1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia selalu diarahkan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, yang dilakukan secara merata di seluruh wilayah Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Dalam upaya mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, maka pemerintah dituntut untuk mampu dapat memaksimalkan seluruh sumber daya yang ada di negara ini yang dapat mempercepat laju peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan peningkatan perekonomian demi mendorong pembangunan nasional, maka perlu diberikan perhatian terhadap usaha-usaha yang berpotensi meningkatkan perekonomian tersebut, yang mana salah satunya adalah Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (selanjutnya disebut UMKMK). UMKMK memiliki suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga di negara maju.1 Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi merupakan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan mewujudkan stabilitas ekonomi nasional. UMKMK adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, 1 Tulus T.H Tambunan, UMKM di Indonesia (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 1. 1
2 dukungan, perlindungan, dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut BUMN), yang tertuang dalam undang-undang tersendiri, yaitu Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UU UMKM). UU UMKM menyebutkan bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah berasaskan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional serta bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.2 Selain usaha mikro, kecil, dan menengah, bentuk usaha lain yang senada adalah koperasi. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi juga menyebutkan bahwa koperasi juga berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Tujuan UMKMK adalah memajukan kesejahteraan rakyat pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Berkaitan dengan hal ini, terdapat beberapa fungsi utama UMKMK dalam menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu: 3 2 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Bab V, Pasal 12. 3Arief Rahmana, Kinerja UMKM Di Indonesia, https://infoumkm.wordpress.com/20 08/08/11/kinerja-UMKM-di-indonesia (diakses pada tanggal 04 Maret 2015).
3 1. sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung di sektor formal, 2. memberikan kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), 3. sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis produk yang dihasilkan sektor ini. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pelaku UMKMK tidak terlepas dari beberapa persoalan yang menghambat berjalannya suatu UMKMK. Salah satu persoalan yang kerap dihadapi adalah persoalan modal. Keterbatasan modal merupakan salah satu faktor yang membatasi perkembangan pelaku UMKMK. Guna mengatasi hal tersebut, pemerintah meluncurkan suatu produk bantuan permodalan sebagai penunjang kegiatan UMKMK dalam bentuk pemberian kredit yang mana salah satunya adalah Kredit Usaha Rakyat selanjutnya disebut KUR. Pemberian KUR ini bertujuan untuk meningkatkan sektor riil dan memberdayakan UMKMK. Kredit Usaha Rakyat adalah kredit atau pembiayaan kepada UMKMK dalam bentuk pemberian modal kerja dan/atau investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan penjaminan terhadap risiko KUR. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKMK pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.4 KUR disalurkan oleh enam bank pelaksana yang mana salah satu diantaranya adalah Bank Rakyat Indonesia selanjutnya disebut Bank BRI. Bank BRI sebagai salah satu lembaga 4 https://rya89.wordpress.com/2010/04/04/kredit-usaha-rakyat-kur (diakses pada tanggal 04 maret 2015).
4 penyalur KUR memerlukan keamanan karena dana yang disimpan perlu dilindungi. Sebab apabila bank tidak memperhatikan kemanan dana masyarakat tersebut, maka akan mempersulit pihak bank sendiri, yaitu mengurangi kepercayaan masyarakat dalam menanamkan dananya pada pihak bank. Penyaluran kredit yang diberikan oleh bank baik itu Bank BRI maupun bank lainnya tidak terlepas dari risiko kredit. Apabila pihak penerima kredit tidak dapat mengembalikan kredit pada waktu yang telah ditetapkan sebagaimana mestinya maka akan berpotensi menimbukan kredit macet. Kredit yang diajukan oleh pelaku UMKMK kepada Bank BRI biasanya diajukan secara kelompok dan tidak diajukan secara individu per debitur layaknya pengajuan kredit pada umumnya. Atas dasar itulah, untuk mengatasi risiko kredit yang salah satunya adalah kredit macet, maka diperlukan suatu lembaga pengalihan risiko baik berupa pertanggungan ataupun penjaminan. Salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi risiko kredit macet adalah dengan menunjuk suatu lembaga keuangan non bank yang berperan dalam lembaga pengalihan risiko sementara yang mana salah satunya dikenal dengan lembaga penjaminan kredit. Lembaga penjaminan kredit sendiri merupakan suatu lembaga yang memberikan suatu bentuk jasa sebagai lembaga keuangan untuk membantu pelaku UMKMK agar mendapat kemudahan dalam memperoleh kredit dari bank atau lembaga pembiayaan lainnya. Selain fungsi di atas, lembaga penjaminan kredit juga berperan sebagai pihak peralihan risiko kredit, antara bank dengan para pelaku UMKMK. Penjaminan kredit terdiri dari tiga pihak, yakni penjamin, penerima jaminan, dan terjamin. Penjamin atau pemberi jaminan adalah perorangan atau lembaga yang memberikan jasa penjaminan bagi kredit atau pembiayaan dan
5 bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada penerima jaminan akibat kegagalan debitur atau terjamin dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau pembiayaan.5 Penerima jaminan adalah kreditur, baik bank maupun bukan bank yang memberikan fasilitas kredit atau pembiayaan kepada debitur atau terjamin, baik kredit uang maupun kredit bukan uang atau kredit barang. Sementara itu pihak terjamin adalah badan usaha atau perorangan yang menerima kredit dari penerima jaminnan. Dalam dunia perkreditan, terjamin ini dikenal dengan debitor yang umumnya adalah perorangan yang menjalankan suatu usaha produktif atau pelaku UMKMK.6 Penjaminan KUR sendiri terdiri dari tiga pihak, yakni perusahaan penjaminan kredit selaku pihak penjamin, bank pemberi kredit (kreditur) sebagai penerima jaminan, dan penerima kredit (debitur) sebagai terjamin. Salah satu perusahaan penjaminan kredit adalah Perum Jamkrindo. Dalam pemberian KUR, Perum Jamkrindo berkedudukan sebagai penjamin, Bank BRI sebagai penerima jaminan dan debitur kredit sebagai terjamin. Peranan Perum Jamkrindo sebagai penjamin kredit adalah suatu bentuk jasa sebagai lembaga keuangan untuk membantu pelaku UMKMK agar mendapat kemudahan dalam memperoleh kredit dari bank atau lembaga pembiayaan lainnya. Selain itu Perum Jamkrindo juga berperan sebagai pihak peralihan risiko kredit sementara, antara bank dengan para pelaku UMKMK. Salah satu upaya pengamanan yang dilakukan Perum Jamkrindo terhadap Bank BRI adalah dengan menjamin KUR, khususnya KUR yang diberikan kepada para pelaku UMKMK. 5Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi, Penjaminan Kredit Mengantar UMKMK Mengakses Pembiayaan (Bandung : Alumni, 2007), hlm. 17. 6 Ibid., hlm. 18.
6 Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi risiko jika suatu saat terjadi kredit macet. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk skripsi dengan judul Tanggung Jawab Perusahaan Penjamminan Kredit Sebagai Penjamin Untuk Menanggulangi Risiko Kredit Macet pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan). B. Rumusan Masalah Berdasarkan atas uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahanpermasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana perjanjian kredit pada perbankan? 2. Bagaimana pengaturan hukum penjaminan kredit? 3. Bagaimana tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit sebagai penjamin untuk menanggulangi risiko kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat di Perum Jamkrindo Cabang Medan? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan Adapun tujuan Penulisan ini adalah sebagai berikut : a. untuk mengetahui perjanjian kredit pada perbankan, b. untuk mengetahui pengaturan hukum penjaminan kredit, c. untuk mengetahui tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit Perum Jamkrindo sebagai penjamin untuk menanggulangi risiko kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat di Perum Jamkrindo Cabang Medan.
7 2. Manfaat penulisan Adapun manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Secara teoritis untuk menambah pengetahuan tentang perjanjian kredit pada perbankan, pengaturan hukum penjaminan kredit, dan tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit Perum Jamkrindo sebagai penjamin untuk menanggulangi risiko kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat. b. Secara praktis untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan akan lembaga keuangan khususnya lembaga penjaminan kredit. D. Keaslian Penuliasan Adapun judul tulisan ini adalah tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit sebagai penjamin untuk menanggulangi risiko kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan). Judul skripsi ini belum pernah ditulis dan diteliti dalam bentuk yang sama khususnya di Perum Jaskrindo Cabang Medan, sehingga tulisan ini asli, atau dengan kata lain tidak ada judul yang sama dengan Mahasiswa Fakultas Hukum USU. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. E. Tinjauan Kepustakaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi merupakan salah satu pilar perekonomian dewasa ini. Namun demikian, kerap kali usaha tersebut harus kandas karena permasalahan modal yang dialami oleh para pelaku usaha. Salah
8 satu jalan keluar untuk masalah tersebut adalah dengan memberikan bantuan berupa kredit. Kredit menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut UU Perbankan), adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.7 Salah satu bentuk kredit yang diberikan pemerintah untuk membatu pelaku UMKMK adalah KUR. Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga pemberian kredit pada dasarnya merupakan pemberian kepercayaan. Dalam hal ini, kredit hanya akan diberikan bila benar-benar diyakini bahwa calon debitur dapat mengembalikan kepercayaannya tersebut tepat pada waktunya dan syarat-syarat lain yang disepakati antara debitur dan kreditur. Dengan demikian kredit memiliki beberarapa unsur sebagai berikut : 1. Kepercayaan Keyakinan dari kreditur bahwa kepercayaan (prestasi) yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang atau jasa, akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Dalam hal ini terdapat keterlibatan dua pihak, yaitu kriditur dan debitur. Selanjutnya, dari unsur kepercayaan inijuga termuat adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit. 7 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bab 1, Pasal 1.
9 2. Waktu Suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima dimasa mendatang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai uang, bahwa uang yang ada saat ini lebih tinggi nilainya dari yang akan diterima di masa yang akan datang. 3. Risiko Suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang akan memisahkan prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit diberikan, semakin tinggi tingkat risikonya. Hal ini dikarenakan adanya unsur ketidakpastian di masa mendatang, yang menyebabkan munculnya unsur risiko. Unsur risiko inilah yang mendasari timbulnya jaminan dalam pemberian kredit. 4. Prestasi Objek kredit yang dalam praktiknya tidak hanya berbentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan modern tidak terlepas dari adanya uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktik perkreditan. 5. Adanya unsur bunga Adanya unsur bunga atau margin sebagai kompensasiyang bagi pemberi kredit merupakan perhitungan atas beberapa komponen seperti biaya modal atau (cost of fund), biaya umum (overhead cost), biaya atau premi risiko dan lain-lain. Di Indonesia, lembaga penyalur kredit identik dengan bank. Walaupun ada lembaga lainnya, perbankan adalah unit usaha yang umumnya menggunakan kredit sebagai pendapatan usaha, melalui pendapatan bunga atau bagi hasil. Dari
10 sudut pandang ekonomi, tujuan diberikannya kredit oleh lembaga penyalur kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan. Karena berorientasi kepada keuntungan, lembaga kredit hanya boleh menyalurkan kredit apabila telah terdapat keyakinan atas kemampuan dan kemauan calon peminjam untuk dapat mengembalikan kredit tersebut. Dalam hal ini muncul komponen-komponen keamanan (safety) dan keuntungan (profitability) dalam sebuah transaksi perkreditan. Pelaksanaan pemberian kredit tidak terlepas dari risiko yang salah satunya adalah risiko kredit macet. Adapun yang dimaksud dengan kredit macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya. Keadaan ini dapat berupa : 1. debitur sama sekali tidak bisa membayar angsuran kredit, 2. debitur membayar sebagian saja angsuran kredit. 3. debitur membayar lunas setelah jangka waktu diperjanjikan berakhir (terlambat). Kredit macet merupakan kredit bermasalah dimana karena suatu hal seorang debitur mengingkari janji mereka membayar kredit yang telah jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan atau sama sekali tidak ada pembayaran maka timbulah apa yang disebut kredit macet. Risiko kredit macet juga terdapat dalam KUR. Dalam mengatasi dampak kredit macet, lembaga keuangan bank membutuhkan lembaga keuangan lainnya untuk menanggulangi risiko kredit macet. Salah satunya dengan menggunankan jasa lembaga keuangan non bank seperti perusahaan penjaminan kredit. Penjaminan Kredit adalah upaya meyakinkan pihak bank atau lembaga keuangan penyalur kredit dalam memberikan krerdit kepada para pelaku
11 UMKMK yang memiliki usaha dan prospek yang baik, tetapi tidak memiliki jaminan yang memadai. Dengan kata lain, penjaminan kredit merupakan jembatan bagi mereka yang usahanya feasible (layak usaha), tetapi belum layak memperoleh kredit (bankable).8 Pihak-pihak yang terkait dalam penjaminan kredit adalah Penjamin atau pemberi jaminan, kreditur atau sebagai yang menerima jaminan, dan debitur sebagai terjamin. Penjamin adalah perorangan atau lembaga yang memberikan jasa penjaminan bagi kredit atau pembiayaan dan bertanggung jawab untuk memberikan ganti rugi kepada penerima jaminan akibat kegagalan terjamin dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau pembiayaan.9 Peran sebagai penjamin kredit dilakukan dengan membayar sejumlah kewajiban terjamin atau debitur kepada penerima jaminan atau kreditur. Hal ini dilakukan apabila kredit telah jatuh tempo sebagaiman telah diperjanjikan dalam perjanjian kredit. F. Metode Penelitian Soerjono Soekanto menyebutkan bahwa penelitian dimulai ketika seseorang berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara sistematis dengan metode dan teknik tertentu yang bersifat ilmiah, artinya bahwa metode atau teknik yang digunakan tersebut bertujuan untuk satu atau beberapa gejala dengan jalan menganalisanya dan dengan mengadakan pemeriksaan yang 8 Ibid., hlm. 3. 9 https://evamelasari.wordpress.com/2013/04/29/teori-penjamin-kredit (diakses pada 02 April 2015).
12 mendalam terhadap fakta tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas masalah yang ditimbulkan faktor tersebut.10 1. Spesifikasi penelitian Penelitian hukum normatif dapat dikatakan juga dengan penelitian sistematik hukum sehingga bertujuan mengadakan identifikasi terhadap pengertian-pengertian pokok atau dasar dalam hukum, yakni masyarakat hukum, subyek hukum, obyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum dan hubungan hukum.11 Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah bersifat deskriptif yang mengacu kepada penelitian hukum normatif yaitu menguji, mengkaji ketentuan-ketentuan mengenai tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit dalam meanggulangi risiko kredit macet dalam suatu perjanjian kredit. Adapun metode pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis. 2. Data penelitian Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.12 Sumber data dapat dari data primer dan data sekunder. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. a. Bahan hukum primer Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Kitab Undang-Undang Hukum 10Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2004), hlm. 1. 11Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cetakan ketigabelas (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 15. 12Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 172.
13 Perdata (KUH Perdata), Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2008 tentang Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 222/PMK.010/2008 jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.010/2011 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit., Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 190/PMK.05/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Imbal Jasa Penjaminan Kredit Usaha Rakyat, dan peraturan-peraturan lainnya. b. Bahan hukum sekunder Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang hukum perjanjian kredit dan penjaminan kredit seperti buku-buku, karyakarya ilmiah serta tulisan yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diajukan dalam penulisan skripsi ini. c. Bahan hukum tertier Yaitu berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain sebagainya. 3. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan studi dokumen dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah, dan juga peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian. Selain itu dilakukan juga penelitian lapangan (field research) untuk
14 mendapatkan data primer guna akuransi terhadap hasil yang dipaparkan berupa wawancara. Wawancara dilakukan sebagai alat pengumpulan bahan hukum tambahan selain bahan hukum yang didaptkan di perpustakaan. Wawancara didapatkan dari informan yang bersangkutan, yakni dari pihak Perum Jmakrindo sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa penjaminan kredit. 4. Analisis Data Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya.13 Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. 14 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.15 G. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan dalam skripsi ini diuraikan dalam bab-bab dimana satu sama lain membahas tentang hal yang berbeda-beda namun terdapat suatu cakupan yang saling terkait. Penulis menyusun sistematikanya ke dalam 5 (lima) bab secara terperinci yang mana pembagiannya, yaitu: 13Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 69. 14Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 11. 15Ibid., hlm. 10.
15 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II PERJANJIAN KREDIT PADA PERBANKAN Bab ini membahas mengenai pengertian dan unsur-unsur kredit pada perbankan, prinsip-prinsip dan tujuan pemberian kredit pada perbankan, perjanjian kredit pada bank, dan kredit macet pada perbankan. BAB III PENGATURAN HUKUM PENJAMINAN KREDIT Bab ini membahas mengenai penjaminan kredit dan dasar hukumnya, prinsip-prinsip penjaminan kredit, hak dan kewajiban para pihak dalam penjaminan kredit, dan hambatan penjaminan kredit di Indonesia. BAB IV TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT SEBAGAI PENJAMIN UNTUK MENANGGULANGI RISIKO KREDIT MACET PADA KREDIT USAHA RAKYAT (Studi Perum Jamkrindo Cabang Medan) Bab ini membahas mengenai faktor penyebab kredit macet pada Kredit Usaha Rakyat (KUR), tanggung jawab perusahaan penjaminan kredit sebagai penjamin untuk menangguulangi risiko kredit macet pada Kredit usaha
16 Rakyat di Perum Jamkrindo Cabang Medan, dan upaya preventif mencegah terjadinya kredit macet. BAB V PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh rangkaian babbab yang sebelumnya. Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang di buat berdasarkan uraian-uraian skripsi ini.