PENDAHULUAN Latar Belakang Kawasan Hutan Produksi Khusus (HPKh) Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebelat Bengkulu Utara adalah kawasan hutan yang tersisa sebagai habitat satwa liar yang terisolasi. HPKh PLG Sebelat dikelilingi kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis yang sudah dikonversi menjadi lahan perkebunan perusahaan sawit, lahan garapan transmigrasi dan lahan budidaya. Dibukanya areal hutan HPT Lebong Kandis oleh Eks HPH PT Maju Jaya Raya Timber, dan sekarang oleh HPH PT. Ananta serta perkebunan kelapa sawit PT. Alno Agro Utama menyebabkan populasi gajah terpecah menjadi dua kelompok, yaitu populasi gajah yang berada di Air Sebelat-Air Rami (PLG Sebelat) kini terperangkap secara insitu (Rizwar et al. 2001) dan populasi gajah Air Sebelat hulu dan Air Rami hulu. Selajutnya Rizwar et al. 2001 mengatakan bahwa populasi gajah di dalam kelompok Air Sebelat dan Air Rami berjumlah 50 ekor. Hutan PLG Sebelat merupakan habitat gajah yang tersisa dan terisolasi dari kawasan hutan alam disekitarnya. Untuk menuju Taman Nasional Kerinci Sebelat hutan PLG Sebelat dihubungkan oleh Hutan Produksi Terbatas Lebong Kandis. Hutan alam ini adalah salah satu hutan yang tersisa akibat konversi untuk perkebunan kelapa sawit. Kawasan ini memiliki lebar lebih kurang 1,5 km, tetapi kawasan ini tidak dapat berfungsi sebagai jalur lalu lintas gajah dari PLG Sebelat menuju TNKS ataupun sebaliknya. Hal ini disebabkan karena pembukaan hutan oleh masyarakat untuk perkebunan, lahan garapan transmigrasi, dan lahan budidaya secara illegal. Habitat gajah sumatera yang dahulu berupa satu kesatuan ekosistem luas, telah terfragmentasi menjadi habitat-habitat kecil dan sempit (Santiapillai & Jackson 1990). Satu sama lain tidak berhubungan, daerah jelajah (home range) gajah menjadi sempit, akhirnya kecendrungan gajah keluar dari habitat alaminya (Sinaga 2000). Konflik dengan pengguna lahan lain tidak terelakkan, persaingan yang tinggi di antara anggota kelompok gajah dalam penggunaan ruang dan sumber makanan, mempercepat penurunan populasi gajah. Menurut laporan Balai
2 Konservasi Sumberdaya Alam Bengkulu selama tahun 2006 ada delapan kali gangguan gajah di sekitar kawasan PLG Sebelat. Konflik antara gajah dan manusia, isolasi habitat dan populasi gajah yang tidak dapat berhubungan dengan kelompok lain, menyebabkan terjadi perkawinan diantara sesama kelompok mereka dan dikhawatirkan terjadi mutasi gen dan tidak mempunyai variasi genetik, sehingga keturunannya akan lemah dan cacat. Permasalahan di dalam upaya pelestarian gajah salah satunya adalah menurunnya kualitas habitat dan berkurangnya luas habitat (Alikodra 1979). Untuk menjaga kelestarian populasi gajah di PLG Sebelat, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan kualitas habitat dengan cara meningkatkan produktifitas pakan alami. Hal ini lebih memungkinkan karena perluasan hutan dan pembuatan koridor gajah yang menghubungkan PLG Sebelat dan TNKS sulit dilakukan karena berhadapan dengan berbagai kepentingan masyarakat yang berada disekitarnya. Karena kondisi hutan yang sudah terisolasi dan koridor yang menghubungkan dengan hutan lainnya tidak berfungsi, maka untuk mempertahankan populasi gajah maka perlu dilakukan pengayaan dan perbaikan habitat. Oleh karena itu penelitian ini penting dilakukan guna untuk mengetahui jenis-jenis pakan alami gajah, potensi habitat dan produktifitas pakan gajah di kawasan PLG Sebelat. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui potensi tumbuhan pakan alami gajah. 2. Mengetahui produktifitas jenis tumbuhan pakan yang dimakan. 3. Mengetahui jenis-jenis dan bagian tumbuhan yang dimakan. 4. Mengetahui Preferensi gajah terhadap beberapa jenis pakan dan perilaku makannya. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Sebagai dasar bagi pengambilan kebijakan dalam mengelola pakan gajah sumatera di PLG Sebelat.
3 2. Sebagai sumber informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pengelolaan populasi gajah. 3. Sebagai sumber informasi dalam pengembangan pengelolaan dan perbaikan habitat gajah Perumusan Masalah Kawasan HPKh Pusat Latihan Gajah Sebelat Bengkulu Utara didirikan pada tahun 1992, dengan tujuan untuk mengatasi tingginya tingkat gangguan gajah di Bengkulu Utara. Pada tanggal 8 Desember 1995 dengan SK Menhut No. 658/Kpts-II/1995 kawasan ini ditunjuk menjadi Pusat Latihan Gajah (PLG) dengan luas 6.865 Ha (BKSDA Bengkulu 2002). Tetapi sampai saat ini konflik antara manusia dan gajah di dalam penggunaan ruang dan sumber pakan masih terus berlangsung dan telah banyak menimbulkan kerugian materil bagi masyarakat. Kondisi kawasan PLG Sebelat yang sudah terfragmentasi dan pembukaan lahan transmigrasi di koridor penghubung dengan kawasan hutan lainnya merupakan permasalahan tersendiri bagi BKSDA Bengkulu di dalam pengelolaan HPKh PLG Sebelat. Pendekatan pengelolaan selama ini masih terbatas pada pengamanan dan perlindungan kawasan dan pengusiran terhadap kelompok gajah yang menyerang lahan perkebunan masyarakat. Tetapi upaya ini belum dapat mengatasi masalah konflik kepentingan penggunaan ruang dan pakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh BKSDA Bengkulu sebagai institusi pengelola PLG Sebelat adalah dengan melakukan pengelolaan sumber-sumber pakan alami. Tetapi untuk tujuan pengelolaan tersebut keterbatasan informasi dan data tentang sumber pakan alami gajah menjadi kendala bagi BKSDA Bengkulu. Untuk itu dalam penelitian ini permasalahan yang ingin di jawab adalah : 1. Bagaimana potensi tumbuhan pakan alami? 2. Bagaimana produktifitas tumbuhan pakan yang di makan? 3. Jenis tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan manakah yang dimakan?
4 4. Bagaimana preferensi gajah terhadap beberapa jenis pakan dan perilaku makannya? Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Tidak semua jenis tanaman disukai oleh gajah. 2. Produktifitas jenis-jenis tanaman pakan gajah tidak sama. Batasan pengertian : yang dimaksud dengan dimakan adalah makanan yang direnggut, dicabut, dipatahkan dan dirobohkan oleh gajah dimasukan kedalam mulut lalu ditelan. Kerangka Pemikiran Menurunnya kualitas habitat dan berkurangnya luas habitat gajah akibat konversi lahan untuk perkebunan, pemukiman dan budi daya menyebabkan kelompok gajah keluar dari habitat alaminya untuk memenuhi kebutuhan pakannya. Konflik dengan pengguna lahan lain tidak terelakkan, sehingga terjadi persaingan antara gajah dengan pengguna lahan lain di dalam perebutan pakan. Hal ini akan mempercepat penurunan populasi gajah di alam. Alternatif pemecahan masalah adalah dengan meningkatkan kualitas habitat, karena untuk penambahan luas kawasan hutan dan pembuatan koridor penghubung dengan kawasan hutan lainnya akan berbenturan dengan berbagai kepentingan masyarakat sekitar kawasan. Upaya peningkatan kualitas habitat dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan alami gajah di dalam kawasan PLG Sebelat. Untuk itu perlu diketahui jenis-jenis pakan alami dan bagian-bagian yang dimakan, sehingga dapat direkomendasikan jenis-jenis pakan yang perlu dikelola.
5 Kualitas habitat menurun Luas Habitat berkurang Konflik gajah dan manusia Populasi Gajah Menurun Alternatif pemecahan Masalah Pemindahan gajah Perbaikan habitat Perluasan Habitat Pembuatan koridor Preferensi dan perilaku makan Identifikasi jenis dan potensi pakan Bagian tumbuhan yang dimakan Produktifitas tumbuhan pakan Preferensi dan perilaku makan Jenis-jenis yang disukai Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian.