DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii BERITA ACARA... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAL... iv PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung adalah ibukota dari Provinsi Lampung yang merupakan

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR KOMUNITAS PLANKTON SEBAGAI BIOINDIKATOR KUALITAS PERAIRAN DI TELAGA BETON KECAMATAN PONJONG KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

Tingkat Pencemaran Berdasarkan Saprobitas Plankton di Perairan Pelabuhan Benoa, Kota Denpasar, Provinsi Bali

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

III. METODE PENELITIAN

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI KUALITAS AIR BERDASARKAN INDIKATOR FISIS, KEMIS DAN BIOLOGIS DI WADUK SELOREJO KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pantai Bentar merupakan objek wisata yang berada di kabupaten

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... BERITA ACARA BIMBINGAN TUGAS AKHIR... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

INDEKS TROFIK-SAPROBIK SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS AIR DI BENDUNG KEMBANG KEMPIS WEDUNG, KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pesisir pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB II KUALITAS PERAIRAN DAN INDEKS

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

SKRIPSI. Disetujui : I. Komisi Pembimbing. Dr. Ir. Kichardus Kaswadii. M.Sc. Ketua. 11. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kclautan, IPB

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

dari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan sangat

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan biogeokimia perairan laut terutama di areal sepanjang pantai. Bahkan sejalan dengan berbagai pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

Studi Pengaruh Air Laut Terhadap Air Tanah Di Wilayah Pesisir Surabaya Timur

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. Kegiatan manusia di sekitar perairan dapat mengakibatkan masuknya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adakalanya turun, bahkan suatu ketika dapat pula mengering. Rawa terbentuk

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

I. PENDAHULUAN. Sungai merupakan suatu badan perairan tawar yang memiliki karakter air mengalir yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

3. METODE PENELITIAN

PRODUKTIVITAS PRIMER PERIFITON DI SUNGAI NABORSAHAN SUMATERA UTARA

Transkripsi:

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii BERITA ACARA... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAL... iv PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii MOTTO... x KATA PENGANTAR... xi UCAPAN TERIMAKASIH... xii RIWAYAT HIDUP... xiv DAFTAR ISI... xv DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR... xviii DAFTAR LAMPIRAN... xix I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 3 1.3. Tujuan Penelitian... 3 1.4. Manfaat Penelitian... 3 1.5. Batasan Masalah... 4 II TINJAUAN PUSTAKA... 5 2.1. Plankton... 5 2.2. Saprobitas... 7 2.3. Faktor-faktor Abiotik yang Mempengaruhi Persebaran Jenis Plankton 11 2.3.1. Suhu... 11 2.3.2. Kekeruhan... 12 2.3.3. ph (Derajat Keasaman)... 12 2.3.4. Salinitas... 13 2.3.5. Nitrat... 13 2.3.6. Fosfat... 14 III METODOLOGI... 16 3.1. Waktu dan Tempat... 16 3.2. Alat dan Bahan... 16 xv 1

3.3. Metode Penelitian... 18 3.3.1. Penentuan Stasiun Penelitian... 18 3.3.2. Pengambilan Sampel Plankton... 18 3.3.3. Identifikasi Sampel Plankton... 18 3.3.4. Pengambilan Sampel Parameter Kualitas Air... 18 3.4. Analisis Data... 19 3.4.1 Analisis Kelimpahan... 19 3.4.2 Indeks Struktur Komunitas... 19 3.4.3 Saprobik Indeks (SI) dan Tingkat Saprobik Indeks (TSI)... 21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 23 4.1. Komposisi Jenis Plankton di Perairan Pelabuhan Benoa... 23 4.1.1. Komposisi Jenis Fitoplankton... 23 4.1.2. Komposisi Jenis Zooplankton... 24 4.2. Kelimpahan Plankton... 26 4.3. Struktur Komunitas... 29 4.3.1. Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi Plankton... 29 4.4. Saprobik Indeks (SI) dan Tingkat Saprobik Indeks (TSI)... 31 V KESIMPULAN... 36 5.1. Kesimpulan... 36 5.2. Saran... 36 DAFTAR PUSTAKA... 37 LAMPIRAN... 42 xvi 2

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1. Tingkat Saprobik Berdasarkan pada Ciri Struktur Komunitas... 8 Tabel 2. Organisme Penyusun Kelompok Saprobitas... 9 Tabel 3. Daftar Alat Penelitian... 17 Tabel 4. Daftar Bahan Penelitian... 17 Tabel 5. Hubungan Keanekaragaman Plankton dengan Tingkat Pencemaran.... 22 Tabel 6. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Fitoplankton... 29 Tabel 7. Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Zooplankton... 31 Tabel 8. Hasil Saprobik Indeks dan Tingkat Saprobik Indeks... 35 xvii 3

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian... 16 Gambar 2. Presentase Komposisi Jenis Fitoplankton... 23 Gambar 3. Presentase Komposisi Jenis Zooplankton... 25 Gambar 4. Kelimpahan Plankton di Perairan Pelabuhan Benoa... 27 Gambar 5. Grafik Kelimpahan Plankton spesies α Mesosaprobik... 32 Gambar 6. Grafik Kelimpahan Plankton spesies β Mesosaprobik... 33 Gambar 7. Grafik Kelimpahan Plankton spesies Oligosaprobik... 33 Gambar 8. Grafik Kelimpahan Plankton Non saprobik... 34 xviii 4

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Kelimpahan Plankton di Perairan Pelabuhan Benoa... 42 Lampiran 2. Data Kualitas Perairan di Perairan Pelabuhan Benoa... 43 Lampiran 3. Plankton yang ditemukan di Perairan Pelabuhan Benoa... 44 Lampiran 4. Dokumentasi... 47 xix 5

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran perairan merupakan menurunnya kualitas air yang disebabkann oleh masuknya organisme dan komponen lainnya sehingga perairan tersebut tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Menurut Anggraini (2016). Organisme yang dapat digunakan sebagai indikator pencemaran yaitu plankton. Penggunaan plankton untuk mencari indikator pencemarain menggunakan tingkat saprobitas suatu perairan. Saprobitas perairan indikatornya yaitu suatu spesies dari organisme untuk melihat kondisi perairan yang disebabkan oleh penambahan bahan organik pada suatu perairan (Anggoro,1988 dalam Utomo, 2013). Menurut Handayani (2008), air limbah industri dan limbah domestik yang mengandung zat-zat pencemar yang tinggi dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang dibuang ke perairan sungai. Selanjutnya menurut Hapsari dkk. (2013), bahwa air limbah yang tidak diolah dengan baik berpotensi mencemari lingkungan perairan pesisir dan laut. Plankton dapat digunakan sebagai indikator saprobitas karena plankton memegang peran penting dalam mempengaruhi produktivitas primer perairan (Ardi,2002) menyebutkan bahwa beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut (Mulyanto,1992), diperkuat oleh Laprise & Julian (1994) yang menyatakan kelimpahan jumlah jenis plankton merupakan biomonitoring untuk kualitas perairan yang erat hubungannya dengan perubahan faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan dapat disebabkan oleh banyaknya aktivitas manusia di suatu daerah. Salah satu daerah diantaranya adalah kegiatan di daerah pelabuhan, seperti yang terjadi pada pelabuhan Benoa. Pelabuhan Benoa adalah pelabuhan buatan yang dibangun sekitar tahun 1920 dengan posisi geografi spada 08 45 00 LS dan 115 13 00 BT, dengan jarak kurang lebih 10 km dari ibukota Denpasar. Keberadaan pelabuhan sebagai salah satu subsistem transportasi mempunyai peranan strategis karena 1 1

merupakan mata rantai yang mempertemukan dua atau lebih jenis transportasi. Letak Pelabuhan Benoa dapat dikatakan cukup strategis sebagai tempat bongkar muat barang untuk keperluan daerah Bali dan daerah sekitarnya. Demikian juga perannya sebagai salah satu pintu gerbang pariwisata yang keluar masuk daerah Bali (Irdhawati et.al,2016). Di daerah Pelabuhan Benoa terdapat berbagai aktivitas yang berakibat menghasilkan sampah dan limbah dalam jumlah yang besar, diantaranya kegiatan jasa, tempat wisata, bersandar kapal-kapal penumpang, dan berbagai aktivitas nelayan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa banyaknya aktivitas di sekitar Pelabuhan Benoa dapat menjadi salah satu sumber pencemar bagi perairan. Penelitian tentang pencemaran yang menggunakan parameter kimia di sekitar perairan Pelabuhan Benoa, yang telah dilakukan sebelumnya seperti pencemaran logam berat Pb dan Cu (Siaka,2008) yang didapatkan konsentrasi meningkat dengan mengecilnya ukuran partikel. Penelitian kedua mengenai pencemaran logam berat Fe dan Mn (Sahara et.al,2015) didapatkan konsentrasi Fe dan Mn yang ditemukan dalam penelitian ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan standar baku mutu yang ditetapkan oleh Environmental Protection Agency (1973). Penelitian pencemaran menggunakan pendekatan biologi berdasarkan saprobitas plankton belum pernah dilakukan di perairan Pelabuhan Benoa, namun sudah pernah dilakukan di Pesisir Kenjeran Surabaya, Muara Sungai Morodemak, dan perairan estuaria Kuala Gigieng Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh (Hariati et.al,2010 ; Suryanti,2008 ; Sarinda et.al,2013). Koefisien saprobik digunakan untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau hubungan suatu organisme dengan senyawa yang menjadi sumber nutrisinya sehingga dapat diketahui hubungan kelimpahan, keanekaragaman, dan keseragaman plankton (Dahuri 1995). Menurut Sourina (1970) koefisien saprobik dapat dilihat dari susunan dan jumlah jenis plankton. Oleh karena itu penelitian tentang pencemaran berdasarkan tingkat saprobitas plankton di perairan kawasan Pelabuhan Benoa penting dilakukan untuk dijadikan data dasar dalam pengambilan keputusan untuk pengelolaan kawasan Teluk Benoa secara umum dan kawasan Teluk Benoa secara khusus. 2

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas. Maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas selanjutnya. Adapun rumusan masalah tersebut adalah : 1. Bagaimana struktur komunitas plankton yang berada di kawasan perairan Pelabuhan Benoa? 2. Berapa tingkat saprobitas di kawasan perairan Pelabuhan Benoa sebagai indikator tingkat pencemaran perairan? 1.3. Tujuan Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui struktur komunitas plankton yang berada di kawasan perairan Pelabuhan Benoa. 2. Untuk mengetahui tingkat saprobitas di kawasan perairan Pelabuhan Benoa sebagai indikator tingkat pencemaran perairan. 1.4. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti di bawah ini : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan terkait kualitas perairan di kawasan perairan Pelabuhan Benoa berdasar indeks saprobitas plankton perairan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan bagi instansi terkait dalam pengelolaan kawasan Pelabuhan Benoa terutama terkait dampak dari berbagai aktivitas perekonomian dikawasan tersebut. 3

1.5. Batasan Masalah Pengambilan sampel plankton di setiap stasiun dilakukan pada permukaan perairan. Variabel hasil pengukuran bersifat sesaat dan terbatas pada saat pengambilan data. 4