mereka diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian-perjanjian yang mereka adakan itu. Kalau mereka tidak mengatur sendiri sesuatu soal, itu berarti mereka mengenai soal tersebut akan tunduk kepada undang-undang. Memang tepat sekali nama hukum pelengkap itu, karena benar-benar pasal-pasal dalam hukum perjanjian itu dapat dikatakan melengkapi perjanjian-perjanjian yang dibuat secara tidak lengkap. 4 Pada pelaksanaan perjanjian transaksi gadai pada PT. Pegadaian ( Persero) pihak Pegadaian dapat membuat suatu perjanjian secara bebas maka perjanjian yang dibuat ialah perjanjian baku dimana perjanjian dibuat secara sepihak oleh Pegadaian dan berlaku kepada debitur. Di dalam perjanjian baku 3 Abdul Halim Barkatullah, S.Ag., SH., M.Hum.,2010, Hak-Hak Konsumen, Jakarta: Nusa Media,,hlm 27 4 Prof. Subekti,1979, Hukum Perjanjian,Jakarta:PT. Intermas, hlm 13.

3 terdapat ciri-ciri sebagai berikut: 1. Bentuk perjanjian tertulis 2. Format perjanjian dibakukan 3. Syarat-syarat perjanjian ditentukan oleh pengusaha 4. Konsumen hanya menerima atau menolak 5. Penyelesaian sengketa melalui musyawarah 6. Perjanjian baku menguntungkan pengusaha 5 Mengenai kontrak baku dalam perjanjian kredit, Munir Fuady dalam H. Salim HS., mengartikan kontrak baku adalah :...suatu suatu kontrak tertulis yang dibuat oleh hanya salah satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering kali tersebut sudah tercetak (boilerplate) dalam bentuk formulir-formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informatif tertentu saja dengan sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, dimana pihak dalam kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan atau hanya sedikit kesempatan untuk menegosiasi atau mengubah klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku sangat berat sebelah. Pihak yang kepadanya disodorkan kontrak baku tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk bernegosiasi dan berada hanya pada posisi take it or leave it. Dengan demikian oleh hukum benar-benar diragukan apakah benar ada elemen kata sepakat yang merupakan syarat sahnya kontrak dalam kontrak tersebut. Karena itu pula, untuk membatalkan suatu kontrak baku, sebab kontrak baku an sich adalah netral. 6 Ketentuan diatas menunjukkan bahwa perjanjian transaksi gadai di PT. Pegadaian ( Persero ) dibuat secara baku oleh Pegadaian karena pihak Pegadaian bebas untuk menentukan, memilih serta membuat suatu perjanjian, dengan demikian maka kebebasan membuat suatu perjanjian tersebut sesuai dengan asas kebebasan berkontrak. Pada asas kebebasan berkontrak yang mengandung arti bahwa dalam membuat perjanjian para pihak bebas untuk 5 AbdulKadir Muhammad,1992,Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan,Bandung:PT Citrya Aditya Bakti,hlm.6 6 H. Salim HS,2006, Perkembangan Hukum Kontrak Diluar KUH Perdata, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.145.

4 menentukan membuat atau tidak membuat perjanjian, bebas untuk memilih dengan siapa membuat perjanjian, bebas memlih causa yang akan dibuat, bebas menentukan objek perjanjian, bebas menentukan bentuk perjanjian dan bebas untuk menetukan menerima atau menolak ketentuan undang-undang yang bersifat opsional. 7 Asas kebebasan berkontrak juga diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata yaitu bahwa semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Batasan asas ini mengandung arti bahwa kebebasan berkontrak, selain tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang, kesusilaan dan ketertiban umum, juga tidak boleh melanggar etika moral, yaitu apa yang telah ditetapkan tidak dapat ditarik kembali selain atas persetujuan kedua belah pihak yang membuatnya. Perjanjian Gadai didukung oleh dokumen hukum utama yang dibuat secara sah memenuhi syarat dalam pasal 1320 KUH Perdata. Akibat hukum Perjanjian Gadai yang dibuat secara sah, perjanjian tersebut berlaku sebagai Undang-Undang bagi Pegadaian dan Nasabah sesuai pasal 1338 (1) KUH Perdata. Konsekuensi yuridisnya, perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Selain itu, asas kebebasan berkontrak yang diterapkan oleh PT. Pegadaian ( Persero ) ditandai dengan keinginan konsumen untuk menandatangi atau tidak menandatangani kontrak yang telah disediakan oleh pihak PT. Pegadaian ( Persero ) tersebut dan dapat merugikan pihak konsumen atau nasabah apabila nasabah tidak mengetahui keseluruhan isi 7 Sutan Remy Sjahdeni,1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia,Jakarta:Institut Bankir Indonesia,hlm.87.

5 dari perjanjian gadai yang dibuat oleh PT. Pegadaian (Persero). Hal ini terlihat pada prosedur pembuatan kontrak dalam bentuk formulir dengan syarat baku yang telah disusun sedemikian rupa secara sepihak. Pada umumnya, nasabah tidak berfikir panjang untuk menerima syarat-syarat yang disodorkan tanpa meneliti secara cermat, mengingat nasabah dalam keadaan terdesak memenuhi kebutuhan hidupnya. Nasabah tidak memperhitungkan resiko jika terjadi wanprestasi atau jika terjadi suatu penyalahgunaan keadaan yang bisa merugikan nasabah. 8 Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam skripsi yang hasilnya dituangkan dalam judul TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERJANJIAN ANTARA PT. PEGADAIAN ( PERSERO ) DENGAN NASABAH PADA PELAKSANAAN PERJANJIAN GADAI DALAM HUBUNGAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan seperti tersebut di atas, maka penelitian ini mencoba mencari jawaban terhadap permasalahan yang akan penulis rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses pelaksanaan perjanjian gadai antara PT. Pegadaian ( Persero ) dan nasabah dalam hubungannya dengan asas kebebasan berkontrak? 8 Celina Tri Siwi Kristiyanti, SH., M.Hum., 2008,Hukum Perlindungan Konsumen,Jakarta, Sinar Grafika, hlm 7.

6 2. Bagaimanakah hak dan kewajiban PT. Pegadaian (Persero) dan nasabah dalam perjanjian gadai? 3. Bagaimana akibat hukumnya jika salah satu pihak melakukan kesalahan dalam perjanjian gadai tersebut? C. Tujuan Penelitian Suatu kegiatan penelitian harus memiliki tujuan yang jelas yang akan dicapai. Tujuan dalam suatu penelitian menunjukkan kualitas dan nilai penelitian tersebut. Adapun tujuan yang hendak dicapai penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk memahami dan mengetahui lebih jauh proses pelaksanaan perjanjian gadai antara PT. Pegadaian ( Persero ) dan nasabah dalam hubungannya dengan asas kebebasan berkontrak. 2. Untuk mengetahui hak dan kewajiban PT. Pegadaian dan nasabah ( Persero ) dalam perjanjian gadai. 3. Untuk mengetahui akibat hukumnya jika salah satu pihak melakukan kesalahan dalam perjanjian gadai tersebut. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan diatas, maka manfaat yang ingin dicapai dalam hukum ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat untuk Penulis

7 Menambah wawasan ilmu khususnya dalam ilmu hukum perjanjian yang menyangkut gadai dalam hubungan asas kebebasan berkontrak. 2. Manfaat Hasil Penelitian untuk Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat serta memberikan tambahan ilmu pengetahuan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini sehingga dapat berguna bagi pihak-pihak yang berminat pada masalah yang sama. 3. Manfaat Hasil Penelitian bagi Ilmu Pengetahuan Memberikan sebuah kontribusi dan diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan khususnya ilmu hukum perdata mengenai perjanjian khususnya di bidang gadai. E. Metode Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Adapun dalam membahas permasalahan dalam penelitian seperti yang dikemukakan diatas maka dalam pengumpulan data yang menggunakan beberapa cara sebagai berikut : 1. Metode pendekatan Metode pendekatan pada penelitian ini merupakan jenis penelitian metode normatif karena metode normatif merupakan penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma.

8 Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, perjanjian serta doktrin (ajaran), 9 terhadap perjanjian antara PT. Pegadaian ( Persero ) dengan nasabah pada pelaksanaan perjanjian gadai dalam hubungan asas kebebasan berkontak. 2. Jenis Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini maka penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan dan menguraikan data seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh mengenai perjanjian antara PT. Pegadaian ( Persero ) dengan nasabah pada pelaksanaan perjanjian gadai dalam hubungan asas kebebasan berkontak. 3. Sumber Data Sumber data diperoleh baik dari penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. a. Penelitian Kepustakaan Dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dengan cara mempelajari dan menganalisa hukum. Dengan menggunakan bahan-bahan hukum penelitian yang meliputi : 1) Bahan Hukum Primer a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang 9 Mukti Fajar ND., Yulianto Achmad, 2010,Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris Yogyakarta: Pustaka Pelajar,hlm.34.

9 berkaitan dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer. Bahan hukum yang paling banyak digunakan dalam penelitian ini adalah teori atau pendapat sarjana hukum, hasil karya dari kalangan ahli hukum, skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah, jurnal, majalah, surat kabar, makalah, penelusuran internet dan sebagainya. b. Penelitian Lapangan Dimaksudkan untuk mendapatkan data primer dengan melalui: 1) Lokasi Penelitian Dalam penelitian mengenai tinjauan yuridis tentang perjanjian antara Pegadaian dengan nasabah pelaksanaan transaksi gadai dalam hubungan asas kebebasan berkontrak ini penuls mengambil lokasi penelitian di PT.Pegadaian (Persero) Cabang/Unit CP Banyuwangi, Jawa Timur. 2) Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah : a) Staff karyawan dan kepala PT. Pegadaian ( Persero ) yang dapat menjelaskan prosedur pelaksaanaan transaksi gadai di Pegadaian. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam pengmpulan data ini dapat diperoleh dengan melalui : a) Penelitian Kepustakaan Diperoleh dengan melalui mengumpulkan dan mempelajari kedua

10 bahan hukum tersebut diatas. b) Penelitian Lapangan Metode penelitian lapangan diperoleh melalui dua cara yaitu : 1) Kuisioner Yaitu memperoleh data dengan cara memberikan daftar pertanyaan oleh penulis dimana tiap permasalahan berkaitan dengan msalah penelitian. 2) Wawancara Yaitu cara memperoleh data dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak pewawancara (penulis), yaitu mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (narasumber) memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. 5. Metode Analisis Data Dalam penyusunan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisa data kualitatif yaiu dimana penulis mempelajari peraturanperaturan, buku-buku literature yang berhubungan dengan perjanjian dalam pelakasanaan transaksi gadai yang kemudian dipadukan dengan pendapat responden dilapangan yang setelah itu mencari pemecahan yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan.

11 F. Sistematika Penelitian Hasil penelitian ini akan diuraikan dalam format empat bab untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang akan penulis uraikan dalam penelitian ini. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang masalah 2. Perumusan masalah 3. Tujuan penelitian 4. Manfaat penelitian 5. Metode penelitian 6. Sistematika penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian perjanjian baku, gadai, dan asas kebebasan berkontrak 2. Pihak-pihak dalam perjanjian gadai 3. Perjanjian antara para pihak yang hubungannya dengan perjanjian baku dalam asas kebebasan berkontrak 4. Hak dan kewajiban para pihak 5. Akibat hukum yang menyangkut pertanggung jawaban hukum atas dasar wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.

12 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Proses pelaksanaan perjanjian gadai yang dilakukan antara nasabah dengan PT. Pegadaian ( Persero ) dalam hubungannya dengan asas kebebasan berkontrak. 2. Hak dan kewajiban PT. Pegadaian (Persero) dan nasabah dalam perjanjian gadai. 3. Akibat hukumnya jika salah satu pihak melakukan kesalahan dalam perjanjian gadai tersebut. BAB IV KESIMPULAN Daftar Pustaka Lampiran