BAB I PENDAHULUAN. Mervyn dan Latifa, Perbankan Syariah, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2001, hlm. 58.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No.7 Tahun disebut Bank Syariah, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan sistem syari ah. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. ini. Hal ini tidak terlepas dari keinginan umat Islam di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai cara dalam menarik nasabah. Setelah terjadi kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih dari 15 persen per

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, dimana kegiatan. dilaksanankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan suatu negara sangatlah besar, hampir semua sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN. latar belakang pada penelitian ini. Fenomena masalah adalah hal yang

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian suatu Negara. Posisi lembaga keuangan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem ekonomi Islam menghendaki terjadinya transaksi-transaksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepeda motor merupakan alat transportasi yang dapat mendukung aktivitas manusia. Selain itu sepeda motor lebih mudah dan praktis dibanding dengan alat transportasi lainnya untuk mendukung segala aktivitas seseorang. Oleh karena itu kebutuhan akan sepeda motor sebagai alat transportasi sangat tinggi. Banyak cara yang dapat ditempuh oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan alat transportasi tersebut. Disinilah bank muncul menjembatani kepentingan pembeli dan penjual sepeda motor dengan menawarkan fasilitas pembiayaan sepeda motor. Fasilitas pembiayaan sepeda motor muncul karena kebanyakan orang tidak mampu membeli secara tunai. Umumnya perbankan konvensional menggunakan sistem bunga, namun sistem bunga yang identik dengan riba yang jelas diharamkan dalam islam membuat masyarakat muslim ragu untuk bertransaksi. Sistem perbankan yang tak membolehkan bunga kedengarannya aneh ditelinga mereka yang terbiasa dengan praktik perbankan barat. Karena itu, kita perlu membedakan antara tingkat (suku) bunga (rate of interest) dan tingkat keuntungan (rate of return). Di satu sisi islam melarang suku bunga dengan tegas, dan di sisi lain islam menghalalkan, bahkan mendorong perdagangan bermotif laba.1 Sistem bunga yang diterapkan dalam bank konvensional membuat ragu masyarakat untuk bertransaksi. Dalam al-qur an dinyatakan bahwa Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, sebagaimana firman Allah, 1 Mervyn dan Latifa, Perbankan Syariah, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2001, hlm. 58. 1

2 Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah: 275) Praktik perbankan pada zaman rasulullah dan sahabat telah terjadi karena telah ada lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi utama operasional perbankan, yaitu: (1) menerima simpanan uang. (2) meminjamkan uang atau memberikan pembiayaan dalam bentuk mudharabah, musyarakah, muzara ah, dan musaqah, (3) memberikan jasa pengiriman atau transfer yang istilah-istilah fiqh di bidang ini pun muncul dan diduga berpengaruh pada istilah teknis perbankan modern, seperti istilah qard yang berarti pinjaman atau kredit menjadi bahasa inggris kredit dan istilah suq jamaknya suquq yang dalam bahasa inggris dengan sedikit perubahan menjadi chec katau cheque dalam bahasa prancis.2 Perkembangan industri keuangan syariah sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu Negara. Di Indonesia sendiri setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang untuk mendirikan bank-bank yang berprinsip syariah. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil dan menengah, maka muncul usaha untuk mendirikan bank dan lembaga keuangan mikro, seperti BPR syariah dan BMT yang bertujuan untuk mengatasi hambatan operasionalisasi di daerah. 2 Juhaya, EkonomiSyariah, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012 hlm. 49-50.

3 Secara kelembagaan BMT didampingi atau didukung Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena pengemban misi yang lebih luas, yakni menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT, dan pada gilirannya BMT menetaskan usaha kecil. Keberadaan BMT merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana BMT itu berada, dengan jalan ini BMT mampu mengakomodir kepentingan masyarakat.3 Posisi lembaga keuangan syari ah merupakan bentuk implikasi sistem islam. Islam tidak hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai way of life bagi kehidupan manusia khususnya umat islam. Karenanya islam memberikan bentuk lembaga syari ah sebagai wadah keinginan masyarakat yang ingin berinvestasi dan berusaha sesuai dengan kemampuan dan keinginan secara syar i. hal ini sesuai dengan ajarannya yang diperuntukkan sekalian alam (rahmatan lil alamin).4 Munculnya produk pembiayaan motor syariah telah memberikan alternatif pembiayaan sepeda motor yang bebas riba (bunga). Salah satunya dengan akad murabahah yang memberi kepastian jumlah angsuran yang harus dibayar oleh nasabah setiap bulan. Murabahah adalah istilah dalam fikih islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual beli yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun demikian, bentuk jual beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan menambah beberapa konsep lain sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian 3 menjualnya kepada nasabah tersebut dengan penambahan Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Ed 2, Cet 2, Ekonisia, Yogyakarta, 2005 hlm. 96-97. 4 Ahmad Supriyadi, Perbankan Syari ah, STAIN Press, Kudus, 2009, hlm. 5.

4 keuntungan tetap. sementara itu nasabah akan mengembalikan utangnya dikemudian hari secara tunai maupun cicil.5 Pada prakteknya sekarang ini, yang dilakukan oleh sebagian industri keuangan syariah dengan menggunakan murabahah sebagai produk yang ditawarkan, ada yang masih belum sesuai dengan konsep dasar awal dari murabahah. Hal tersebut bisa jadi karena faktor SDM yang masih belum memahami benar bentuk teori dan konsep dari murabahah. Kelemahan praktek murabahah yang lain pada saat ini adalah belum berjalannya daya tawar menawar yang dimiliki oleh para anggota. Sehingga posisi Anggota seringkali agak terpaksa untuk menerima harga yang ditawarkan oleh pihak lembaga keuangan syariah. Padahal, dalam praktek murabahah harga yang ada adalah menggunakan satu harga yang telah disepakati oleh pihak BMT dan Anggota itu sendiri. Lembaga keuangan syariah yang dapat membantu kita dalam melakukan pembiayaan secara syariah adalah BMT. BMT merupakan lembaga keuangan yang berbentuk koperasi, maka cara mendirikan BMT sama dengan mendirikan koperasi yang diatur dalam Undang-Undang No.25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam pasal-pasal tersebut diuraikan syarat-syarat, prosedur dan akibat hukum pendirian koperasi.6 Pengembangan BMT sendiri merupakan hasil prakarsa dari Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil dan Menengah (PINBUK) yang merupakan badan pekerja yang dibentuk olehyayasan Inkubasi Usaha Kecil dan Menengah (YINBUK). YINBUK sendiri dibentuk oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-indonesia (ICMI), dan Direktur Utama Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan akta notaries Leila Yudoparipurno, SH. Nomor 5 tanggal 13 Maret 1995.7 Baitul Maal Wattamwil sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep ekonomi islam terutama dalam bidang keuangan. Istilah BMT adalah penggabungan dari Baitul Maal dan Baitut Tamwil. Baitul Maal merupakan 5 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.81-83. 6 Op.Cit., hlm. 10. Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2009, hlm. 455. 7

5 lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba (sosial) yang sumber dananya berasal dari zakat, infaq, dan shadaqah, atau sumber lain yang halal, kemudian disalurkan kepada mustahiq atau yang berhak. Adapun Baitut Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatannya profit motive (mencari keuntungan).8 Keberadaan BMT diharapkan mampu mengatasi berbagai permasalahan ekonomi seperti rentenir atau lintah darat, yang mengakibatkan masyarakat terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak menentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap perekonomian masyarakat tidak lain karena tidak adanya unsur-unsur yang akomodatif dalam menyelesaikan masalah yang masyarakat hadapi. Oleh karena itu BMT diharapkan mampu berperan aktif dalam memperbaiki kondisi ini.9 BMT Amanah merupakan lembaga keuangan yang yang seluruh proses simpan pinjam dikemas secara syariah berupa Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Dalam sisi ekonomi jasa produk yang dihasilkan bukan dalam bentuk bunga melainkan sistem bagi hasil dan jual beli. BMT Amanah sebagai lembaga keuangan, dalam melaksanakan kegiatannya menguunakan dua pola, yaitu yang pertama menghimpun dana masyarakat atau simpanan (funding). Dan kedua menyalurkan dana kepada masyarakat atau pembiayaan (leanding). BMT Amanah Kudus terletak di Jl. Gedang Sewu Rt 05/04 Bakalan Krapyak Kaliwungu Kudus. BMT Amanah Kudus Pada awal mulanya hanya mempunyai 2 karyawan, BMT Amanah Kudus telah mendapatkan hasil positif berupa tanggapan masyarakat, minat masyarakat, dan dukungan tentang keberadaan BMT, sehingga BMT Amanah Kudus membuka 1 kantor cabang yang berada di Komplek Pertokoan Sempalan No. 06 Jati Kulon Kudus yaitu tepatnya pada tahun keempat setelah berdirinya BMT Amanah Kudus. sehingga jumlah karyawan pada tahun 2017 berjumlah 8 orang, dengan rincian 5 karyawan dikantor pusat dan 3 karyawan di kantor cabang. salah satu produknya yaitu pembiayaan motor syariah adalah produk pembiayaan yang secara khusus memfasilitasi dan memudahkan rencana untuk membeli sepeda 8 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, UII Press, Yogyakarta, 2004, hlm.126. 9 Heri Sudarsono, Op.Cit., hlm.97.

6 motor dengan pembayaran angsuran. Jumlah anggota yang mengikuti pembiayaan motor syariah selama tahun 2016 berjumlah 9 orang, berdasarkan hasil wawancara dengan manager BMT Amanah Kudus jumlah anggota pembiayaan motor syariah dari tahun ke tahun cenderung stabil. Berdasarkan uraian di atas, Maka penulis tertarik ingin mengkaji lebih jauh bagaimana aplikasi pembiayaan motor syariah dengan akad murabahah yang dilakukan BMT Amanah Kudus. Karena itu, penulisan skripsi ini penulis beri judul Analisis Pembelian Sepeda Motor Melalui Pembiayaan Motor Syariah (Studi Kasus Di BMT Amanah Kudus). B. Fokus Penelitian Untuk mempermudah penulis dalam menganalisis hasil penelitian maka penelitian ini difokuskan pada Analisis Pembelian Sepeda Motor Melalui Pembiayaan Motor Syariah (Studi Kasus Di BMT Amanah Kudus). C. Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah, perumusan masalah digunakan untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian, sehingga dalam penelitian ini dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pembiayaan motor syariah di BMT Amanah Kudus? 2. Bagaimana praktik pembiayaan motor syariah yang dianalisis dengan akad murabahah di BMT Amanah Kudus? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis sistem pembiayaan motor syariah di BMT Amanah Kudus. 2. Untuk menganalisis praktik pembiayaan motor syariah yang dianalisis dengan akad murabahah di BMT Amanah Kudus.

7 E. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pembelian Sepeda Motor Melalui Pembiayaan Sepeda Motor (Studi Kasus di BMT Amanah Kudus) diharapkan memberi manfaat: 1. Manfaat teoritis a. Penelitian ini secara teoritis bermanfaat mengembangkan khasanah pengetahuan dalam perbankan dan lembaga keuangan khususnya berkenaan dengan penerapan akad murabahah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) dan kehidupan masyarakat. b. Sebagai bahan dasar untuk penelitian selanjutnya dalam pembiayaan motor syariah yang dianalisis dari akad murabahah. 2. Manfaat praktis a. Masyarakat Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat yang selama ini sering menggunakan dan memanfaatkan pembiayaan murabahah. b. Peneliti Menambah dan memperluas wawasan pengetahuan tentang ilmu ekonomi islam khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini dan sebagai latihan dalam penulisan karya ilmiah yang benar. c. BMT Amanah Kudus Memberikan masukan dan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait, sehingga dapat digunakan sebagai tamabahan informasi untuk mengambil keputusan. F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh, penulis akan mengungkapkan sistematikanya yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut :

8 1. Bagian Muka Bagian muka ini, memuat tentang : halaman sampul, halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, abstrak, daftar isi. 2. Bagian Isi Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang perinciannya sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menggambarkan mengenai latar belakang masalah, focus penelitian, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini merupakan landasan teori yang akan membahas tentang BMT, Murabahah, penelitian terdahulu, serta kerangka berfikir. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang terdiri jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, dan analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini mengenai berupa hasil pengamatan dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum obyek penelitian, deskripsi data penelitian, dan analisis data. BAB V : PENUTUP Bab terakhir ini berisi mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. 3. Bagian Akhir Pada bagian ini memuat tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, daftar riwayat pendidikan.