I. PENDAHULUAN. pengelolaan birokrasi publik dalam konteks otonomi daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Bab II Perencanaan Kinerja

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin mewujudkan clean and good governance. dalam tataran pelaksanaannya akan menjadi tidak efektif apabila

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

BUPATI BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

E X E C U T I V E S U M M A R Y

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

Kebutuhan Pelayanan Publik

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

4.1. Profil Badan Pengawas Provinsi Riau

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PELAYANAN PAJAK KOTA BANDUNG TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik. Dilingkungan birokrasi juga telah dilakukan sejumlah inisiatif

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Good Governance. Etika Bisnis

KISI-KISI MATERI SEMINAR NASIONAL PEMBANGUNAN APARATUR NEGARA Jakarta, 4 Agustus 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hal. Bab I Pendahuluan... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Landasan Hukum... 3 C. Maksud dan Tujuan... 5

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH TAHUN Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas sumber Persentase peningkatan kapasitas sumber daya aparatur

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BIRO ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dibahas mengenai pendahuluan yang terdiri atas latar

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance di Indonesia semakin meningkat. Terdapat tiga

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

I. PENDAHULUAN. mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita-cita bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. pengklasifikasian, penganalisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

A. Gambaran Umum Daerah

KATA PENGANTAR. Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

KOTA BANDUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bergulirnya era otonomi daerah di Indonesia membawa perubahan yang signifikan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, yaitu dengan beralihnya sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Perubahan ini berimplikasi pada kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola dan memberdayakan serta mewujudkan kemandirian daerah, termasuk kemandirian pengelolaan birokrasi publik dalam konteks otonomi daerah. Pada tataran pelaksanaannya, birokrasi yang berkembang di era otonomi daerah tersebut cenderung menampakkan birokrasi pemerintahan yang kaku. Menurut Kartasasmita (2004: 54), budaya organisasi yang buruk dalam birokrasi menempatkan aparatur sebagai pihak yang dilayani dan masyarakat sebagai pihak yang melayani. Birokrasi pemerintahan kekurangan sumberdaya manusia yang berkualitas baik dari segi kepemimpinan, manajemen, kemampuan dan keterampilan teknis yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan. Sebaliknya, kondisi yang sering dijumpai adalah banyaknya sumber daya manusia yang kurang berkualitas dengan pembagian tugas yang tidak jelas. Akibatnya, tidak saja terjadi inefsiensi dalam penggunaan sumberdaya manusia, tetapi juga terjadi penumpukkan pegawai dalam satu unit kerja atau instansi.

2 Birokrasi cenderung mengutamakan atau berorientasi pada kepentingan pribadi atau kelompok dari pada kepentingan masyarakat atau pencapaian sasaran yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Kelompok ini selain berada di lingkungan internal birokrasi, juga yang berada di luar birokrasi dan diuntungkan oleh birokrasi. Sesuatu yang dinyatakan baik tertulis maupun lisan oleh birokrasi sering tidak sesuai dengan realitas dan peraturan tertentu dikeluarkan hanya untuk kebutuhan politis sehingga membuat kesan bahwa pemerintah memperhatikan masalah tersebut, dan bukan untuk dilaksanakan karena kesulitan tertentu atau juga tidak/kurang adanya political will untuk melaksanakannya. Birokrasi yang berkembang cenderung bersifat otonom, dalam arti lepas dari proses politik dan pengawasan masyarakat. Ciri ini erat kaitannya dengan ciri pertama di atas. Dalam hal ini, birokrasi seakan-akan menjadi menara gading yang tidak tersentuh. Ia bisa memutuskan apa saja tanpa merasa perlu memperhatikan dan mengajak pihak lain ( stake holders) untuk merumuskannnya. Akibatnya, sikap peka, responsif dan proaktif terhadap permasalahan pembangunan yang seharusnya dimiliki aparatur pemerintahan menjadi tumpul, dan digantikan dengan sikap mengutamakan diri sendiri atau kelompoknya ( selfish), reaktif, dan lamban. Pemanfaatan birokrasi pemerintahan sebagai perpanjangan tangan partai yang berkuasa cenderung membentuk sikap merasa berkuasa dan kurang peka terhadap aspirasi masyarakat di kalangan birokrat. Salah satu akibatnya, masyarakat umum sering menjadi korban kebijaksanaan aparatur pemerintah (Santoso, 2002: 26).

3 Berbagai fenomena di atas kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan birokrasi publik yang efektif. Perubahan sistem politik dari pola mayoritas tunggal ke arah sistem multipartai dengan pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil. Seiring dengan itu, semakin kuat pula tuntutan agar rakyat melalui partisipasi politik dilibatkan baik langsung maupun tidak langsung dalam setiap keputusan politik yang menyangkut kepentingan publik. Semakin menguatnya tuntutan untuk melakukan transparansi dan akuntabilitas, serta profesionalitas dalam jajaran birokrasi pemerintah agar terwujud good governance dan clean government yang bebas dari Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) dan bebas dari intervensi politik. Terkait dengan beberapa kelemahan dalam birokrasi publik selama ini, maka diperlukan pembaharuan birokrasi melalui reformasi birokrasi. Menurut Peraturan Menpan No. PER/15/M.PAN/7/2009, Tentang: Pedoman Umum Reformasi Birokrasi, disebutkan bahwa reformasi birokrasi adalah upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan SDM aparatur. Reformasi birokrasi merupakan langkah-langkah strategis untuk membangun aparatur Negara agar lebih berdayaguna dan berhasilguna dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Sebagai sebuah upaya strategis, maka reformasi birokrasi memiliki visi, misi dan tujuan serta sasaran. Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan MENPAN No. PER/15/M.PAN/7/2009, bahwa visi reformasi birokrasi adalah terciptanya tata kelola kepemerintahan yang baik tahun 2025. Misinya mencakup: membentuk dan atau menyempurnakan peraturan perundang-undangan sebagai landasan hukum

4 tata kelola pemerintahan yang baik; memodernisasi birokrasi pemerintahan dengan optimalisasi pemakaian teknologi informasi dan komunikasi; mengembangkan budaya, nilai-nilai kerja dan perilaku positif; mengadakan restrukturisasi organisasi (kelembagaan) pemerintahan; mengadakan relokasi dan meningkatkan kualitas SDM termasuk perbaikan sistem remunerasi; menyederhanakan sistem kerja, prosedur dan mekanisme kerja; serta mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif Sesuai dengan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu bidang dalam reformasi birokrasi adalah peningkatan kinerja oleh pemerintah sebagai wujud tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance). Terpilihnya Gubernur dan Wakil Gubernur baru di Provinsi Lampung menjadi momentum reformasi birokrasi pada bidang peningkatan kinerja sebagaimana telah disebutkan di atas. Beberapa indikasinya adalah Gubernur Terpilih M. Ridho Ficardo, sebagaimana diberitakan media menunda pembangunan Kota Baru yang telah dirintis oleh Gubernur sebelumnya, yang mengindikasikan adanya reformasi di bidang peningkatan kinerja pemerintahan yang lebih berorientasi pada kinerja yang secara langsung dirasakan masyarakat. Hal ini menunjukkan adanya reformasi kinerja, yaitu Gubernur baru tidak hanya melanjutkan program dari Gubernur sebelumnya. M. Ridho Ficardo lebih mengutamakan pembangunan yang lebih bermanfaat untuk kepentingan masyarakat, seperti pembangunan infrastruktur jalan dan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya. SDM pada Pemerintahan Provinsi Lampung memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan kemandirian daerah dengan sifatnya yang dinamis dan aktif. Di dalam pemerintahan, sumber daya manusia ini tercermin pada Pegawai Negeri

5 Sipil (PNS) sebagai pelaksana pemerintahan. Pemberdayaan PNS juga menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pengembangan PNS tidak hanya terkait dengan organisasi saja, tetapi juga harus sampai kepada pengembangan sebagai individu. Upaya M. Ridho Ficardo dalam peningkatan kinerja PNS diwujudkan dengan tunjangan kinerja pada PNS. Menurut pemberitaan www.saibumi.com, Gubernur Lampung M.Ridho Ficardo akan memberikan tunjangan kinerja kepada PNS di pemerintahan Provinsi Lampung dengan menggunakan beban anggaran mencapai Rp120 miliar. Diharapkan dapat meningkatkan kinerja PNS terutama pelayanan terhadap masyarakat. Tunjangan kinerja tersebut akan dimulai pada tahun anggaran 2015 ( Sumber: http://www.saibumi.com/artikel-56014-pemprov-lampung-siapkan-rp120-miliarbayar-tunjangan-kinerja-pns.html. Diakses Senin 11 Agustus 2014). Pergantian kepemimpinan Pemerintahan Provinsi Lampung dari Sjahroeddin ZP kepada Ridho Ficardo secara otomatis juga menunjukkan adanya perubahan dalam pola atau gaya kepemimpinan yang digunakan. Kepemimpinan yang efektif merupakan proses yang bervariasi, karena dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dalam mewujudkan hubungan manusiawi dengan orang-orang yang dipimpinnya. Dalam proses seperti itu, kepemimpinan akan berlangsung efektif apabila fungsi kepemimpinan diwujudkan sesuai dengan tipe kepemimpinan yang mampu memberikan peluang bagi orang yang dipimpin, untuk ikut berperan serta dalam menetapkan dan melaksanakan keputusan. Artinya setiap kreativitas dan inisiatif dalam kepemimpinan yang efektif harus disalurkan dan dimanfaatkan. Reformasi birokrasi yang dikembangkan Pemerintah Daerah pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan Pemerintahan

6 Daerah yang lebih akuntabel, transparan, responsif, terbuka, efektif dan efisien serta memungkinkan semua elemen yang ada yaitu negara, sektor swasta dan masyarakat bisa terlibat secara proporsional dalam menentukan kebijakan publik yang dibuat dan akan diimplementasikan. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis reformasi birokrasi pada bidang peningkatan kinerja di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung. Bappeda Provinsi Lampung berdasarkan Pasal 17 Ayat (1) Peraturan Daerah Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, diketahui bahwa Bappeda Provinsi Lampung mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan dearah, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan Pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kendala yang dihadapi terkait kinerja pada Bappeda Provinsi Lampung adalah belum optimalnya pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) oleh Bappeda Provinsi Lampung yang melibatkan partisipasi masyarakat selama tahun 2011-2013, sebagai berikut : Tabel 1. Target dan Realisasi Pelaksanaan Musrenbang pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Tahun 2011-2013 Tahun Musrenbang Persentase Target Realisasi (%) (Pertemuan) (Pertemuan) 2011 7 4 57.14 2012 8 5 62.50 2013 8 4 50.00 Sumber: Bappeda Provinsi Lampung Tahun 2014

7 Berdasarkan data pada tabel di atas, maka terlihat bahwa pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung yang melibatkan partisipasi masyarakat belum terealisasi secara maksimal. Pada Tahun 2011, dari 7 Musrenbang yang direncanakan hanya 4 (57,14%) yang terealisasi. Pada Tahun 2012, dari 8 Musrenbang yang direncanakan hanya 5 (62,50%) yang terealisasi dan pada Tahun 2012 dari 8 Musrenbang yang direncanakan hanya 4 (50,00%) yang terealisasi. Data tersebut kinerja yang belum optimal dalam melaksanakan salah satu tugasnya yaitu melaksanakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Sumber: Bappeda Provinsi Lampung Tahun 2014) Alasan pemilihan Bappeda didasarkan pada strategisnya tugas pokok dan fungsi Bappeda, sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Lampung Nomor 33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung. Secara umum Bappeda Provinsi Lampung mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan, penelitian dan pengembangan daerah, tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini mengandung makna bahwa optimalnya kinerja Bappeda, mencerminkan optimalnya kinerja Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan pembangunan di era otonomi daerah.

8 Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji secara lebih mendalam reformasi birokrasi pada bidang peningkatan kinerja pada Bappeda Provinsi Lampung. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah reformasi birokrasi pada bidang peningkatan kinerja pada Bappeda Provinsi Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan masalah kinerja birokrasi pada Bappeda Pemerintah Provinsi Lampung. 2. Mendeskripsikan kebijakan di bidang peningkatan kinerja birokrasi pada Bappeda Pemerintah Provinsi Lampung. 3. Menganalisis reformasi birokrasi pada bidang peningkatan kinerja (pelaksanaan tupoksi dan kehadiran) pada Bappeda Provinsi Lampung. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan teoritis dan praktis sebagai berikut: 1. Kegunaan Toeritis Hasil penelitian ini secara teoritis berguna dalam pengembangan kajian manajemen pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan reformasi birokrasi oleh pemerintah daerah sebagai upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

9 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini secara praktis berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah dan satuan kerja terkait dalam pelaksanaan reformasi birokrasi di masa-masa yang akan datang, yaitu dengan optimalisasi pelaksanan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.