BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi Piutang Dagang TRADE RECEIVABLE

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

Modul ke: Receivables. Fakultas FASILKOM. Ermian Challen, SE,Ak.,M.Ak. Program Studi Sistem Informasi

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2012:210) merupakan klaim suatu perusahaan atas uang, barang, atau jasa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

AKUTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Catatan 31 Maret Maret 2010

Pertemuan Ketiga PIUTANG

Pada umumnya piutang diklasifikasikan menjadi :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pencatatan sangat perlu dilakukan pada setiap kegiatan yang akan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

Pertemuan ke-v AKUNTANSI PIUTANG AKUNTANSI PAJAK. Iwan Efriandy, SE.,M.Si.Ak.CA

BAB XIV AKUNTANSI PIUTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. PT. PLN (Persero) atau Perusahaan Listrik Negara sebagai salah satu

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

30 Juni 31 Desember

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

BAB II BAHAN RUJUKAN

Afifudin, SE., M.SA.,Ak.

LAMPIRAN VII PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG LAPORAN ARUS KAS A.

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN

JUMLAH AKTIVA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing masing. tahun di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar.

Perlakuan Akuntansi Terhadap Piutang Pada Unit Bisnis Infrastruktur PT PLN Batam

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PIUTANG DAGANG DAN PIUTANG WESEL. By MAHSINA, SE, MSI

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI PADA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. atau tidaknya atas kegiatan bisnis suatu perusahaan. Penjualan melibatkan dua

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

Laporan Arus Kas. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 8. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Dini Iriani Ekonomi/Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan suatu organisasi yang fungsi utamanya untuk mensejahterakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI INVESTASI

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

IAS 7 Laporan Arus Kas

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Pada Tanggal 31 Agustus 2017 (dalam jutaan Rupiah) No. POS - POS

BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. Modul ke: 06FEB. LAPORAN ARUS KAS Sumber : Dwi Martani. Fakultas. Fitri Indriawati, SE., M.Si

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

X. SURAT BERHARGA. Teknik pencatatan: dicatat sebesar harga perolehan (harga beli ditambah biaya pembelian) bunga dicatat terpisah

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB II BAHAN RUJUKAN. uang. Pada tingkat pribadi kita mengenai kredit, maka kredit adalah siap tersedia

KEBIJAKAN AKUNTANSI INVESTASI

PSAK 2 LAPORAN ARUS KAS IAS 7 - Statement of Cash Flows. Presented by: Dwi Martani

PT TEMPO SCAN PACIFIC Tbk. DAN ANAK PERUSAHAAN NERACA KONSOLIDASI 31 Maret 2010 dan 2009 (Dinyatakan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Subang 52

BANK ROYAL INDONESIA PERIODE : 31 MARET 2017

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Pengertian akuntansi

JUMLAH ASET LANCAR

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

Investasi - Bonds Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 6 Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Piutang Bagi perusahaan dagang, besarnya pendapatan dihasilkan dari penjualan karena merupakan unsur terbesar yang berpengaruh terhadap laba bersih perusahaan. Untuk memperoleh laba yang optimal, perusahaan menempuh dengan salah satu cara yaitu penjualan kredit. Penjualan yang dilakukan secara kredit diharapkan dapat meningkatkan volume pendapatan akan tetapi menimbulkan munculnya perkiraan piutang. Piutang itu sendiri merupakan hak perusahaan untuk menuntut pembayarannya atas penjualan barang atau jasa kepada pihak pelanggan. Jumlah piutang pada suatu waktu ditentukan oleh dua faktor: (1) volume penjualan dan (2) rata-rata waktu antara penjualan dan penerimaan pembayaran. Semakin besar volume penjualan kredit dan semakin panjang waktu penagihan piutang akan memperbesar piutang. Hal ini beresiko akan adanya bagian piutang yang tak tertagih. Tingkat piutang yang tinggi akan mengurangi arus kas dan piutang tak tertagih akan mengurangi keuntungan dari penjualan. Oleh karena itu, penanganan akan piutang diharapkan dapat terealisasi dikarenakan piutang merupakan kelompok aset lancar yang berperan penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Menurut Mardiasmo (2016: 51), Piutang adalah tagihan yang timbul dari penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit. Menurut Efraim (2012: 129), Piutang adalah tuntutan kepada pelanggan dan pihak lain untuk memperoleh uang, barang, dan jasa (aset) tertentu pada masa yang akan datang, sebagai akibat penyerahan barang atau jasa yang dilakukan saat ini. Sedangkan menurut Warren dkk (2014: 448), Piutang mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain. Piutang-piutang ini biasanya merupakan bagian yang signifikan dari total aset lancar. Merujuk pada pengertian para ahli yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa piutang adalah suatu tagihan (klaim) perusahaan kepada pihak 7

8 lain, yaitu konsumen atau pelanggan baik perorangan maupun kelompok (badan usaha) yang ditimbulkan oleh penjualan barang atau jasa secara kredit dalam kegiatan operasional perusahaan. 2.2 Penggolongan Piutang Piutang pada normalnya kegiatan perusahaan akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sehingga dikelompokkan ke dalam aset lancar. Apabila pelunasan lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan dalam kelompok aset lancar akan tetapi termasuk ke dalam aset lain-lain. bahwa: Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK (2015: 1.13) menyatakan Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika: 1. Entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau memiliki intensi untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal; 2. Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan; 3. Entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu dua belas bulan setelah periode pelaporan; atau 4. Aset merupakan kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya dua belas bulan setelah periode pelaporan. Standar akuntansi instrumen keuangan menyebutkan salah satu klasifikasi aset keuangan adalah pinjaman yang diberikan dan piutang. Kriterianya adalah aset keuangan nonderivatif yang pembayarannya telah ditentukan dan tidak memiliki kuotasi di pasar aktif. Menurut Martani dkk (2014: 196-197) piutang dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: 1. Piutang Dagang Piutang dagang merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain baik yang terkait dengan transaksi penjualan/pendapatan. 2. Wesel Tagih Wesel tagih merupakan klaim perusahaan kepada pihak ketiga yang didukung janji tertulis untuk membayar dalam jangka waktu tertentu. 3. Piutang Penghasilan Penggunaan dasar waktu dalam akuntansi mengakibatan adanya pengakuan terhadap penghasilan-penghasilan yang masih akan diterima. Penghasilan-penghasilan seperti itu atas dasar waktu sehingga pada akhir periode dihitung berapa jumlah yang sudah menjadi pendapatan dan jumlah tersebut dicatat sebagai piutang penghasilan.

9 Menurut Efraim (2012: 129) piutang dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Piutang Usaha Piutang usaha yaitu piutang yang terjadi dari usaha pokok suatu perusahaan. Contohnya: piutang dagang dan piutang jasa. 2. Piutang Nonusaha Piutang Nonusaha yaitu piutang yang terjadi selain dari usaha pokok perusahaan. Contohnya: piutang kepada karyawan, uang muka ke kantor cabang, dan piutang dividen. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa piutang digolongkan menjadi tiga yaitu: 1. Piutang Dagang Piutang dagang merupakan piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit yang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. 2. Piutang Bukan Dagang Piutang ini merupakan piutang yang bukan timbul akibat penjualan barang atau jasa secara kredit melainkan dari penjualan saham dan penjualan dividen. 3. Piutang Lain-Lain Piutang ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang penghasilan dan piutang karyawan. 2.3 Pengakuan dan Pencatatan Piutang Piutang meliputi segala macam tuntutan atau klaim kepada pihak ketiga sehingga diketahui bahwa akan ada penerimaan kas pada masa yang akan datang terkait dengan pelunasannya. Piutang diakui pada waktu hak milik beralih ke pembeli atau pada saat terjadinya transaksi yang dikenal dengan istilah accrual basis. Penggunaan accrual basis dalam akuntansi menimbulkan akibat adanya pengakuan terhadap penghasilan-penghasilan yang masih akan diterima. Menurut IAI dalam SAK (2015: 9.4) menyatakan bahwa: jumlah bruto piutang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan. Piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah piutang yang tidak dapat ditagih. Jumlah bruto piutang harus tetap disajikan pada laporan posisi keuangan diikuti dengan penyisihan untuk piutang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih. Menurut Efraim (2012: 130), yaitu jumlah piutang yang dicatat adalah sebesar harga pertukaran (price exchange) antara dua pihak terkait. Pendapat lain

10 menurut Martani dkk (2014: 201), pengakuan piutang dikaitkan dengan pengakuan pendapatan. Saat perusahaan telah mengakui pendapatannya maka perusahaan akan mengakui pendapatannya. Menurut IAI dalam SAK (2011: 55), piutang diakui oleh entitas sebesar nilai wajar. Nilai wajar merupakan harga perolehan atau nilai pertukaran antara kedua belah pihak pada tanggal transaksi. Ayat jurnal untuk mengakui piutang atas penjualan barang atau jasa adalah: Piutang Dagang xxx Penjualan Kemudian pada saat piutang tersebut tertagih maka jurnalnya sebagai berikut: Kas Piutang Dagang Contoh penyajian piutang dagang dalam laporan posisi keuangan menurut Mardiasmo (2016: 63) seperti terlihat di bawah ini: Piutang dagang (bruto) Rp xxx Dikurangi: cadangan kerugian piutang (Rp xxx) Piutang dagang (netto) Rp xxx Dengan dasar penilaian ini, piutang dilaporkan sebesar nilai yang diharapkan dapat diterima dari piutang dagang yang bersangkutan. Konsep penilaian yang demikian menunjukkan bahwa aset harus dinilai sebesar manfaat yang akan diterima di masa mendatang. Namun piutang harus tetap disajikan sebesar nilai transaksi yang sebenarnya kemudian disajikan cadangan kerugian piutang dan nilai bersih piutang jika perusahaan menggunakan metode cadangan. 2.4 Penagihan Kerugian Piutang Komponen aset lancar salah satunya adalah piutang. Penyajian piutang dalam laporan posisi keuangan menggunakan dasar pengukuran nilai realisasi/penyelesaian. Bahwa piutang dinyatakan sebesar jumlah piutang yang diharapkan akan ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak dapat tertagih. Perhitungan ini merupakan aturan dari dasar pengukuran

11 nilai realisasi dan menjadi hubungan antara kerugian piutang dengan penjualanpenjualan yang mengakibatkan timbulnya piutang tersebut. Hubungan ini dilandasi dengan asumsi bahwa kerugian piutang dibebankan pada periode yang bersangkutan. Permasalahan yang timbul akibat kerugian piutang adalah bagaimana menetapkan seberapa besarnya jumlah yang harus disisihkan sebagai kerugian piutang. Hal ini memerlukan adanya penilaian piutang yang tak tertagih. Selain itu, penghapusan piutang juga diperlukan untuk menghapus piutang yang jelasjelas tak tertagih. Penghapusan ini biasanya dilakukan karena debitur yang bersangkutan meninggal, melarikan diri, bangkrut atau sebab lainnya. Untuk menetapkan nilai dan penghapusan piutang yang tak tertagih tersebut, dilakukan analisis yang tepat sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku secara umum. Menurut Martani dkk (2014: 217) yang disesuaikan dengan SAK (2011:55), konsep penyisihan piutang dilakukan karena perusahaan dalam laporan keuangan harus menyajikan piutang sebesar jumlah yang dapat direalisasi. Untuk itu diperlukan estimasi jumlah yang tidak dapat ditagih di masa depan. Ada dua metode estimasi yang digunakan yaitu: 1. Metode Berdasarkan Penjualan Metode ini menghitung jumlah beban piutang tak tertagih dari penjualan periode tertentu. Nilai penyisihan piutang akhir periode dihitung dari saldo awal penyisihan piutang ditambah penyisihan piutang periode berjalan, dikurangi penghapusan piutang dan ditambah jika ada piutang yang recovery. 2. Metode Berdasarkan Nilai Piutang Metode ini menggunakan pendekatan neraca karena perhitungan menggunakan nilai piutang dan jumlah yang dihitung adalah nilai penyisihan piutang pada akhir periode. Metode ini menghitung berapa jumlah penyisihan piutang dari saldo piutang akhir periode, beban penyisihan akan ditambahkan atau dikurangkan untuk mendapatkan saldo penyisihan piutang yang diinginkan. Menurut Mardiasmo (2016: 54-57) ada tiga metode penaksiran besarnya cadangan kerugian piutang yaitu: 1. Cadangan Kerugian Piutang atas Persentase dari Hasil Penjualan Bersih Dalam metode ini persentase kerugian piutang ditentukan dengan mengalikan sejumlah persentase tertentu dengan hasil penjualan bersih.

12 2. Cadangan Kerugian Piutang atas Persentase dari Saldo Piutang Perhitungan kerugian piutang dengan menaksir besarnya kerugian piutang berdasarkan persentase tertentu dari saldo piutang dagang pada akhir tahun yang bersangkutan. 3. Cadangan Kerugian Piutang atas Analisis Umur Piutang Kerugian piutang dapat ditaksir dengan cara menganalisis umur dari saldo piutang debitur-debitur perusahaan. Umur piutang masing-masing debitur digolong-golongkan, baik yang belum jatuh tempo maupun yang telah jatuh tempo. Menurut Efraim (2012: 140-141) perhitungan kerugian piutang dihitung dengan cara berikut: 1. Persentase Tertentu dari Saldo Piutang Taksiran piutang tak tertagih ditentukan dengan mengalikan saldo akhir periode piutang dengan persentase taksiran piutang tak tertagih. 2. Rekening Cadangan Kerugian Piutang (Bersaldo Debit) Kadangkala taksiran piutang tak tertagih bersaldo debit karena jumlah piutang aktual yang dihapus lebih besar dibandingkan dengan jumlah taksiran piutang tak tertagih yang dicadangkan dalam rekening cadangan kerugian piutang pada periode tertentu. 3. Analisis Umur Piutang Cadangan kerugian piutang ditentu kan dengan cara mengklasifikasikan piutang yang beredar ke dalam kategori jangka waktu piutang tersebut tertunggak. Menurut pendapat-pendapat di atas, maka penulis menarik kesimpulam bahwa kerugian piutang dapat dianalisis dengan dua cara yaitu: 1. Estimasi Berdasarkan Persentase Tertentu Saldo Piutang Estimasi ini bertujuan melaporkan nilai bersih piutang yang dapat terealisasi di laporan posisi keuangan. Dengan menggunakan pendekatan ini, kreditur telah menentukan perkiraan berapa persen dari saldo piutang yang tidak dapat ditagih. 2. Estimasi Berdasarkan Analisis Umur Piutang Estimasi ini dilakukan perusahaan dengan menggunakan daftar piutang yang berisi saldo piutang, nama pelanggan beserta umur piutang. Dengan menggunakan cara ini, perusahaan dapat menganalisis piutangnya dan mengelompokkannya menurut lamanya piutang tersebut beredar. Semakin lama piutang tersebut beredar semakin kecil kemungkinan piutang tersebut tertagih, perusahaan dapat menentukan umur piutangnya berdasarkan tanggal jatuh temponya. Estimasi persentase untuk piutang yang tidak dapat ditagih dapat berbeda-beda sesuai dengan kategori umur piutang berdasarkan pengalaman masa lalu.

13 2.5 Penghapusan Piutang Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK (2011: 55) secara spesifik menyebutkan, entitas menghentikan pengakuan aset keuangan, jika dan hanya jika: 1. Hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir atau; 2. Entitas mentransfer aset keuangan yang memenuhi kriteria penghentian pengakuan. Transfer aset keuangan adalah transfer hak kontraktual penerimaan kas dari aset keuangan atau tetap memiliki hak kontraktual untuk menerima tetapi memiliki kewajiban untuk membayar arus kas yang diterima tersebut kepada pihak lain. Dalam transfer aset keuangan, penghentian pengakuan akan dilakukan jika telah terjadi transfer manfaat dan risiko kepada pihak lain. Aset keuangan yang sering dihentikan pengakuannya adalah salah satunya piutang usaha atau dagang. Piutang usaha atau dagang kurang terjamin pelunasannya dikarenakan tidak adanya suatu perjanjian khusus yang dibuat untuk memiliki kekuatan hukum. Maka piutang ada kemungkinan tidak akan tertagih. Piutang yang jelas-jelas tak dapat ditagih lagi harus dihapuskan dari rekening piutang. Penghapusan piutang ini merupakan suatu kerugian bagi perusahaan. Ada dua metode yang digunakan untuk menangani piutang yang tak tertagih yaitu metode penghapusan langsung dan metode cadangan. Penghapusan langsung digunakan untuk piutang tak tertagih yang bersifat tidak sering atau frekuensinya rendah. Sedangkan metode cadangan digunakan untuk perusahaan yang sering terjadi kerugian piutang atas piutang tak tertagih. Menurut Mardiasmo (2016: 52-53) perlakuan akuntansi terhadap penghapusan piutang terdapat dua metode yaitu: 1. Metode Penghapusan Langsung Menurut metode penghapusan langsung, apabila jelas-jelas diketahui adanya piutang yang tidak dapat ditagih, maka piutang tersebut dihapuskan dan dibebankan pada rekening kerugian piutang. Jurnal untuk mencatat penghapusan piutang tak tertagih adalah sebagai berikut: Kerugian Piutang Piutang

14 2. Metode Cadangan Metode cadangan menuntut perusahaan menghitung jumlah kemungkinan piutang tak tertagih pada setiap akhir periode. Jurnal untuk mencatat kerugian piutang tak tertagih dengan metode cadangan adalah sebagai berikut: Kerugian Piutang Cadangan Kerugian Piutang Jika dipastikan bahwa piutang tersebut tidak akan tertagih, maka jurnal tersebut harus dikeluarkan dari catatan perkiraan piutang usaha, dengan cara mengkreditkannya sebesar jumlah tersebut yaitu dengan jurnal sebagai berikut: Cadangan Kerugian Piutang Piutang Usaha Apabila piutang yang telah dihapuskan sebagai piutang tidak tertagih ini dalam periode berjalan, secara tidak diduga dapat diterima kembali pelunasannya, maka ayat jurnal yang diperlukan yaitu: - Jurnal pembalik penghapusan piutang tak tertagih Piutang usaha Cadangan kerugian piutang - Jurnal penerimaan atas penagihan piutang Kas Piutang Usaha Pendapat lain menurut Martani dkk (2014: 218-219), penurunan nilai akan dicatat mengurangi nilai piutang atau pinjaman. Ada dua metode untuk mencatat penurunan nilai yaitu metode penghapusan langsung (direct write off method) dan metode pencadangan (allowance method). Untuk metode penghapusan langsung, piutang yang diturunkan nilainya langsung dihapuskan tanpa dibuat akun cadangan penurunan nilai. Sedangkan metode pencadangan lebih tepat digunakan perusahaan dalam mencatat penurunan nilai. Pada saat perusahaan mengakui beban penurunan nilai piutang atau pinjaman, akan didebit akun cadangan penurunan nilai. Dalam piutang juga diketahui bahwa ada kaitan yang sangat erat antara umur piutang dengan peluang penagihan. Hal ini memberikan petunjuk seberapa

15 besar persentase piutang yang tertagih dan tak tertagih. Besarnya persentase untuk kerugian piutang menurut Kieso, et. al., (2008: 354) adalah: No. Bulan Persentase tidak tertagih 1. Belum Jatuh Tempo - 2. Jatuh Tempo 1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 91-120 hari Sumber: Kieso (2008: 354) 4% 10% 17% 26% Metode analisis umur piutang dapat menunjukkan jumlah piutang yang akan ditagih sesuai dengan keadaan. Tetapi bila dibandingkan dengan metode pertama, jumlah piutang yang dilaporkan dalam laporan posisi keuangan akan lebih mendekati kenyataan karena dalam metode analisis umur piutang dilakukan penaksiran untuk masing-masing debitur sehingga lebih teliti. 2.6 Penyajian dan Pelaporan Piutang Untuk tujuan pelaporan, piutang dilaporkan sebesar nilai yang diharapkan dapat diterima dari piutang dagang yang bersangkutan. Konsep penilaian yang demikian menunjukkan bahwa aset lancar harus dinilai sebesar manfaat yang akan diterima di masa mendatang. Namun piutang harus tetap disajikan sebesar nilai transaksi yang sebenarnya (azaz bruto) kemudian disajikan cadangan kerugian piutang dan nilai bersih piutang bila perusahaan menggunakan metode cadangan. Dengan cara ini, pembaca dapat mengetahui jumlah bruto piutang usaha dan cadangan penghapusan piutang yang dibuat untuk piutang yang tidak dapat direalisasi. Menurut Efraim (2012: 130) dijelaskan bahwa: Piutang dilaporkan sebesar nilai bersih terealisasikan (net realizable value), yaitu nilai yang diharapkan dapat dikumpulkan secara tunai. Jumlah ini sama dengan nominal piutang dikurangi dengan jumlah taksiran piutang tak tertagih. Menurut Martani dkk (2014: 226) menyatakan bahwa piutang dalam laporan posisi keuangan disajikan dalam kelompok aset lancar. Nilai piutang disajikan di laporan posisi keuangan setelah dikurangi dengan cadangan kerugian penurunan

16 nilai. Piutang biasanya disajikan dalam satu baris, tetapi dapat juga disajikan secara detail subkomponennya. Jika disajikan dalam satu baris, maka subkomponennya disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Menurut Mardiasmo (2016: 63), pelaporan piutang seharusnya dilakukan yaitu: Penyajian piutang dagang di dalam laporan posisi keuangan dipisahkan dengan pos-pos piutang yang lain. Contoh penyajian pos piutang dagang dalam laporan posisi keuangan: Piutang dagang (bruto) Rp xxx Dikurangi: cadangan kerugian piutang (Rp xxx) Piutang dagang (netto) Rp xxx Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa nilai piutang yang disajikan di laporan posisi keuangan adalah sebesar nilai bersih piutang. Nilai bersih piutang yang didapat dihitung dengan cara mengurangi antara jumlah bruto piutang dengan cadangan kerugian piutang. Sehingga dalam hal penyajian di laporan posisi keuangan, piutang yang dilaporkan telah menunjukkan nilai sesungguhnya dari jumlah piutang bersih yang ada.