BAB I PENDAHULUAN. alam, bahasa, dan budaya. Tercatat bahwa Papua memiliki kurang lebih 270 bahasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. dilakukan oleh G. J. Held pada tahun 1957, namun penelitian munaba dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat. Sastra merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Indonesia merupakan negara di dunia ini yang memiliki ragam budaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia secara kodrati, dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan alam, bahasa, dan budaya. Tercatat bahwa Papua memiliki kurang lebih 270 bahasa (lihat Warami, 2009:2). Hal ini menunjukkan bahwa Papua memiliki berbagai macam etnik atau suku dengan keanekaragaman tradisinya, dalam bentuk upacara - upacara ritual, tarian, cerita - cerita lisan, seperti dongeng (mitos, legenda, dan fabel) serta bentuk-bentuk lisan lainnya. Kabupaten Waropen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua terletak di daerah badan jika terlihat pada peta Pulau Papua seperti seekor burung. Kabupaten Waropen terletak di daerah pesisir Teluk Cenderawasih. Secara ekologi, Kabupaten Waropen terdiri atas daerah hutan mangrove, rawa, dan gunung. Jika dilihat daerah Waropen yang dipenuhi dengan daerah rawa dan mangrove sudahlah tentu berisi kekayaan alam. Suku yang berada di daerah Kabupaten Waropen disebut sebagai suku Waropen. Kata Waropen tidak hanya dipakai sebagai nama daerah dan suku tetapi juga merupakan nama bahasa. Kekayaan alam yang dimiliki daerah Waropen mempengaruhi mata pencaharian penduduknya. Sebagian besar masyarakat Waropen hidup dari hasil alam dengan cara berkebun, menokok sagu (mengambil sari sagu), dan mencari ikan di laut yang merupakan aktivitas sehari-hari. Kehidupan sebagai petani dan nelayan ini

2 membuat mereka tidak terlepas dari tradisi dan adat istiadat yang dilestarikan secara turun temurun, baik tradisi dalam pergaulan maupun dalam acara-acara adat. Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga saat ini adalah tradisi lisan. Salah satu bentuk tradisi lisan adalah sastra lisan. Lord bersama Parry (1964:3 5), mengemukakan bahwa sastra lisan adalah sastra yang dipelajari, digubah, dan disebarkan secara lisan. Selanjutnya Amir (2013:78) mengemukakan bahwa sastra lisan adalah seni bahasa yang diwujudkan dalam pertunjukan oleh seniman dan dinikmati secara lisan oleh khalayak, menggunakan bahasa dan ragam puitika masyarakatnya. Waropen memiliki beragam sastra lisan yaitu nyanyian rakyat, cerita prosa (mite, legenda, dongeng), bahasa rakyat, dan ungkapan-ungkapan tradisional. Salah satu sastra lisan yang menjadi pokok pembicaraan adalah nyanyian rakyat. Nyanyian rakyat suku Waropen terdiri atas nyanyian kehidupan dan nyanyian ratapan kematian yang dikenal dengan sebutan muna. Muna secara harafiah berarti sifat, yang pada saat ini mengalami pergesaran dengan sebutan nyanyian karena memiliki ciri-ciri sebagai sebuah nyanyian tradisional. Muna terdiri atas muna kehidupan dan muna kematian. Muna kehidupan terdiri atas nyanyian-nyanyian yang dilantunkan secara individu maupun kelompok dalam kehidupan sehari-hari, seperti perjalanan dengan perahu di laut atau di sungai, membangun rumah, membuat perahu, menyirat jala atau pukat, membuat tikar dan aktivitas lainnya. Topik atau judulnya tidak ditentukan, dilantunkan sesuai dengan suasana hati yang sedang dirasakan, misalnya topik percintaan atau asmara, keindahan alam, kerinduan, harapan, dan penyesalan. Muna diciptakan secara

3 spontan. Muna kematian dan muna kehidupan dapat dibedakan ketika ditampilkan dalam bentuk pertunjukkan. Selain itu, dapat terlihat pula perbedaannya dari isinya ketika dilantunkan. Muna kematian terdiri atas muna dan munaba. Muna diperuntukkan bagi masyarakat umum. Munaba diperuntukkan bagi mereka yang memiliki status sosial tinggi seperti raja yang di dalam bahasa Waropen disebut dengan sera. Masyarakat Waropen sangat menghargai sistem strata sosial yang tertata hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat ketika melakukan ritual kematian yang disebut munaba. Munaba merupakan tradisi lisan yang digagas dan dimiliki oleh masyarakat Waropen. Menurut Held (1957:128), munaba merupakan sebuah ritual kematian, sedangkan menurut Dharmojo (2005:54) merupakan ratapan nyanyian besar. Masyarakat Waropen ketika mendengar kata munaba, tentu mengetahui bahwa ratapan dilantunkan bagi orang yang meninggal dari keturunan sera (raja) dalam ritual kematian. Masyarakat Waropen memandang munaba sebagai ritual kematian diperuntukkan bagi keturunan Sera (raja) atau mereka yang memiliki status sosial tinggi dalam masyarakat. Syair-syair yang disebut sebagai nyanyian besar dituturkan di dalam ritual kematian melibatkan pelantun/juru munaba. Menurut Dharmojo (2005:88), munaba merupakan nyanyian ratapan kematian dengan bentuk tuturannya syair-syair yang berisi mitos, sejarah keturunan, dan legenda yang telah hidup dan berkembang dalam masyarakat. Selain itu, munaba juga merupakan nyanyian kematian yang berisi cerita kehidupan dari jenazah yang sedang diritualkan. Jika

4 dilihat dari sisi puisi, munaba merupakan jenis puisi lisan dalam bentuk ratapan kematian. Munaba terdiri atas beberapa bait dan setiap bait terdapat dua hingga tiga larik. Jika ditinjau dari jenis puisi, munaba tergolong puisi lirik, yaitu elegi yang berisi ratapan namun juga dapat dikategorikan sebagai puisi naratif karena berisikan kisah kehidupan dan kematian seseorang. Berdasarkan penelitian Yenusi tahun 2007 tentang diksi, munaba memiliki elemen-elemen puisi seperti gaya bahasa, repetisi yang menimbulkan ritme dan rhyme yang indah jika didengar dan dilihat dalam bentuk tertulis. Hal senada dikuatkan oleh pendapat Crusted (2001:5) terdapat dua bentuk puisi, yaitu puisi bentuk lisan dan tulisan. Di dalamnya terdapat elemen penting dari puisi yaitu kata dan bunyi. Kata terdiri atas diksi, gaya bahasa, dan imageri. Sedangkan bunyi terdiri atas ritme dan rima. Munaba merupakan salah satu budaya Waropen dalam bentuk nyanyian ratapan kematian yang berisi pesan-pesan berdasarkan ungkapan yang keluar dari sang pelantun. Berdasarkan jenis, munaba terdiri atas dua jenis, yaitu: yanisa munaba dan owa munaba. Yanisa munaba dilantunkan pada saat jenazah masih berada di dalam rumah sedangkan owa munaba merupakan jenis munaba yang dilantunkan pada saat jenazah telah dikuburkan dan dibuatlah ritual kematian yang di dalamnya berisikan lantunan owa munaba. Yanisa munaba berisi kisah hidup jenazah, seperti kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh orang tersebut, sedangkan owa munaba berisi kisah hidup, kepahlawanan, kesuksesan dari nenek moyang orang yang telah meninggal sehingga kisah yang sama akan berada pada setiap orang yang meninggal,

5 bergantung pada keret (suatu pembagian sistem kekerabatan yaitu perhimpunan beberapa marga/fam. Sebagai contoh, di dalam keret Sawaki terdapat marga Sawaki, Refasi, Duwiri, Maniburi, Kandenafa, Aibini) setiap orang yang meninggal. Alasan pemilihan objek munaba dalam penelitian ini adalah karena munaba telah mengalami pergeseran misalnya dalam bentuk prosesi pemakaman mayat sehingga perlu diadakan penelitian dalam upaya menelusuri pergeseran nilai dari munaba. Dharmojo (2008:8) menyatakan bahwa munaba merupakan salah satu ritual kematian yang dilakukan oleh masyarakat etnik Waropen yang bermukim di wilayah Waropen Bawah. Eksistensi munaba dalam etnik Waropen masih tetap dipertahankan hingga saat ini, walaupun nilai dan fungsinya kini sedang mengalami pergeseran. Hal ini disebabkan adanya proses perpindahan penduduk dan membaurnya budaya baru dari daerah luar yang masuk ke dalam budaya etnik Waropen, serta masuknya ajaran agama yang turut mempengaruhi keberadaanya, khususnya agama Nasarani (Kristen) dalam membentuk pola pikir masyarakat Waropen dalam hal kematian lewat pengajarannya. Sebelum masuknya agama baru (Nasrani), terdapat kepercayaankepercayaan terhadap Tuhan, alam, seseorang yang memiliki kekuatan, hal-hal magis dan sebagainya yang tertuang di dalam mitos-mitos. Kekuatan-kekuatan ini dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan (Held 1957:162-226). Pergeseran yang terjadi ini hanyalah salah satu contoh. Terdapat hal lain yang membuat pergeseran nilai budaya di Waropen yaitu dengan masuknya era globalisasi dengan tawaran-tawaran modernitas yang menggiurkan generasi Waropen dan melupakan nilai-nilai dasar kehidupan yang telah

6 ada dari nenek moyang sebagai pandangan hidup dalam membangun akhlaknya. Kekhawatiran lainnya yaitu, penutur munaba hanyalah perempuan bangsawan yang dituakan dan mengenal budaya serta tata aturan dalam prosesi kematian masyarakat Waropen. Pada saat ini, penutur semakin berkurang dikarenakan usia penutur yang telah lanjut dan tidak ada lagi generasi penerus yang mampu menuturkan munaba khususnya jenis owa munaba. Semakin lama tradisi ini akan mengalami pergeseran dan hilang dikarenakan pergeseran-pergeseran yang terjadi dan dengan tidak adanya penggenerasian. Salah satu kenunikan yang tampak di dalam munaba yaitu munaba merupakan nyanyian ratapan tentang kematian dan hanya dimiliki oleh masyarakat Waropen. Munaba sebagai nyanyian ratapan kematian tidak hanya berisikan kisah kematian seseorang, namun juga tentang kisah hidup, kebaikan, kepahlawanan, kesuksesan, dan kebesarannya (terdapat dalam yanisa munaba) juga nenek moyangnya (terdapat dalam owa munaba). Munaba juga berisikan nilai moral yang dapat dijadikan sebagai pandangan hidup dalam hal pengajaran moral dalam pembentukan karakter. Selain keunikan tersebut, juga terdapat keunikan lainnya yaitu munaba hanya dapat dilantunkan oleh kaum wanita yang merupakan keluarga dekat orang yang sedang meninggal ataupun wanita yang dituakan dalam lingkungan keret walaupun terdapat pula kaum pria yang dapat meratap. Hal ini memunculkan pemikiran tentang pandangan masyarakat Waropen yang terbangun di dalam upacara kematian, juga munaba yang terus berkembang dan menjadi salah satu tradisi yang diturunkan secara terus-menerus dalam kehidupan generasi Waropen. Munaba yang

7 berisi tentang kisah kehidupan orang yang telah meninggal, keperkasaan, kebesaran nenek moyangnya. Hal ini menimbulkan pemikiran bagi penulis untuk menelusuri penggunaan bahasa dalam merangkai bentuk/struktur dan fungsi munaba sebagai suatu sistem tanda yang memunculkan pandangan kehidupan dan kematian masyarakat Waropen. Pemilihan judul wacana puisi naratif munaba diambil berdasarkan pemikiran bahwa penelitian sebelumnya tentang munaba seperti yang dilakukan oleh Dharmojo yang mengkaji tentang sistem simbol dalam munaba dengan melihat munaba dari sisi simbol-simbol, baik simbol secara verbal maupun simbol nonverbal yang ditunjukkan melalui nyanyian munaba dan tarian hingga busana serta aksesoris yang digunakan dalam munaba. Munaba dalam penelitian Dharmojo lebih menekankan pada sistem simbol di dalam Owa munaba. Dalam penelitian ini munaba dikaji dari sisi wacana narasi munaba yang terungkap di dalam struktur munaba dengan melihat penggunaan bahasa sebagai media sastra yang membentuk struktur munaba hingga menemukan fungsi dan makna serta pandangan kehidupan masyarakat Waropen tentang kematian yang tertuang sebagai wacana. Penelitian ini lebih banyak mengambil data dalam prosesi kematian yaitu dalam nyanyian ratapan jenis Yanisa munaba walaupun terdapat juga dua sampel data Owa Munaba sebagai pelengkap kisah perjalanan dalam narasi munaba.

8 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka masalah yang dibahas dalam penulisan ini, dapat diuraikan dalam bentuk pertanyaan berikut. 1) Bagaimanakah bentuk wacana munaba sebagai salah satu sastra lisan etnik Waropen? 2) Bagaimanakah fungsi wacana munaba etnik Waropen? 3) Bagaimanakah makna yang terkandung di dalam wacana munaba berdasarkan struktur munaba? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini diharapkan memberikan inspirasi dalam mengembangkan salah satu aspek sastra lisan Indonesia sehingga dapat menimbulkan rasa memiliki dan kebersamaan untuk memperkuat rasa nasionalisme. Selain itu, juga diharapkan sebagai sumbangsih pengembangan proses pembelajaran yang dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah Waropen dalam pelestarian budaya lisan, khususnya munaba. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah dengan menjawab setiap masalah untuk menemukan pandangan masyarakat Waropen tentang kematian di dalam wacana kematian munaba. Secara detil tujuan khusus adalah sebagai berikut:

9 1) Menemukan bentuk/struktur wacana dari munaba 2) Menemukan fungsi wacana munaba 3) Menemukan dan memaknai tanda yang terdapat di dalam wacana munaba 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi upaya pengembangan dan ber-kontribusi dalam memperkaya ilmu-ilmu humaniora tentang sastra lisan. Selain itu, juga dapat bermanfaat sebagai bahan ajar, khusus dalam pembelajaran tentang tradisi lisan Papua. 1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dan memperkaya khasanah kajian sastra lisan Waropen. Disamping itu, dapat memperkokoh identitas masyarakat Waropen dalam memasuki era globalisasi dan modernitas dengan tidak terlepas dari realitas masa lalu.