BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya. Berbeda dengan transport jarak jauh (kereta api, mobil, melaui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II PEMBAHASAN MATERI

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

Mechanical Engineering Ismanto Alpha's

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 10 TON BENTANGAN 25 METER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI ELEVATOR

MAKALAH PESAWAT ANGKAT. Rantai dan Tali

Tujuan Pembelajaran. Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sistem mesin

MEKANISME KERJA JIB CRANE

1.1 Latar Belakang. 1. Kapal tongkang jenis Floating Crane.

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

PERENCANAAN SEBUAH TRUCK MOUNTED CRANE UNTUK PEMBANGUNAN PKS YANG BERFUNGSI UNTUK EREKSI DENGAN KAPASITAS ANGKAT ± 10 TON DAN TINGGI ANGKAT ± 15 M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERANCANGAN KERANGKA OVERHEAD CRANE DOUBLE GIRDER KAPASITAS 5 TON

BAB III. Metode Rancang Bangun

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE BERPALANG TUNGGAL KAPASITAS 10 TON

Tujuan Pembelajaran:

BAB II DASAR TEORI P = = = 0,35Q

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,


Hitachi Hoists.

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Fungsi Utama Rem: Menghentikan putaran poros Mengatur Putaran Poros Mencegah Putaran yang tak dikehendaki. Fungsi rem selanjutnya?

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

IV. ANALISA PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

BAB III METODE PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BAJA KERETA API. melakukan penelitian berdasarkan pemikiran:

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB VI POROS DAN PASAK

MACAM MACAM SAMBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 5 TON

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Crane With Capacity Of 550 Ton

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB II DISKRIPSI BUKA TUTUP PINTU YANG DIBANGUN. Fungsi lift merupakan alat transportasi pada gedung atau bangunan bertingkat

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Bahan poros S45C, kekuatan tarik B Faktor keamanan Sf 1 diambil 6,0 dan Sf 2 diambil 2,0. Maka tegangan geser adalah:

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan dilokasi atau area, departemen industri-industri atau pabrik-pabrik, lokasi konstruksi, tempat penyimpanan, pembongkaran muatan, dan sebagainya. Berbeda dengan transport jarak jauh (kereta api, mobil, melaui air, dan udara) yang memindahkan muatan pada jarak yang cukup jauh, perlangkapan penganan bahan memindahkan muatan pada jarak jauh lebih pendek. Pada pengaplikasiannya jarak yang ditempuh hanya sebatas pada puluhan sampai ratusan meter. Jarak ribuan meter hanya dilakukan untuk memastikan pemindahan muatan yang konstan antara dua lokasi atau lebih yang dihubungkan oleh kegiatan produksi yang sama.untuk operasi bongkar muatan tertentu, mekanisme mesin pemindah bahan dilengkapi dengan alat pemegang khusus yang diopersikan oleh mesin bantu atau secara manual. Pemilihan mesin pemindah bahan yang tepat dan sesuai pada tiap-taip aktivitas, akan meningkatkan effisiensi dan daya saing dari aktivitas tersebut ( Mesin Pemindah Bahan, N. Rudenko, 1992:5 ). 2.2 Crane Crane adalah mesin pemindah bahan yang memiliki gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka dan digunakan untuk mengangkat atau sekaligus mengangkat serta memindahkan muatan yang dapat digantung maupun diikatkan pada crane secara bebas. Komponen utama dari crane yaitu: hoist, 6

7 trolley, dan boom. Mekanisme utama dari crane (kran) dilengkapi dengan gigi pengangkat (Hoisting Gear). Disamping itu, tergantung pada pemakaian dan rancangan crane dilengkapi pula dengan mekanisme : luffing (penjungkat), slewing (pemutar),dan travelling (pejalan). ( Pesawat Pesawat Pengangkat, Ir. Syamsir A. Muin, 1990:213). 2.2.1 Klasifikasi Crane Sebagai alat pemindah bahan crane diklasifikasikan sebagai berikut: - Crane tetap (stasioner) - Crane tipe jembatan - Crane jalan - Crane khusus - Crane menara ( Pesawat Pesawat Pengangkat, Ir. Syamsir A. Muin, 1990:295) 2.2.2 Dasar Pemilihan Crane Pemilihan mesin crane yang tepat dan sesuai pada tiap-tiap aktivitas, akan meningkatkan effisiensi dan optimalisasi pekerjaan. Faktor-faktor teknis penting yang diperhatikan dalan menentukan pilihan jenis peralatan yang digunakan dalam proses pemindahan bahan, yaitu: 1. Jenis dan sifat muatan yang akan diangkat Untuk muatan satuan (unit load): bentuk, berat, volume, kerapuhan, keuletan dan temperatur.untuk muatan curah (bulk load): ukuran, gumpalan, kecenderungan menggumpal, berat jenis, kemungkinan longsor saat dipindahkan, sifat mudah remuk (friability), temperatur, dan sifat kimia. Pada perencanaan ini, jenis dan muatan yang diangkat adalah yang bersifat padat dan digunakan pada pabrik pembuatan pipa berukuran besar.

8 2. Kapasitas per jam yang dibutuhkan Kapasitas pemindahan muatan per jam yang hampir tak terbatas dapat diperoleh pada peralatan, seperti conveyor yang bekerja secara kontinu (terusmenerus). Sedangkan pada peralatan lain yang mempunyai siklus kerja dengan gerak balik muatan kosong, akan dapat beroperasi secara efisien jika alat ini mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam kondisi kerja yang berat, seperti truk dan crane jalan. Dalam perancangan ini, beban yang diangkat adalah 10 ton. 3. Arah dan jarak perpindahan Berbagai jenis peralatan dapat memindahkan muatan kearah horizontal, vertikal, atau dalam sudut tertentu. Untuk gerakan vertikal diperlukan pengangkat seperti: crane, bucket elevator. Dan untuk gerakan horizontal diperlukan crane pada truk yang digerakkan mesin atau tangan, crane penggerak tetap, dan berbagai jenis konveyor. Ada beberapa alat yang dapat bergerak mengikuti jalur yang berliku dan ada yang hanya dapat bergerak lurus dalam satu arah. 4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir, dan antara pemuatan kekendaraan dan pembongkaran muatan ditempat tujuan sangat berbeda, karena beberapa jenis mesin dapat memuat secara mekanis, sedangkan pada mesin lainnya membutuhkan alat tambahan khusus atau bantuan operator. 5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan Gerakan penanganan bahan berkaitan erat, bahkan terlihat langsung dengan proses produksi. Misal: crane khusus pada pengecoran logam, penempaan dan

9 pengalasan, konveyor pada pengecoran logam dan perakitan, pada pemesinan dan pengecatan. 6. Kondisi lokal yang spesifik hal ini meliputi luas dan bentuk lokasi, jenis dan desain gedung, keadaan permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk proses, debu, kelembaban lingkungan, adanya uap dan berbagai jenis gas lainnya, dan temperatur. Berdasarkan faktor-faktor teknis diatas yang perlu diperhatikan dalam penggunaan crane adalah lokasi, berat, tinggi angkat maksimum, berat mesin yang ditopang struktur, kecepatan angkat mesin dan penjang kabel hoist drum yang dapat ditopang struktur, maka dipilihlah Overhead Travelling Crane yang dibahas dalam tugas akhir ini. (Tugas akhir Perancangan Overhead Travelling Crane Dengan Kapasitas 120 Ton. Fernando Manurung, Hal: 9) 2.3 Overhead Travelling Crane Bridge crane atau overhead travelling crane didefinisikan sebagai crane yang terdiri dari sebuah bridge beam (palang jembatan) atau palang yang ditopang pada kedua ujung end carriage, mampu bergerak travelling along elevated runways danmemiliki satu atau lebih mekanisme hoist dipasang disepanjang bridge. Overhead crane tipe ini pada umumnya terdiri 3 jenis, yaitu single girder (EKKE), single girder beam (ELKE), dan double girder (ZKKE). ELKE adalah tipe overhead crane termasuk dalam EKKE (single girder ) dimana struktur girder terbuat dari struktur beam atau baja profil.

10 Sedangkan perbedaan dari EKKE dan ZKKE terletak pada jumlah girder dan struktur girder untuk keduanya terbuat dari plat baja yang dibentuk sedemikian rupa menjadi kotak (box). 2.3.1 Cara kerja Overhead Travelling Crane Cara kerja dari Overhead Travelling Crane ini dapat dibagi atas 3 gerakan, yaitu: a. Gerakan Angkat dan Turun (Hoisting) Gerakan mengangkat dan menurunkan beban ini diatur oleh kerja elektro motor yang berfungsi memutar drum yang akan menggulung tali baja. Tali baja ini akan menggerakkan puli agar rumah pulli yang diujungnya memeiliki kait (hook) akan bergerak naik-turun, beban yang akan dipindahkan digantungkan pada kait. Billa posisinya telah sesuai dengan yang dikehendaki maka gerakan drum ini akan dihentikan oleh operator dengan menarik tuas (handle) yang terhubung dengan rem. b. Gerakan Travelling Gerakan travelling adalah gerakan memanjang pada rel besi yang terletak pada permukaan tanah yang dilakukan melalui roda gigi transmisi. Dalam halini motor memutar roda jalan ke arah yang diinginkan (maju atau mundur) dan setelah jarak yang diinginkan tercapai, maka arus listrik akan terputus dan sekaligus rembekerja

11 c. Gerakan Traversing Gerakan inijuga diatur oleh elektro motor yang berfungsi untuk menggerakkan troli sesuai dengan arah yang diinginkan, dan gerakan ini juga dihentikan dengan memutuskan aruslistrik pada elektro motor melaui tombol operator dan sekaligus rem bekerja. 2.3.2 Komponen utama Overhead Travelling Crane 2.3.2.1 Hoist Hoist merupakan bagian utama pada tower crane yang berfungsi sebagai mekanisme pengangkat muatan dengan arah lintasan melintang sepanjang cross travel girder. Pada bagian ini terdapat beberapa komponen meliputi : 2.3.2.1.1Kait (Hook) Kait (Hook) adalah alat penanganan muatan yang dipergunakan untuk menggantung beban, kait (hook) terdiri dari dua jenis yaitu: - Single hook (kait tunggal), atau biasa disebut Standard Hook - Double hook (kait ganda), atau biasa disebut Ramshom Hook Sedangkan dalam perancangan ini yang digunakan adalah jenis single hook (kait tunggal) karena beban yang akan di angkat masih dalam batas kemampuan single hook yaitu 10 ton.

12 Gambar 2.1 : Dimensi Kait Standard (Sumber : N.Rudenko, 1992:86) Untuk perhitungan dimensi kait, tangkai kait diperiksa tegangan tariknya pada daerah yang berulir (terhadap d t,yaitu diameter yang lebih kecil). Untuk persamaan tegangan tariknya ( ) adalah:...(ir.syamsir.a.muin, 1987:164) (1) Tegangan tekan aman (baja dengan baja) Tinggi minimum kait ditentukan oleh tegangan yang diizinkan pada ulir. Untuk persamaan tinggi minimum kait yaitu: ( )...(N.Rudenko, 1992:165) (2) Keterangan : t = kisar ulir ; d 0 = diameter luar ulir; d 1 = diameter dalam Kait dengan kapasitas kecil diberi ulir matrik-v normal. Pada kait yang digunakan untuk mengangkat muatan diatas 10 ton, jenis ulir yang sering digunakan adalah ulir trapesium. Tegangan satuan pada dudukan kait dapat diacari dengan persamaan:

13...(N.Rudenko, 1992:87) (3) Keterangan : = tegangan satuan pada bagian yang berjarak dari sumbu netral. Q = beban pada kait F = luas penampang kritis r = jari-jari kelengkungan sumbu netral pada daerah kritis x= faktor yang tergantung pada bentuk penampang dan kelengkungan kait netral; jarak dari pusat kelengkungan ke sumbu netral akan bernilai negatif bila bagian itu terletak dianntara pusat kelengkungan dan sumbu netral bernilai positif bila terletak pada bagian lain sumbu netral. Momen lentur diasumsikan bernilai positif bila menyebabkan kelengkungan kait bertambah (jari-jarinya berkurang) dan bernilai negatif bila kelengkungannya berkurang. Karena beban senderung untuk membuka kait, momennya bernilai negatif. ( ) Nilai didapat dari persamaan: Untuk trapesium dengan sisi b 1 dan b 2 dan tinggi akan menjadi:...(n.rudenko, 1992:87(4) *, ( )- ( )+...

14 Dengan ketelitian yang cukup memadai pada kait normal dapat diasumsikan, bahwa pusat kelengkungan sumbu netral pada bagian kritis berhimpit denan pusat geometris mulut kait sehingga: Bila kita mengambil nilai, dan bila dan, persamaan (4) setelah ditransformasikan akan berbentuk : ( ) ( ) (N.Rudenko, ( ) 1992:87) (5) Dengan mengabaikan perpindahan sumbu netral relatif terhadap pusat massa bagian tersebut kita peroleh: Dalam keadaan tersebut persamaan (5) dapat digunakan untuk mencari untuk semua nilai. Dengan mendistribusikan nilai: ( ) (untuk bagian terdalam yang tertarik) dan (untuk bagian luar yang tertekan) kedalan persamaan (3) dan kita dapatkan tegangan satuan pada penampang antara titik I dan II. Karena ( ) ( ) * ( )+ * ( )+ tegangan tarik maksimum pada bagian terdalam pada penampang tersebut ialah:

15...(N.Rudenko, 1992:88) (6) tegangan tekan satuan maksimum pada bagian terluar didapatkan dengan cara yang sama.rudenko, hal.88)...(n.rudenko,1992:88) (7) (Mesin Pemindah Bahan, N. Rudenko.1992:86-88) Peralatan untuk menggantungkan kait Peralatan untuk menggantungkait terdiri dari: a. Pemberat kait, berfungsi untuk mengurangi gesekan pada waktu mekanisme pengangkat diturunkan. b. Bantalan kait, berfungsi sebagai alat yang memungkinkan kait dapat berputar dengan mudah ketika menangani beban diatas 3 ton. Bantalan ini dipasang pada batang lintang dan dipakai untuk menahan mur kait. c. Batang lintang untuk kait, batang lintang kait daapat berputar pada plat sisi rumahnya yang kemudian diperkuat dengan strap atau sekal yang teruat dari plat baja. Momen lentur maksimun dapat ditentukan dengan persamaaan: ( )...(N.Rudenko, 1992:98) (8) Keterangan: d 1 = diameter luar cincin dudukan bantalan Momen tahanan lentur dapat ditentukan dengan persamaan: ( )...(N.Rudenko,1992:98) (9) Tegangan lentur aman:

16 Momem lentur trunion (batang gerak) pada batang lintang: ( )...(N.Rudenko, 1992:98) (10) Gambar 2.2 : Batang lintang untuk kait (Sumber : N.Rudenko, 1992:99) Tekanan satuan antara trunion (batang gerak) dan rumah:...(n.rudenko,1992:98) (11) ( ) Keterangan: s = tabel sekel s 1 = tabel plat samping Trunion pada batang lintang tidak boleh bergerak secara aksial tetapi harus dapat berputar. Pengancangannya dapat menggunakan cincin penyetel yang diikat memakai pena tirus atau cincin belah yang dimasukkan kedalam alur trunion dan dipasang sekrup ke strap atau sekal (Gambar 2.2). Dalam perhitungannya, gaya tali yang bekerja pada roda penumpu dianggap sebagai beban merata yang bekerja pada trunion. Momen lentur pada bagian tengah batang lintangnya adalah: Momen lentur pada trunion: ( )...(N.Rudenko, 1992:99) (12) ( )...(N.Rudenko, 1992:99) (13)

17 Momen reaksi diperoleh dari persamaan (9) Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, batang lintang ini dikait pada plat sisi yang diperkuat dengan strap atau sekal (Gambar 2.4). hanya sekal saja yang diperiksa kekuatannya sedangkan plat sisinya diabaikan karena tipis. Pemeriksaan sekal dapat dilihat sebagai berikut: Gambar 2.3 : Batang lintang dengan trunion (Sumber : N.Rudenko, 1992:100) Pada penampang A 1 dan B 1 (Gambar 2.4). Pada penampang A 2 dan B 2 (Gambar 2.4) ( ) Untuk penampang A 2 dan B 2 dipakai Rumus Lamé, Tekanan satuannya adalah:

18 Gambar 2.4 : Penampang lintang sakel, dengan rumah empat buah roda (Sumber : N.Rudenko, 1992:100) Tegangan satuan pada permukaan dalam: [( ) ] ( ) Tegangan satuan pada permukaan luar: ( ) Tegangan maksmimumnya akan terjadi pada permukaan dalam yakni: ( ( ) ( ) Maka, tebal platnya adalah:...(n.rudenko, 1992:101) (14) (Mesin Pemindah Bahan, N. Rudenko, 1992:97-101) 2.3.2.1.2 Tali baja (Steel wire rope) Tali baja (steel wire rope) adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire). Mula-mula beberapa serat (steel wire) dipintal hingga jadi satu jalinan (strand), kemudian beberapa strand dijalin pada suatu inti (core) sehingga membentuk tali dar tipe-tipe tali baja berikut:

19 1) 6 x 19 +1 fibre core, hoisting ropes, elevator rope, dan lain-lain, yang artinya, sebuah tali baja dengan konstruksi yang terdiri dari 6 strand dan tiap strand terdiri dari 19 steel wire dengan 1 inti serat (fiber core). 2) 6 x 19 seal I.W.R.C (Independent Wire Rope Center), Steel wire Core, dengan inti logam lunak 3) 6 x 37 + 1 fc; 6 x 36; 6 x 41 dan lain-lain ( Pesawat Pesawat Pengangkat, Ir. Syamsir A. Muin, 1990:52) Keuntungan dari tali baja dibandingkan dengan rantai adalah sebagai berikut: 1) Lebih ringan. 2) Lebih tahan terhadap sentakan. 3) Operasinya tenang walaupun digunakan dalam operasi kecepatan tinggi. 4) Kehandalan dalam operasi yang lebih tinggi. Kerusakan pada rantai akan terjadi tiba-tiba sedangkan pada tali baja, kawat pada bagian luar akan mengalami keausan yang lebih parah dan putus lebih dahulu dibandingkan dengan bagian dalamnya. Bila bagian luar tali kawatnya mulai terputus-putus jauh sebelum tali baja putus keseluruhan, maka tali baja tersebut perlu diganti. Tali baja terbuat dari kawat baja dengan kekuatan = 130 sampai 200. Dalam proses pembuatannya, kawat baja diberi perlakuan panas tertentu dan digabung dengan penarikan dingin, sehingga menghasilkan sifat mekanis kawat baja yang tinggi.

20 a) Tali baja konstruksi biasa (Kawat seragam) Gambar 2.5: Lapisan serat tali baja (Sumber : N.Rudenko, 1992:31) Lapisan dalam tali dikelompokkan menjadi 3 yaitu: 1) Tali biasa (Gambar 2.5a), memiliki penerapan yang paling luas. Tali ini dikonstruksi sedemikian rupa sehingga arah anyaman kawat dalam untaian berlawanan dengan arah anyaman untaian pada tali. 2) Tali paralel atau lang (Gambar 2.5b), arah anyaman kawat dalam untaian sama dengan arah anyaman untaian pada tali. Tali ini memiliki kemamampuan menahan gesekan yang lebih baik dan fleksibel, tetapi cenderung terpuntir. Tali paralel dipakai pada lift dan pengangkat lainnya yang mempunyai jalur pandu dan sebagai tali penghela. 3) Tali komposit (Gambar 2.5c), keduan untaian yang berdekatan dianyam dengan arah yang berlawanan/terbalik b) Tali baja anti punter Gambar 2.6: Tali baja anti punter (N.Rudenko, 1992:33)

21 Perkembangan terakhir pada pembuatan tali menghasilkan jenis tali anti puntir. Tali ini diproduksi oleh The Odessa Rope Works, dll. Sebelum kawat dipintal, untaian dibentuk sesuai dengan kedudukannya didalam tali. Akibatnya tali yang tidak dibebani tidak akan mengalami tegangan internal. Tali ini tidak mempunyai kecenderungan untuk terurai, walaupun ujung tali ini tidak disimpul. Sifat ini akan mempermudah penyambungan anyaman tali. Dibanding dengan tali jenis (a) (Gambar 2.6 (a)), jenis tali ini mempunyai keunggulan sebagai berikut: 1) Distribusi beban yang merata pada setiap kawat, sehingga memperkecil tegangan internal. 2) Lebih fleksibel. 3) Keausaan tali lebih kecil bila melewati puli dan didigulung pada drum, karena tidak ada untaian atau kawat yang menonjol pada kontur tali, dan keausan kawat terluar seragam, serta kawat yang putus akan mencuat keluar dari tali. 4) Keselamatan operasi yang lebih baik. Gambar 2.6a menunjukkan untaian dan kawat dari tali anti puntir serta bentuk aslinya sebelum dililitkan menjadi tali. Gambar 2.6b, menunjukkan tali biasa yang ujungnya terurai. Gambar 2.6c dan Gambar 2.6d, masing masing menunjukkan tali biasa yang sudah terpakai.

22 c) Tali baja dengan untaian yang dipipihkan Gambar 2.7: Tali dengan untaian yang dipipihkan (Sumber : N.Rudenko, 1992:33) Tali ini dipakai pada crane yang bekerja pada tempat yang mengalami banyak gesekan dan abrasi. Tali ini terbuat dari lima buah untaian yang dipipihkan dengan inti kawat yang juga dipipihkan. Untaian ini dipintal pada inti yang terbuat dari rami. Ciri-ciri jenis tali ini adalah: 1) Tali dengan untaian yang dipipihkan mempunyai permukaan kontak dengan alur puli dan drumnyang lebih luas dibandingkan dengan tali untaiaan bulat. Dengan demikian, tali ini mengalami tekanan yang lebih merata dan keausan yang lebih kecil. 2) Alur puli didesain sedemikian rupa sehingga tali ini mengalami permukaan kontak permukaan kelilingnya.

23 d) Tali dengan anyaman terkunci Gambar 2.8: Lilitan tali yang dikunci (Sumber : N.Rudenko, 1992:33) Tali ini banyak digunakan pada crane kabel dan kereta gantung dan tidak pernah digunakan. Pada mesin pengangkat biasa. Tali ini memeiliki keunggulan yaitu: 1) Permukaan yang halus 2) Susunan kawat yang padat 3) Tahanan terhadap keausan kelemahan tali ini adalah tidak fleksibel. Gambar 2.9: Penampang lintang tali yang dipakai pada mesin-mesin penanganan bahan (N.Rudenko, 1992:34)

24 Pemilihan Tali Baja Setiap kawat didalam tali yang ditekuk mengalami tegangan yang rumit, yang merupakan gabungan tegangan tarik, lentur dan puntir serta ditambah dengan saling menekan dan bergesekan duantara kawat dan untaian. Akibatnya, tegangan total yang terjadi dapat ditentukan secara analitis hanya pada tingkat pendekatan tertentu. Tergantung peda jumlah lengkungan, umur tali dapat ditentukan dengan memakai perbandingan (D min adalah diameter minimum puli atau drum dan adalah diameter tali) dan ( adalah diameter kawat pada tali). Penelitian menunjukkan bahwa dengan perbandingan yang sama, umur tali kira-kira berbanding terbalik dengan jumlah lengkungan. Satu lengkungan diasumsikan sebagai perubahan tali dari kedudukan lurus menjadi kedudukan melengkung, atau dari kedudukan melengkung menjadi kedudukan lurus. Jumlah lengkungan yang ditantukan oleh jumlah titik (puli, drum) dan jalur tali, lengkungan dalam satu arah pada titik tersebut setara dengan lengkungan tungggal dan lengkungan variabel setara dengan lengkungan ganda. Gambar 2.10: Menentukan jumlah lekukan tali dengan 1 puli bergerak (Sumber : N.Redunko, 1992:37)

25 Jumlah lekukan dapat ditentukan dengan cukup akurat bila kita membuat suatu diagram seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10. Pada Gambar 2.11 (Diagram A) menunjukkan muatan yang digantungkan pada pulicrane majemuk, Jumlah lekukan dan metode penentuannya. Didalam menentukan jumlah lekukan untuk sistem puli majemuk, Puli kompensasi diabaikan karena puli ini tetap diam ketika muatan dinaikkan atau diturunkan. Jumlah lekukan tali majemuk dapat diperoleh dengan membagi dua jumlah titik total tempat bagian tali yang paralel masuk dan keluar puli. Gambar 2.11 : Menentukan jumlah lengkungan pada puli majemuk (Sumber : N.Redunko, 1992: 37) Gambar 2.12 : Jenis-jenis sistem puli pengangkat (Sumber : N.Redunko, 1992:38)

26 Untuk menentukan umur tali yang seragam, pengaruh jumlah lengkungan harus dikompensasikan dengan suatu perubahan pada. Tabel 2.1 menunjukkan sebagai fungsi jumlah lengkungan. 2.1 Tabel 2.1 : Penunjukkan nilai sebagai fungsi lengkungan (Sumber : N.Redunko, 1992:38) Pemeriksaan kekuatan tali dilakukan sebagai berikut. Berdasarkan metode penggantung muatan kita menggunakan Tabel 2.1 untuk mencari. Dengan menyatakan diameter tali dengan persamaan: Kita peroleh:...(n.rudenko, 1992:38) (15) Keterangan: = diameter satu kawat = jumlah kawat dalam tali Tegangan pada tali yang dibebani pda bagian yang melengkung karena tarikan dan lenturan adalah:...(n.rudenko, 1992:39) (16)

27 Keterengan : = kekuatan putus bahan kawat tali, dalam = faktor keamanan tali = tarikan pada tali, dalam kg = penampang berguna tali, dalam = modulus elastisitas yang dikoreksi; = dengan notasi lain sama dengan seperti sebelumnya. Dengan mengubah persamaan (16) kita peroleh persamaan yang hanya berlaku untuk satuan ukuran kawat....(n.rudenko,hal.39) (17) Setelah menentukan dan memilih jumlah kawat yang tergantung pada kontruksi tali, pada dan tertentu, kita menggunakan persaman (17) untuk mencari luas penampang tali. Setelah mendapatkan nilai F, kemudian untuk memilih tali yang memepunyai karakteristik yang hampir menyerupai. Pertama-tama dengan memeriksa apakah kekuatan sesuai dengan nilai yang terima pada persamaan (17). Jumlah kawat dalam tali ditentukan oleh desain yang memenuhinya. Untuk tali yang paling sering dipakai pada mesin pengangkat (kecuali tali pintalan kompon), misalnya tali dengan 114, 222, dan 342 buah kawat, persamaan (17) menjadi:...(n.rudenko,1992:39) (18)

28...(N.Rudenko, 1992:39) (19)...(N.Rudenko,1992:39) (20) Dengan mngalikan kedua sisi persamaan (18), (19), dan (20) kita peroleh persamaan untuk memilih tali menurut kekuatan putusnya yang diacu pada penampang total tali sebagai berikut:...(n.rudenko,1992:39) (21)...(N.Rudenko,1992:40) (22)...(N.Rudenko,1992:40) (23) Nliai dan pada tali yang dipilih sudah tidak perlu diperiksa lagi, karena pengaruh nilai tersebut sudah diperhitungkan didalam persamaan desain, Persamaan (16): Diperoleh berdasarkan pengertian berikut ini. Perbandingan antara momen dengan jari-jari kelengkungan pada lekukan dinyatakan: Keterangan : = Jari-jari kelengkungan; = Modulus elastisitas kawat; = momen inersia dari penampang kawat; = Momen lengkung

29 Tegangan tarik atau tekan yang terjadi ketika membengkokkan kawat lurus pada serat yang terluar dan berada pada jarak dari garis netral, ( adalah diameter kawat) adalah: ( = Diameter puli atau drum tempat teli lewat) Tegangan ini akan terjadi pada kawat lurus, jika kawat tersebut bukan merupakan bagian komponen tali. Sebenarnya, kawat dalam tali merupakan spiral ganda atau tiga kali, yang dijepit diantara kawat yang berdekatan dan mengalami puntiran sebelum dilekukkan. Momen lentur akan lebih rendah nilainya dan rumus untuk tegangan ( ) harus dikoreksi dengan faktor khusus yang berbeda menurut jenis dan pintalan tali, kondisi operasinya, dan sebagainya, yang nilainya kira-kira 3/8. Dengan menambahkan tegangan tarik yang terjadi pada bagian lurus, pada tegangan lentur akan didapatkan persamaan (16) yakni: Tali hanya boleh diperiksa satu kali terhadap pengecekan tegangan tarik, sesuai dengan persamaan:...(n.rudenko, 1992:40) (23) Keterangan: = Tarikan maksimum yang diinginkan pada tali (kg) = Kekuatan putus tali sebenarnya (kg)

30 = Faktor keamanan yang didapat dari tabel 2.3 sesuai dengan jenis mekanisme dan kondisi operasinya Tarik kerja maksinum pada bagian tali dari sistem puli beban dihitung dengan persamaan: Keterangan: = Berat muatan yang diangkat (kg) = Jumlah muatan puli yang menyangga muatan = Efisiensi puli (Tabel 2.2) = Efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya ketika tergulung pada drum yang disumsikan sebesar 0.98 Diameter drum atau puli munimum yang diizinkan didapat dari rumus...(n.rudenko,1992:41)(23a) Keterangan : = Diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm) = Diameter tali (mm) = Faktor yang tergantung pada alat pengangkat dalam kondisi operasinya = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali.

31 Tabel 2.2 : Efisiensi Puli (Sumber : N.Rudenko, 1992:41) Tabel 2.3 : Harga Faktor K dan yang diizinkan (Sumber : N.Rudenko, 1992:42)

32 Tabel 2.4 : Harga Faktor yang tergantung pada kontruksi tali (Sumber : N.Rudenko, 1992:42) 2.3.2.1.3 Puli dan Sistem Puli A. Puli Puli dibuat dengan desin tetap dan bebas. Puli dengan as yang tetap disebut juga dengan puli penuntun, karena puli berfungsi sebagai pengubah arah peralatan pengangkat 1. Puli tetap Pada gambar 2.13 menunjukkan diagram puli tetap. Satu ujung yang melingkari puli dibebani dengan dan ujung lainnya gaya tarik. Lintasan gaya tarik setara dengan tinggi h, yakni setinggi beban tersebut diangkat. Dengan mengabaikan hambatan pada puli, gaya tarik sama dengan. Sebenarnya karena adanya hambatan pada puli (hambatan lentur pada bagian yang fleksibel dan hambatan gesek pada bantalan).

33 Gambar 2.13: Puli tetap tunggal (Sumber : N.Rudenko, 1996:58) Sifat kekakuan tali yang melewati puli menyebabkan tali yang menuju puli tidak langsung mengikuti lengkungan puli, melainkan terdefleksi dahulu sejauh kearah luar (Gambar 2.13c) dan sebaliknya, ketika lepas dari puli terjadi pula defleksi yang kira-kira sama besar kearah dalam. Hal ini akan menambah jarak lengan gaya ketikan tali menuju puli dan mengurangi lengan gaya ketika tali lepasdari puli. Dalam keseimbangan ( ) = ( ) sehingga akan kita dapatkan hubungan antara nilai tarikan sebagai berikut:...(n.rudenko, 1992:59) (24) Setelah dibagi dan mengabaikan besaran yang kecil didapat: ( )...(N.Rudenko, 1992:59) (25) Hambatan gesek pada bantalan adalah: ( )...(N.Rudenko, 1992:59) (26) Keterangan: = Diameter poros tali

34 = Koefisien gesek Gaya resuktan dapat ditentukan dengan metode grafik seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.13. Pada saat kedua bagian tali akan berubah menjadi paralel dan ( ) Gaya tarik akan menjadi * +...(N.Rudenko, 1992:59) (27) Besaran disebut faktor hambatan puli dan Keterangan: = Efisiensi puli Maka, Nilai kekakuan tali hanya dapat di tentukan secara percobaan. Percobaan yang dilakuan di Uni-Soviet menunjukkan bahwa nilai ratarata berikut dapat diasumsikan untuk tali: Keterangan: = diameter tali (cm) = diameter puli (cm) Selain kekuatan tali, faktor hambatan puli juga tergantung pada jenis bantalan dan pelumas yang dipakai pada gandar puli, bila pelumas yang digunakan adalah gemuk, ( ) untuk melumasi rantai atau puli rantai, nilai

35 rata-rata berikut ini dapat digunakan: dan. Untuk puli dengan bantalan peluru atau rol, biasanya gesekan pada drum diabaikan dan nilai ratarata dan. 2. Puli bebas Puli ini mempunyai gandar yang bergerak dan dibebani dengan muatan atau gaya. Untuk bati gaya dan untuk bati kecepatan. Gambar 2.14: Puli bebas sederhana untuk bati gaya dan kecepatan Puli untuk bati gaya Pada puli yang ditunjukkan pada Gambar 2.14a, jarak yang ditempuh oleh titik pada tali tempat usaha dikenakan setara dengan dua kali tinggi jarak beban yang diangkat:...(n.rudenko,1992:60) (28) Keterangan: = Kecepatan gaya yang dikenaka = Kecepatan beban Bila hambatan puli diperhitungkan ( )...(N.Rudenko, 1992:60) (29)

36 Bila 1.05; sehingga efisiensi puli gerak lebih tinggi dari pada efisiensi puli tetap. Puli untuk bati kecepatan Pada puli yang ditunjukkan pada Gambar 2.14b, jarak yang ditempuh oleh titik tempat gaya dikenakan sama panjang dengan setengah dari tinggi angkat beban....(n.rudenko, 1992:60) (30) Dengan memperhitungkan hambatan pada puli: ( )...(N.Rudenko,1992:61) (31) ( ) Bila, sehingga pada kasus ini pun efisiensi puli gerak lebih tinggi dari efisiensi puli tetap. Sistem puli Sistem puli adalah suatu gabungan beberapa puli bebas dan puli tetap atau pun puli rantai. Alah pengang kat yang menggunakan bati kecepatan misalnya, pada lift hidrolik dan pneumatik. Pemggunaan sistem puli yang utama adalah untuk mentransamisikan daya biasanya terdapat pada derek dan crane.

37 1. Sistem untuk bati gaya Sistem puli adalah gabungan beberapa puli bebas dan puli tetap atau puli rantai. Fungsi sistem puli sebagai perabot pengangkat bebas, terutama untuk mentransmisikan daya terdapat di derek dan crane. Sistem puli ini didesain dengan: a) Desain dengan tali lepas dari puli tetap Bila adalah jumlah puli (Gambar 2.15a) maka jumlah bagian pada garis tempat beban yang digantung juga sama dengan. Perbandingan transmisinya adalah:. Dengan mengabaikan hambatannya, usaha pada bagian tali yang lepas Usaha sebenarnya adalah: Dengan dan adalah efisiensi resultan dan faktor hambatan sistem puli resultan. Tarikan total pada seluruh bagian dari tali fleksibel adalah: ( ) ( )

38 Deret didalam tanda kurung ialah deret geometris dengan perbandingan, suku pertama dan suku terakhir ; seperti diketahui jumlah deret ini adalah: Sehingga: Gambar 2.15: Sistem puli untuk bati gaya (N.Rudenko, 1992:62) atau, Karena dan efisiensi resultan sistem puli akan menjadi:... (N.Rudenko, 1992:62) (32) Gaya tarik yang terjadi:...(n.rudenko, 1992:62) (33) Lintasan gaya tarik yang dikenakan untuk sistem puli adalah:

39 Dengan kecepatan tali: Keterangan : = Lintasan = kecepatan beban b) Desain dengan tali lepas dari puli gerak Dengan buah puli (Gambar 2.15b) jumlah bagian tali dimana beban digantungkan akan menjadi Perbandingan transmisinya: Usaha ideal pada bagian tali yang lepas adalah: Usaha sebenarnya adalah: ( ) Dengan menggunakan persamaan yang telah didapatkan sebelumnya diperoleh: Untuk, kita akan peroleh: ( ) ( ) ( )... (N.Rudenko, 1992:63) (34) Karena, dalam hal ini Efisiensi total:, akhirnya persamaan akan menjadi: ( )...(N.Rudenko, 1992:63) (35) Gaya tarik:

40...(N.Rudenko, 1992:63) (36) ( ) ( ) Dengan faktor hambatan, kurva efisiensi jumlah puli dapat dilihat pada Gambar 2.16. Gambar 2.16: Efisiensi sistem puli (N.Rudenko, 1992:63) c) Penentuan tarikan pada setian bagian tali dari sistem puli Gambar 2.17: Sistem puli utuk bati gaya (N.Rudenko, 1992:60) Tarikan pada tali akan bernilai minimun pada bagian pertama dan maksimum pada bagian ( ) (Gambar 2.17) dengan ialah jumlah puli. Disini kita dapat mengasumsikan secara pendekatan bahwa:

41...(N.Rudenko, 1992:64) (37) Pada mekanisme pengangkat dari derek dan crane, biasanya gaya tarik besarnya dengan tarikan pada tali yang melingkari drum. d) Sistem puli majemuk Sistem puli majemuk mampu membawa muatan lebih besar, mengurangi beban pada tali sehingga dimungkinkan digunakan tali yang lebih kecil, diameter puli dan drum lebih kecil, sehingga mengurangi bobot mekanisme keseluruhan. Gambar 2.18: Sistem puli majemuk (Sumber : N.Rudenko, 1992:65) Dengan menggunakan sistem puli majemuk, beban yang diangkut akan lebih stabil. Sistem puli ini dapat membawa muatan 2 kali lebih banyak dari pada puli sederhana.

42 Sistem puli majemuk dengan empat bagian (Gambar 2.18a) digunakan untuk mengakat bebab sampai 25 ton. Perbandingan transmisinya yang tergulung pada setiap setengah bagian drum adalah, panjang tali ( = tinggi pengngkatan). Kecepatan tali dan efisiensi. Sistem puli majemuk dengan enam bagian (Gambar 2.18b) lebih jarang digunakan. Pada sistem ini dan. Sistem puli majemuk dengan delapan bagian (Gambar 2.18c) dapat mengangkat beban sampai 75 ton. Sistem ini mempunyai dan. Sistem puli majemuk dengan sepeuluh bagian (Gambar 2.18d) dapat mengangkat bebat sampai 100 ton. Disini dan. Secara umun perbandingan puli majemuk adalah ; dimana : = jumlah bagian tali yang membawa beban pada sistem puli 2.3.2.1.4 Roda puli tali Roda puli tali dapat berupa desain tetap, bergerak dan kompensasi. Biasanya roda puli initerbuat dari coran (besi kelabu atau baja) atau lasan. Efisiensinya dengan memperhitungkan gesekan pada bantalan. Untuk tali kawat diameter minimum roda puli ditentukan dari rumus (23a).

43 Gambar 2.19: Sudut simpang tali yang keluar dari roda penuntun (Sumber : N.Rudenko, 1992:71) Keliling pelek roda puli dibuat sedemikian rupa sehingga tali tidak akan macet pada alurnya dan dapat bergerak cukup bebas terhadap bidang pusat roda puli tersebut. Untuk mencegah agar tali yang keluar menyimpang dari alur sisi dalam roda puli tanpa terjadi lengkungan yang tajam (simpang sudut ), titik pusat simpang dari penampang tali harus berada didalam alur (Gambar 2.19). sudut yang diizinkan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:...(n.rudenko,1992:71) (38) Penampang roda puli untuk tali kawat yang ditentukan oleh standar Soviet dapat dilihat pad Tabel 2.9 roda puli tali yang berukuran kecil biasanya dicor menjadi asatu bagian tanpa tulang. Penguat roda puli besar diberi tulang penguat dan lubang atau dengan jari- jari silang (2.20a). Gambar 2.20b menunjukkan roda puli tali yang dilas. Biasanya roda puli terpasang bebas pada gandar tetap dengan bantalan anti gesek atau bushing kuningan.

44 Tabel 2.5: Roda puli untuk tali kawat baja, mm (Sumber : N.Ruddenko, 1992:71) Diameter roda puli kompensasi (Gambar 2.21) diambil 40% lebih kecil dari pada diameter roda puli yang diberi beban. Perbandingan panjang nap dengan diameter gandar. Untuk roda puli kerja biasanya diambil dalam jangka: dan 1,8. Pelumas harus diberikan pada permukaan bantalan yang tak dibebani didalam roda puli, busing roda puli dapat diperiksa terhadap tekanan satuan dengan persamaan:...(n.rudenko, 1992:72) (39) Keterangan: = Panjang Bushing ; = Beban ; = Diameter gandar Tergantung pada kecepatan keliling permukaan lubang nab roda puli, tekanan satuan yang terjadi tidak boleh melebihi nilai berikut:

45 Gambar 2.20: Roda puli tali (N.Rudenko, 1992:72) Gambar 2.21: Roda puli kompensasi (Sumber : N.Rudenko, 1992:72) 2.3.2.1.5 Drum Diameter drum dipilih dengan perbandingan yang sama dengan roda puli : Drum untuk tali kawat baja terbuat dari besi cor, kadang-kadang dari besi tuang atau konstruksi lasan. Dengan memperhitungkan gesekan pada bantalan efisiensinya. diameter tergantung dengan diameter tali.

46 Gambar 2.22 : Drum untuk tali baja (Sumber : N.Rudenko, 1992:73) Untuk drum penggerak daya, drum harus selalu dilengkapi dengan alur heliks sehingga tali akan tergulung secara seragam dan keausannya berkurang (Gambar 2.22a). Jari-jari alur heliks harus dipilih agar tidak menyebebkan kemacetan tali. Tabel 2.10 menerangkan dimensi alur standar dan alur dalam drum. Drum dengan satu tali tergulung hanya mempunyai satu arah heliks kekanan; drum yang didesain untuk dua tali diberi dua arah heliks kekanan dan kekiri. Jumlah lilitan pada drum untuk satu tali dapat dicari dengan persamaan:...(n.rudenko,1992:59) (40) Keterangan: = Perbandingan sistem tali = Diameter drum = Tinggi angkat muatan; dalam persamaan (40), 2 ditambahkan untuk lilitan yang menahan muatan. Standar ini diterapkan untuk drum yang di cor. s

47 Panjang drum heliks didapat dari: Tabel 2.6 : Dimensi alur drum (mm) (Sumber : N.Rudenko, 1992:74) Keterangan : = Kisar Dengan menyisakan panjang sebesar untuk menahan tali dan untuk kedua sisi flens, didapatkan keseluruhan panjang drum: ( )...(N.Rudenko,1992:75) (41) Bila dua tali digulung pada satu drum (sistem puli majemuk) panjang total drum akan menjadi: ( )...(N.Rudenko, 1992:75) (42) Dengan menggunakan Lamé kita dapat menentukan jarak bagi pada bagaian tengah drum, antar heliks kekanan dan kekiri yang sesuai dengan desainnya. Karena jarak dua lilitan penahan harus disediakan pada setiap sisinya, dam mengambil 4 untuk tali yang diikat pada setiap sisi dan flens sisinya, kita akan

48 memperoleh 12 untuk kedua sisi. Nilai ini telah diperitungkan pada persamaan (42). Tebal dinding drum dari besi cor dapat ditentukan kira-kira dari persamaan empiris berikut: ( ) (N.Rudenko, 1992:75) (42a) Keterangan; = Diameter drum Selama operasi, drum mengalami gabungan torsi yaitu lentur dan tekan. Kedua regangan pertama akan menyebabkan tegangan yang cukup berpengaruh pada drum yang sangat panjang. Karena pembebanan tekan lebih berpengaruh maka harus diperkirakan terlebih dahulu. Anggaplah bahwa kita potong drum dengan kondisi setengah lingkaran dengan tebal (Gambar 2.26c). dan dengan lebar sebesar kisar tali : pengaruh setengah lingkaran yang terpisah ini digantikan dengan gaya tarik. Gaya yang terjadi pada elemen luas akan berjumlah: dengan adalah tekanan normal pada satuan permukaan drum. Jumlah proyeksi semua gaya elementer pada bidang vertikal akan menjadi: Sehingga,

49 Karena permukaan drum dikenai gaya yang didistribusikan secara merata dengan intensitas sebesar, maka drum dapat dianggap sebagai silinder dengan tekanan luar, yang tegangan pada dindingnya ditentukan dengan persamaan Lamé. Tegangan pada permukaan dalam silinder menurut persamaan Lamé adalah: dan pada permukaan luarnya adalah: Bila, dan, kita akan mendapatkan transformasi sebenarnya, tegangan tekan maksimal pada permukaan dalam drum. ( ) Dengan menganggap pecahan kita mendapatkan persamaan yang umumnya biasa dipakai untuk perhitungan....(n.rudenko, 1992:76) (43) Nilai yang diizinkan untuk kelas (C4) 15-32 (besi cor) sampai 1000, untuk baja cor sampai denga 160`0 dan untuk drum yang dilas (baja 3 dan 5) sampai 1.800. Ketika menghitung pengaruh tegangan kompleks pada drum akibat beban lentur dan torsi yang terjadi bersamaan, tegangan yang diizinkan dapat menggunakan besi cor kelabu dengan sampai 230, untuk baja cor sampai 1200 dan untuk drum yang dilas sampai 1400.

50 2.3.2.1.6 Daya motor Dalam menentukan daya motor pada perencanaan jib crane ini terbagi dari dua macam perhitungan yaitu : Penentuan daya motor pada mekanisme pengangkat (hoist) Daya motor yang diperlukan : ( ) (2.22).. (N. Rudenko, MesinPengangkat Hal. 234) 2.3.2.2 Girder Pelat Crane Jalan Pada perancangan Overhead Travelling Crane ini, girder yang digunakan dengan struktur girder plat yang dilas dan membentuk penampang kotak atau box. Girder yang digunakan terdiri dari dua girder utama yang kemudian mekanisme hoist bergerak diatas rel pada bagian atas girder. Pada (Gambar 2.23) dapat dilihat penampang girder yang akan dirancang. Faktor utama dalam penyelesaian girder pelat adalah dengan mencari tegangan lentur satuan aman dan defleksi girder yang diinginkan. Beban vertikal pada girder adalah bobot mati (beban konstan) dan gaya yang diberi oleh roda troli yang membawa beban maksimum. Desain bobot mati girder terdiri atas bobot girder, setengah bobot mekanisme pejalan (tanpa roda), dan setengah bobot penopang silang. Gambar 2.24 memberikan nilai perkiraan desain bobot mati girder dengan kapasitas angkat 5 sampai 50 ton dan bentangan mulai dari 10 meter sampai 30 meter.

51 Gambar 2.23: Penampang Box Girder Gambar 2.24: Pembebanan girder berdasarkan bobot mati Berikut ini adalah persamaan yang digunakan dalam perhitungan girder: Momen lentur akibat beban statis...(44)...(45) Keterangan: = Bentangan girder (mm) = Bobot girder (Kg) = Bobot mati ( ) (Drs.Bagyo Sucahyo, Mekanika teknik 2. Hal:76) Deformasi Defleksi Girder

52 Defleksi girder utama yang berlebihan akan menyebabkan seluruh struktur bergetar dan berpengaruh besar terhadap operasi crane. Untuk menjaga defleksi dalam batas aman, girder memanjang utama harus cukup tinggi dan memiliki momen inersia yang memadai. Defleksi pada girder dibedakan atas 2 macam, yaitu: a. Defleksi akibat beban konstan Defleksi akibat beban konstan yaitu defleksi akibat bobot girder itu sendiri, defleksi ini dapat di tentukan dengan persamaan berikut:...(47) Keterangan: = Momen inersia = Modulus elastisitas = Bobot girder = Bentangan girder b. Defleksi akibat beban muatan dan trroli Defleksi akibat beban gerak yaitu defleksi akibat pembebanan hoist troli, defleksi ini dapat ditentukan dengan persamaan:...(48) Keterangan: = Beban pada roda hoist troli Dari dua persamaan diatas, maka dapat ditentukan defleksi total yang terjadi pada girder, yaitu:

53...(49) Keterangan: = Defleksi total (Mesin Pengangkat, N.Rudenko,1994.Hal:314-318 ) Defleksi yang diizinkan untuk girder crane dengan kapasitas dibawah 50 KN adalah : (N.Rudenko, 1992:339) Dimana: = Panjang girder ( ) Defleksi yang diizinkan (cm)