PEMANFAATAN SERAT IJUK PADA CAMPURAN PERKERASAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COARSE (AC-WC) UNTUK MENGURANGI KERETAKAN AKIBAT GEMPA ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PENGGUNAAN PASIR SERUYAN KABUPATEN SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI CAMPURAN ASPAL BETON AC WC

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

III. METODOLOGI PENELITIAN

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

METODOLOGI PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

DAFTAR ISI UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

PENGARUH KOMBINASI SEKAM PADI DAN SEMEN SEBAGAI FILLER TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA (LANJUTAN STUDI SEBELUMNYA)

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Operasi Teknik Kimia Fakultas

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

BAB IV. HASIL dan ANALISA Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN SPEN KATALIS PADA CAMPURAN ASPHALT CONCRTE-WEARING COURSE ABSTRAK

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

BAB IV METODE PENELITIAN

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

PENGARUH PENAMBAHAN FILLER GRANIT DAN KERAMIK PADA CAMPURAN LASTON AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHALL

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang telah menjadi kebutuhan

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DESAIN DAN METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA WARM MIX ASPHALT (WMA) UNTUK LAPIS PERKERASAN JALAN (AC-WC) DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1.a. Bagan Alir Penelitian

Transkripsi:

VOLUME 9 NO.1, FEBRUARI 2013 PEMANFAATAN SERAT IJUK PADA CAMPURAN PERKERASAN ASPHALT CONCRETE-WEARING COARSE (AC-WC) UNTUK MENGURANGI KERETAKAN AKIBAT GEMPA Zikri Fathoni 1, Frans Yanda Hafino 2, Gita Satria Pratama 3 Gusri Rahayu 4, Jeniko Yusri 5 dan Purnawan 6 ABSTRAK Perkerasan aspal merupakan jenis perkerasan yang paling banyak digunakan pada saat ini. Salah satu kelemahan dari perkerasan ini adalah kemudahan retak akibat pembebanan atau perubahan bentuk karena gaya geser. Wilayah Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang terletak pada zona rawan gempa. Gempa tersebut sebagian mengakibatkan keretakan pada perkerasan jalan. Penelitian ini dilakukan untuk membuat perkerasan aspal yang tahan retak dengan menambahkan serat ijuk sebagai bahan penguat. Jenis perkerasan aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asphalt Concrete Wearing Coarse (AC WC). Pengujiannya menggunakan metoda Marshall. Sampel untuk pengujian terdiri dari sampel campuran perkerasan aspal biasa, sampel dengan variasi ukuran dan panjang sama, sampel dengan variasi panjang ijuk dengan kadar yang sama. Sampel dengan variasi kadar ijuk diambil 1% - 5% ijuk dengan panjang 2 cm, didapat kadar optimum 3%. Penelitian dengan melakukan variasi panjang ijuk 1, 3, 5, 7, 9 cm dengan kadar 3%, didapatkan panjang optimum 3 cm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan ijuk dapat meningkatkan stabilitas campuran perkerasan sebesar 27%. Pada pengujian efek gempa pada sampel tanpa ijuk dan sampel yang diberi ijuk, komposisinya diambil dari hasil mix design sebelumnya yaitu 3% dari berat aspal dengan panjang 3 cm. Pada uji efek gempa didapatkan data bahwa kedua sampel tidak mengalami keretakan setelah digetarkan dengan meja getar selama ± 1 menit 50 detik. Kata kunci : AC-WC, metoda marshall, serat ijuk, uji efek gempa 1. PENDAHULUAN Jalan merupakan salah satu kebutuhan bagi masyarakat yaitu sebagai sarana penghubung dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik itu jalan setapak ataupun yang telah diberikan perkerasan. Saat ini perkerasan yang sering digunakan adalah jenis perkerasan lentur. Kebutuhan manusia terhadap sarana transportasi menuntut manusia untuk terus memperbaharui tingkat pelayanan dari jalan tersebut. Manusia dituntut untuk mengatasi segala macam hal yang akan bisa menyebabkan kerusakan dari jalan. Kerusakan jalan bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, yang bisa meyebabkan perkerasan itu sendiri bisa menjadi rusak salah satunya adalah gempa. Indonesia adalah daerah yang rawan terhadap bencana gempa, hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang berada pada pertemuan empat lempeng tektonik, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, zikri_fath@yahoo.com 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, fransyandahavino@yahoo.com 3 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, slap_jack77@yahoo.com 4 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, reinanera108@gmail.com 5 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, j_nicks_name@yahoo.com 6 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, purnawan@ft.unand.ac.id 1

Pemanfaatan Serat Ijuk Pada Campuran Perkerasan Asphalt Concrete-Wearing Coarse (AC-WC) Untuk Mengurangi Keretakan Akibat Gempa lempeng Pasifik, dan lempeng Philipina (Delfebriyadi, 2010). Bencana gempa yang terjadi tidak hanya merusak struktur bangunan, tetapi juga merusak struktur perkerasan jalan, Kerusakan jalan yang disebabkan oleh gempa sumatera barat yang terjadi pada 30 September 2009. Total kerusakan jalan ada 258 jalan, rusak berat 167 jalan, rusak sedang 65, rusak ringan 26 (PUSDALOPS BNPB, 2009). Besarnya efek akibat gempa, maka diperlukan inovasi untuk mengurangi pengaruh gempa tersebut terhadap kerusakan jalan. Bahan yang digunakan untuk mengurangi kerusakan jalan tersebut adalah serat ijuk. Serat ijuk adalah salah satu bahan yang berasal dari pohon aren. Serat ijuk banyak dan mudah untuk diperoleh, karena bersumber dari pertanian. Ijuk mempunyai sifat awet dan tidak mudah busuk baik dalam keadaan terbuka (tahan terhadap cuaca) maupun tertanam dalam tanah. 2. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah : 1. Meneliti pengaruh penambahan serat ijuk pada campuran perkerasan aspal. 2. Menentukan persentase dan ukuran serat ijuk yang optimum dalam perencanaan perkerasan aspal untuk mengurangi keretakan akibat gempa. 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pengujian Bahan Pengujian bahan dilakukan untuk menentukan kelayakan dari suatu bahan yang akan digunakan sebagai bahan campuran perkerasan aspal. Bahan-bahan yang akan diuji, antara lain : 1. Agregat kasar 2. Agregat Halus 3. Filler 4. Aspal 60/70 Jenis Pemeriksaan yang dilakukan untuk agregat : 1. Pemeriksaan berat jenis agregat Halus dan kasar (SNI 1969 : 2008) 2. Pemeriksaan ketahanan agregat terhadap mesin Los Angelas (SNI 2417 : 2008) 3. Pemeriksaan berat isi (ASTM C-29-71) 4. Pemeriksaan kelekatan agregat terhadap aspal (SNI 03-2439-1991) Jenis Pemeriksaan yang dilakukan untuk aspal 1. Pemeriksaan Berat jenis aspal (SNI 06-2441-1991) 2. Pemeriksaan Penetrasi aspal (SNI 06-2456-1991) 3. Pemeriksaan Kehilangan berat (SNI 06-2440-1991) 4. Pemeriksaan Daktilitas Aspal (SNI-06-2432-1991) 5. Pemeriksaan Titik Nyala dan Titik Bakar (SNI-06-2433-1991) 6. Pemeriksaan Titik Lembek (SNI 06-2434-1991) 3.2. Mix Design Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahapan mix design, pada setiap tahapan dilakukan mix design untuk penetapan kadar aspal optimum, mix design untuk penetapan kadar ijuk optimum, mix design untuk penetapan panjang ijuk optimum. Mix design dilakukan untuk menentukan proporsi gradasi agregat dan menentukan kadar aspal rencana. 2 JURNAL REKAYASA SIPIL

Zikri Fathoni, Frans Yanda Hafino, Gita Satria Pratama, Gusri Rahayu, Jeniko Yusri dan Purnawan 1. Pembagian Gradasi Proses ini diawali dengan melakukan percobaan analisa saringan untuk mendapatkan pembagian gradasi dari agregat yang digunakan. Hasil gradasi yang diharapkan dari yaitu sesuai dengan amplop gradasi gabungan agregat untuk campuran AC WC. 2. Penentukan Kadar Aspal Rencana Dalam penetapan aspal teoritis, digunakan rumus 1. "Pb = 0,035.(%CA) + 0,045.(%FA) + 0.18.(%FF) + K" (1) Keterangan: Pb = Kadar aspal rencana awal CA = Agregat kasar FA = Agregat halus FF = Bahan pengisi K = Konstanta (untuk Laston 0,5-1,0) 3. Mix Design a. Mix design untuk mendapatkan kadar aspal optimum : Agregat kasar + Agregat Halus + Filler + Aspal. Pencampuran yang digunakan adalah dengan menggunakan variasi aspal yaitu ± 0,5 % kadar aspal rencana. Sampel sebanyak 15 buah masing-masingnya terdiri dari 5 variasi kadar aspal. Campuran diuji dengan alat Marshall, untuk mendapatkan nilai stabilitas, kelelehan, rongga dalam campuran, rongga dalam agregat, rongga terisi aspal, marshall quotient serta kadar aspal optimum. b. Mix design untuk mendapatkan kadar ijuk optimum : Agregat kasar + Agregat Halus + Filler + Aspal + Variasi Kadar Ijuk. Pembeda dari mix design pertama, terletak pada variasi campuran dimana kadar aspal yang digunakan bernilai tetap, dengan melakukan variasi kadar ijuk yang digunakan sebagai bahan tambah pada campuran yaitu sebesar 2%, 3%, 4%, 5%, 6% dari berat total aspal. Sampel dibuat sebanyak 15 buah dimana masingmasing variasinya dibuat sebanyak 3 buah. Pengujian dengan alat Marshall. Hasilnya kadar ijuk untuk digunakan pada mix design selanjutnya. c. Mix design untuk mendapatkan panjang ijuk optimum : Agregat kasar + Agregat Halus + Filler + Aspal + Variasi Panjang Ijuk. Pembeda dari mix design pertama dan yang kedua, terletak pada variasi campuran dimana kadar aspal yang digunakan diambil dari mix design pertama dan kadar ijuk diambil dari mix design yang kedua, dengan melakukan variasi panjang ijuk yang digunakan pada campuran yaitu sebesar 1 cm, 3 cm, 5 cm, 7 cm, 9 cm. sampel dibuat sebanyak 15 buah dimana masing-masing variasinya dibuat sebanyak 3 sampel. Campuran agregat yang telah selesai di cetak, kemudian akan dilakukan dilakukan pengujian dengan alat Marshall. 3.3. Uji Efek Campuran Terhadap Gempa Kadar aspal, kadar ijuk dan panjang optimum ijuk yang didapatkan dari hasil mix design digunakan untuk membuat sampel untuk pengujian uji efek gempa. Sampel yang digunakan berukuran (0.07 x 0.07 x 0,04) m3. Sampel dibuat untuk mengidentifikasi efek dari uji gempa, pengujiannya dilakukan dengan alat uji gempa. VOLUME 9 NO. 1, FEBRUARI 2013 3

Pemanfaatan Serat Ijuk Pada Campuran Perkerasan Asphalt Concrete-Wearing Coarse (AC-WC) Untuk Mengurangi Keretakan Akibat Gempa 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan terdiri dari material agregat kasar dan agregat halus sedangkan untuk filler tidak dilakukan pemeriksaan karena digunakan semen portland tipe-i. 1. Agregat kasar. Pemeriksaan yang dilakukan untuk agregat kasar, dan diperoleh hasil Berat Jenis Bulk 2.51, Berat Jenis SSD 2.56, Berat Jenis Apparent 2.64, Penyerapan Air 1.91, Abrasi dengan mesin Los Angeles 23.9%. Pengujian yang telah dilakukan seluruh didapatkan hasilnya masuk pada spesifikasi. 2. Agregat Halus. Pada pemeriksaan agregat halus, dan diperoleh hasil Berat Jenis Bulk 2.55, Berat Jenis SSD 2.62, Berat Jenis Apparent 2.74, Penyerapan Air 2.73%. Pengujian yang telah dilakukan seluruh didapatkan hasilnya masuk pada spesifikasi. 3. Filler. Filler yang digunakan pada campuran perkerasan aspal Asphalt Concrete-Wearing Coarse adalah semen portland dengan tipe-i. Pemeriksaan terhadap filler yaitu berat jenis. Hasil pengujian digunakan data yang diambil dari referensi dimana berat jenis untuk semen portland tipe-i yaitu 3,15 (Putrowijoyo, 2006). 4. Aspal. Aspal yang digunakan pada campuran AC-WC yaitu aspal 60/70. Pemeriksaan aspal diantaranya Berat Jenis Aspal 1.04, Penetrasi Aspal 66.5, Daktilitas 150 cm, Titik Nyala 252 C, Titik Bakar 316 C, Titik Lembek 55 C, Kehilangan Berat 0.682 %. 4.2. Perencanaan Gradasi Campuran Perencanaan gradasi campuran diawali dengan melakukan analisa saringan. Analisa saringan dilakukan pada agregat kasar, agregat halus, serta filler. Sehingga didapatkan penggabungan agregat dengan metoda analitis. Pb merupakan kadar aspal rencana, dibuat variasi sebanyak 5 buah, dimana masing-masing seperti yang terlihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Perkiraan Kadar Aspal Pb - 1.0 Pb - 0.5 Pb Pb + 0.5 Pb + 1.0 4.8 % 5.3 % 5.8 % 6.3 % 6.8 % Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Mix design Design untuk Mendapatkan Kadar Aspal Optimum Karakteristik Syarat Pengujian Marshall 75 x tumbukan tanpa serat ijuk Kadar Aspal (%) 4.8 5.3 5.8 6.3 6.8 Stabilitas (Kg) 800 658.2 614.6 622.6 742.2 794.2 Kelelehan (mm) 3 2.9 3.7 2.7 3.1 2.8 % VMA 15 18.6 19.1 19.3 18.8 18.4 % VFA 65 55.5 59.6 64.9 73.2 81.7 % VIM 3 5 8.3 7.7 6.7 5.1 3.4 MQ (kg/mm) 250 225.9 185.6 231.5 241.9 283.9 4.3. Mix Design Proses pencampuran agregat dilakukan dalam tiga tahapan, dimana masing-masing dilakukan secara bertahap. 1. Mix design untuk mendapatkan kadar aspal optimum 2. Mix design untuk mendapatkan kadar ijuk optimum 3. Mix design untuk mendapatkan panjang ijuk optimum 4 JURNAL REKAYASA SIPIL

Zikri Fathoni, Frans Yanda Hafino, Gita Satria Pratama, Gusri Rahayu, Jeniko Yusri dan Purnawan 1. Mix design untuk Mendapatkan Kadar Aspal Optimum Pada proses pencampuran agregat yang pertama dilakukan proses pencampuran yang terdiri atas campuran agregat dan aspal. Kadar aspal rencana yang digunakan (Pb) yaitu 5.8 %. Nilai dari hasil mix design ini merupakan karakteristik marshall yang dimasukkan pada semua grafik karakteristik Marshall, dimana nilai tersebut merupakan nilai rata-rata dari sampel untuk masing-masing kadar aspal rencana seperti pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil Marshall Test Untuk Mendapatkan Kadar Aspal Optimum Kadar aspal optimum yang sesuai dengan campuran perkerasan aspal yang digunakan adalah 6.3 % yang diambil dari berat agregat. 2. Mix Design untuk Mendapatkan Kadar Ijuk Pada mix design kedua dilakukan variasi terhadap kadar ijuk dengan panjang yang sama, dimana panjang yang digunakan yaitu 2 cm untuk mendapatkan. Sampel dibuat sebanyak 15 buah dengan 5 buah variasi kadar ijuk, yaitu 2%, 3%, 4%, 5% dan 6% dengan kadar aspal yaitu 6.3%. Nilai pada Tabel 4.3 merupakan karakteristik Marshall yang dimasukkan pada semua grafik karakteristik Marshall seperti Gambar 4.2. VOLUME 9 NO. 1, FEBRUARI 2013 5

Pemanfaatan Serat Ijuk Pada Campuran Perkerasan Asphalt Concrete-Wearing Coarse (AC-WC) Untuk Mengurangi Keretakan Akibat Gempa Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Mix Design untuk Mendapatkan Kadar Ijuk Optimum Pengujian Marshall 75 x tumbukan dengan variasi kadar serat ijuk yang Karakteristik diambil dari berat aspal (ukuran 2 cm) Ijuk (%) 2 3 4 5 6 Aspal (%) 6.24 6.18 6.12 6.05 5.99 Stabilitas (Kg) 800 865.3 945.8 868.1 888.4 864.9 Kelelehan (mm) 3 3.9 3.6 4.0 3.6 4.4 % VMA 15 21.5 20.7 20.5 21.3 22.3 % VFA 65 61.5 63.5 63.8 60.2 56.0 % VIM 3-5 8.3 7.5 7.5 8.5 9.8 MQ (kg/mm) 250 224.1 261.1 215.5 256.5 198.5 Gambar 4.2 Karakteristik Marshall hasil Mix Design untuk Mendapatkan Kadar Ijuk Optimum 6 JURNAL REKAYASA SIPIL

Zikri Fathoni, Frans Yanda Hafino, Gita Satria Pratama, Gusri Rahayu, Jeniko Yusri dan Purnawan Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Mix Design untuk Mendapatkan Panjang Ijuk Pengujian Marshall 75 x tumbukan dengan variasi panjang serat ijuk (kadar ijuk 3 %) Karakteristik Ijuk (cm) 1 3 5 7 9 Aspal (%) 6.18 6.18 6.18 6.18 6.18 Syarat Stabilitas (Kg) 800 751.8 821.4 783.6 783.4 701.7 Kelelehan 3 2.4 2.9 2.8 2.5 2.1 % VMA 15 19.3 19.8 21.0 19.5 20.3 % VFA 65 69.5 67.0 64.0 68.5 65.1 % VIM 3-5 5.8 6.5 7.9 6.2 7.1 MQ 250 318.6 290.0 282.6 324.3 350.6 Gambar 4.3 Karakteristik Marshall hasil Mix Design untuk Mendapatkan Kadar Ijuk Optimum 3. Mix Design untuk Mendapatkan Panjang Ijuk Optimum Pada tahapan ini, dilakukan mix design campuran dengan melakukan variasi terhadap panjang ijuk, sedangkan untuk kadar aspal dan kadar ijuk diambil dari hasil mix design sebelumnya. Variasi panjang ijuk yang digunakan yaitu, 1cm, 3cm, 5cm, 7cm, 9cm. Sampel dibuat sebanyak 15 masing- VOLUME 9 NO. 1, FEBRUARI 2013 7

Pemanfaatan Serat Ijuk Pada Campuran Perkerasan Asphalt Concrete-Wearing Coarse (AC-WC) Untuk Mengurangi Keretakan Akibat Gempa masingnya dibuat sebanyak 3 buah. Pengujian selanjutnya yaitu dengan melakukan pengujian dengan alat Marshall. Nilai pada Tabel 4.4 merupakan nilai rata-rata karakteristik Marshall dari masing-masing sampel untuk masing-masing variasi panjang ijuk seperti pada Gambar 4.3. Pada tahapan mix design ini, penentuan panjang ijuk optimum ditentukan dari titik tengah karakteristik Marshall. Pengaruh variasi panjang ijuk dengan kadar yang sama pada semua campuran yaitu 3% memberi pengaruh yang besar pada campuran aspal. Titik tengah dari karakteristik yang didasarkan pada syarat untuk jenis campuran Laston menunjukkan nilai panjang ijuk optimum untuk campuran perkerasan aspal didapatkan nilai optimum yaitu 4.25 cm. Pengaruh penggunaan serat ijuk pada campuran perkerasan aspal terlihat pada nilai karakteristik Mashall yang ditampilkan pada Gambar 4.4. 8 JURNAL REKAYASA SIPIL Gambar 4.4 Perbandingan Hasil Mix Design 1, 2 dan 3 Dari hasil mix design 1, 2 dan 3 diperoleh hasil bahwa penggunakan ijuk pada campuran aspal beton (Laston) jenis AC-WC mempengaruhi karakteristik nilai Marshall dari campuran. Penggunaan serat ijuk yang optimal dapat meningkatkan nilai dari karakteristik Marshall, sebaliknya bila ijuk digunakan dalam jumlah yang banyak juga akan menurunkan kekuatan dari campuran Laston. Pengaruh yang terjadi akibat penggunaan ijuk pada campuran dibandingkan dengan sampel tanpa penggunaan ijuk ditunjukkan pada Gambar 4.4. Pada Gambar 4.4 terlihat bahwa hasil pengujian yang menghasilkan kekuatan optimum terjadi jika kadar ijuk optimum yaitu 3% dari berat aspal dan untuk panjang ijuk optimum berkisar antara 2 cm 4.25 cm. 4.4. Uji Efek Gempa Setelah mendapatkan kadar ijuk beserta panjang ijuk optimum dari mix design awal. Selanjutnya dilakukan pengujian efek gempa terhadap campuran tanpa penggunaan ijuk dan campuran dengan penggunaan ijuk. Komposisi dari kadar ijuk beserta panjang ijuk optimum yang telah didapatkan yaitu kadar ijuk sebanyak 3% dari berat aspal dengan panjang yang digunakan yaitu 3 cm, sedangkan untuk berat aspal sendiri 6.18 % yang diambil dari berat agregat. Sampel dicetak sebanyak 2 buah dengan ukuran 70 x 70 cm dengan ketebalan 4 cm dan sampel dicetak dengan variasi yang berbeda. Gradasi campuran yang digunakan merupakan gradasi yang telah didapatkan dari perencanaan gradasi agregat merupakan gradasi agregat yang telah didapatkan pada perencanaan gradasi awal. Pengujian dilakukan secara bersamaan, dimana kedua sampel diletakkan bersandingan. Proses pengujian dilakukan dengan menggetarkan secara horizontal sampel di atas meja getar hingga waktu tertentu. Dai hasil pengujian, setelah sampel digetarkan selama ±1 menit

Zikri Fathoni, Frans Yanda Hafino, Gita Satria Pratama, Gusri Rahayu, Jeniko Yusri dan Purnawan 50 detik, didapatkan hasil bahwa kedua sampel masih seperti semula dan belum terlihat retak setelah digetarkan, hal ini terjadi karena alat yang digunakan tidak mampu menampilkan pergeseran lapisan secara horizontal akibat gempa. 5. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh, penggunaan serat ijuk yang optimal dapat meningkatkan kemampuan campuran perkerasan aspal, diantaranya nilai stabilitas campuran perkerasan aspal bisa meningkat hingga 27%. Serat ijuk yang digunakan untuk menggantikan berat aspal adalah sebesar 3% dengan panjang optimum ijuk berkisar 2-4.25 cm. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2012, yang telah mendanai penelitian ini serta kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa JurusanTeknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, yang telah membantu hingga penelitian ini selesai. DAFTAR KEPUSTAKAAN Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (2010). Gempa Bumi. http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/ Geofisika/gempabumi.bmkg (diakses 23 September 2011 ) Delfebriadi. (2010). Rekayasa Gempa. Universitas Andalas. Departemen Pekerjaan Umum. (2007). Spesifikasi Teknis Jalan dan Jembatan. Balitbang. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 2004. Manual : Pekerjaan Campuran Beraspal Panas. Direktorat Jendral Bina Marga. (2010). Spesifikasi Campuran. PUSDALOPS BNPB. (2009). Peta Jumlah Kerusakan Fasilitas UmumAkibat Gempa Di Provinsi Sumatera Barat. Putrowijoto, R. (2006).Kajian laboratorium sifat marshall dan Durabilitas Asphalt Concrete - Wearing Course (AC-WC) dengan Membandingkan penggunaan antara semen portland dan abu batu sebagai Filler. Semarang: Universitas Diponegoro. Sukirman, S. (2003). Beton Aspal Campuran Panas. Bandung : Nova. VOLUME 9 NO. 1, FEBRUARI 2013 9