JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 2, MARET 2015 PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Acute kidney injury (AKI) telah menjadi masalah kesehatan global di seluruh

Latar belakang. Insiden dan mortalitas acute kidney injury

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

Kriteria RIFLE pada Acute Kidney Injury. Sudung O. Pardede, Niken Wahyu Puspaningtyas. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM Jakarta

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

PREVALENSI NEFROPATI PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II YANG DIRAWAT INAP DAN RAWAT JALAN DI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI PENYAKIT DALAM, RSUP H

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang Lingkup Keilmuan: Anastesiologi dan Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dimulai pada bulan juni 2013 sampai juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

ABSTRAK PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. peran penting pada angka kesakitan dan kematian di ruang perawatan intensif. ii

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian Ilmu Penyakit Dalam.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

KADAR SERUM KREATININ PADA PASIEN SEPSIS YANG DIRAWAT DI RUANG ICU RSUP DR. KARIADI LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI

BAB IV METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui faktor risiko untuk terjadinya hiperbilirubinemia terkonjugasi pada

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

KARAKTERISTIK KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA SINDROM NEFROTIK ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Acute Kidney Injury (AKI) merupakan komplikasi. Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin Urin sebagai Deteksi Dini Acute Kidney Injury

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sakit kritis nondiabetes yang dirawat di PICU (Pediatric Intensive Care Unit)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

KEJADIAN PENYAKIT KARDIOSEREBROVASKULAR PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V DENGAN DIABETES MELITUS DAN TANPA DIABETES MELITUS

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

meningkatkan pelayanan ICU. Oleh karena itu, mengingat diperlukannya tenagatenaga khusus, terbatasnya sarana pasarana dan mahalnya peralatan,

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang sering dilakukan adalah sectio caesaria. Sectio caesaria

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara progresif dan irreversible 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I LATAR BELAKANG. A. Latar Belakang Masalah. Analisis Gas Darah merupakan salah satu alat. diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

Denpasar, Desember Penulis

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

JUMLAH KEMATIAN PASIEN DI RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - DESEMBER 2014

Transkripsi:

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 2 NOMOR 2, MARET 2015 PENELITIAN Faktor - Faktor Risiko Terjadinya AKI (Acute Kidney Injury) pada Pasien di ICU RSUP Dr. Sardjito (Sepsis, Hipovolemia, Hipotensi, Operasi jantung, DM, Usia > 60 tahun, Obat nefrotoksik, Gagal jantung kongestif dan Pre eklampsi berat) Diva Musda, *Calcarina Fitriani RW, *Sudadi RSUD Kota Subulussalam Nanggroe Aceh Darussalam *Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FK UGM/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta INTISARI Latar belakang : Kejadian AKI (Acute Kidney Injury) masih mempunyai angka kematian yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis. AKI (Acute Kidney Injury) bisa diprediksi dengan menggunakan kriteria RIFLE (Risk-Injury-Failure-Loss-End stage renal failure). Kejadian AKI cukup tinggi ditemukan di unit rawat intensif. AKI merupakan terminologi baru dari gagal ginjal akut. Terminologi ini dianggap dapat menggambarkan tahapan kerusakan ginjal dari tahap awal sampai terjadinya kegagalan fungsi ginjal. Penggunaan istilah AKI diharapkan dapat mengenali gangguan fungsi ginjal sejak awal. Kriteria AKI menggunakan urin output dan angka kreatinin sebagai parameter pengukuran. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui bahwa Sepsis, Hipovolemia, Hipotensi, Operasi jantung, DM, Usia > 60 tahun, penggunaan obat nefrotoksik, Gagal jantung kongestif dan Pre eklampsi berat merupakan faktor risiko terjadinya acute kidney injury (AKI) pada pasien yang dirawat di ICU RSUP dr.sardjito Metode : Studi kohort retrospektif. Subyek penelitian yaitu 121 pasien yang menjalani rawat inap di ICU RS Sardjito pada bulan januari hingga maret 2013. Pasien yang dirawat di ICU RS Sardjito dengan data lengkap. ada pasien gagal jantung kongetif yang ditemukan dalam penelitian ini. Hasil : Dari penelitian ini hipotensi (RR 18.46 dan P value ), PEB (RR 15.85 dan P value ), dan sepsis (RR 5.32 dan P value 0.001) merupakan faktor risiko yang paling kuat dan secara independen dapat menyebabkan terjadinya AKI pada pasien yang dirawat di ICU RSUP dr Sardjito. Faktor risiko lain yang mempengaruhi terjadinya AKI yaitu hipovolemia, penggunaan obat nefrotoksik, dan usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan DM tanpa komplikasi dan operasi jantung bukan merupakan faktor risiko AKI. Kesimpulan : Hipotensi, PEB, dan sepsis merupakan faktor risiko yang paling kuat dan secara independen dapat menyebabkan terjadinya AKI pada pasien yang dirawat di ICU RSUP dr Sardjito. Faktor risiko lain yang mempengaruhi terjadinya AKI yaitu hipovolemia, penggunaan obat nefrotoksik, dan usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan DM tanpa komplikasi dan operasi jantung bukan merupakan faktor risiko AKI. Kata kunci : Faktor risiko, AKI, Pasien ICU ABSTRACT Background. Acute kidney injury (AKI) causes high mortality and often undiagnosed. AKI (Acute Kidney Injury) could be predicted using RIFLE (Risk-Injury-Failure-Loss-End Stage renal failure) criteria. Incidence of AKI among critical ill patients is quite high. AKI is a new terminology of acute renal failure. This terminology can explain all stages of renal injury from early stage up to renal failure. This terminology is used to recognize earlier renal disfunction. AKI used urine output and plasma creatinin as parameters of renal injury. Aim of this study to know that sepsis, hypovolemia, hypotension, cardiac surgery, diabetes mellitus (DM), age more than 60 years old, nefrotoxic agents, congestive heart failure, and severe eclampsi are risk factors of AKI of patients in ICU RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta. Methods. Cohort retrospective study. Subjects of this study about 121 patients admitted to ICU RSUP Dr. Sardjito from January up to march 2013. All of the patients have complete data during in care at ICU. No congestive heart failure patient were recruited in this study. 11

Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015 Result. This study shows that hypotension (RR 18,46, p value 0,0001), severe eclampsy (RR 15,85, p value 0,0001), and sepsis (RR 5,32, p value 0,001) are independent and strong risk factors for incidence of AKI in patients which in care at ICU RSUP dr Sardjito. Hypovolemia, nefrotoxic agents, and age more than 60 years old are also risk factors for AKI. Diabetes mellitus with no complication and cardiac surgery are not risk factors for AKI. Conclusion. Hypotension, severe eclampsy, and sepsis are independent and strong risk factors for incidence of AKI in patients which in care at ICU RSUP dr Sardjito. Hypovolemia, nefrotoxic agents, and age more than 60 years old are also risk factors for AKI. Diabetes mellitus with no complication and cardiac surgery are not risk factors for AKI. Key words : Risk f actor, AKI, ICU patients PENDAHULUAN Angka kejadian AKI di negara berkembang berbeda dengan negara maju. Di negara maju AKI biasanya terjadi pada usia lanjut dan paska operasi jantung, sedang di negara berkembang lebih sering terjadi pada usia muda atau anak-anak dan etiologinya biasanya dehidrasi, infeksi, toksik, atau kasus obstetrik (1). Angka kejadian AKI yang terjadi di RS di negara maju yang dilaporkan jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara berkembang. Angka kejadian AKI yang lebih rendah pada negara berkembang berkaitan dengan pencatatan dan pelaporan yang belum sempurna (2). Rerata kejadian AKI pada pasien dengan kondisi kritis yang dijelaskan pada beberapa literatur bervariasi antara 1.1% sampai 31%, hal ini tergantung pada definisi yang digunakan dan populasi yang terlibat pada masing-masing penelitian. Episode AKI pada pasien dengan kondisi kritis lebih dari 90% disebabkan oleh iskemia, bahan toksik, atau kombinasi keduanya. Terdapat beberapa penyebab AKI, diantaranya akibat sumbatan aliran saluran kemih, nefritis tubulointerstisial akut, glomerulonefritis akut, dan ateroemboli (3). Berdasarkan penelitian multisenter yang dilakukan Liano dkk di Madrid, Spanyol pada tahun 1991-1992 dilaporkan kasus AKI sebanyak 784 kasus dan sebanyak 33,8% diantaranya terjadi di ICU dengan jenis terbanyak adalah renal (acute tubular necrosis) yaitu sebanyak 75,9%. Penyebab AKI yang dirawat di ICU antara lain sepsis (35,4%), medikal (35,4%), paska tindakan bedah (24,5%), dan toksik (31,3%). Angka kejadian dan etiologi pasien AKI yang dirawat di ICU di negara berkembang agak berbeda. Kejadian GGA yang terjadi dinegara berkembang umumnya terjadi pada usia rata rata 45 tahun dengan etiologi terbanyak adalah sepsis(41,5%), pneumonia (13%), leptospirosis (11,6%), meningitis (8,2%), dan tetanus (5,4%) (4). Penelitian yang dilakukan di Bandung, Indonesia, melaporkan angka kejadian sebesar 34% ditemukan di ruang rawat intensif. Etiologi yang terbanyak ditemukan antara lain hipovolemia (64,5%), septikemia (15,4%), toksisitas obat (11,8%), demam berdarah dengue (3,5%), dan keracunan jengkol (2,4%). Penelitian yang dilakukan di Surabaya ditemukan AKI sekunder akibat kondisi klinik lain sebesar 90%. Penelitian retrospektif yang dilakukan Roesli dkk pada tahun 2007 ditemukan bahwa hampir semua pasien yang dikonsulkan sudah dalam kondisi failure berdasarkan kriteria RIFLE yaitu diuresis < 0,3 cc/ kgbb/jam atau anuria dan memerlukan terapi dialisis. Penyakit dasar pasien yang yang dirawat di ICU adalah sepsis/multi organ failure (MOF) (42%), gangguan jantung (28%), paska operasi (16%), luka bakar dan gastroenteritis (6%) (5). AKI yang terjadi di komunitas sebagian besar etiologinya adalah gangguan perfusi renal akibat penurunan volume cairan tubuh diantaranya karena dehidrasi atau gangguan kardiovaskuler. Pada AKI seperti ini angka kematiannya kurang dari 10% dan 90% kasus fungsi ginjal akan akan kembali normal. Sementara di pihak lain, angka kematian pasien AKI di RS masih tetap tinggi, yaitu sekitar 30-50% pada pasien yang dirawat dibangsal biasa tetapi dapat mencapai 70-80% pada pasien yang dirawat di ruang intensif. Penyebab kematian tertinggi pada AKI biasanya adalah infeksi dan 12

Faktor - Faktor Risiko Terjadinya AKI (Acute Kidney Injury) pada Pasien... sepsis (75%), sedangkan komplikasi kardiopulmonal merupakan penyebab kematian kedua (6,7). Atas beberapa dasar latar belakang inilah peneliti ingin melakukan penelitian faktor faktor risiko apa saja yang membuat pasien mengalami AKI di ICU Dr.Sardjito Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa Sepsis, Hipovolemia, Hipotensi, Operasi jantung, DM, Usia > 60 tahun, penggunaan obat nefrotoksik, Gagal jantung kongestif dan pre eklampsi berat merupakan faktor risiko terjadinya acute kidney injury (AKI) pada pasien yang dirawat di ICU RSUP dr.sardjito. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kohort retrospektif yang akan menilai 9 faktor risiko terjadinya AKI di ICU RSUP dr Sardjito. Penelitian ini dilaksanakan setelah mendapat rekomendasi dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan dilakukan di Instalasi Catatan Medik RSUP dr. Sardjito Yogyakarta dengan mencari data pasien yang dirawat di ICU dimulai bulan januari sampai dengan maret 2013. Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang berumur 18 tahun lebih, pasien yang dirawat di ICU RSUP dr. Sardjito, dan pasien dengan data lengkap. Sedangkan untuk kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien yang sudah tegak dengan diagnosis chronic kidney disease (CKD) baik yang sudah menjalani hemodialisa rutin maupun yang masih menjalani terapi konservatif, pasien yang sudah pernah menjalani operasi ginjal atau saluran kemih termasuk operasi BPH dan pasien DM yang sudah mengalami salah satu atau lebih komplikasi kronik. Data dimasukkan dalam sistem SPSS Statistics 19. Analisa data untuk mencari risiko relatif (RR) untuk menilai prediktor terjadinya AKI. Dan terakhir dilakukan pembahasan dan pelaporan. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian Data Demografi Subjek Penelitian 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Lama perawatan Kurang dari 5 hari Lebih dari 5 hari 3. Kondisi keluar ICU Pindah bangsal Meninggal 4. Prevalensi AKI AKI 5. Tipe AKI Risk Injury Failure 6. Faktor risiko Subjek dengan faktor risiko Subjek tanpa faktor risiko 7. Jumlah faktor risiko 1-2 faktor risiko >2 faktor risiko Tanpa faktor risiko 8. Sepsis 9. Hipotensi 10. Hipovolemia 11. Operasi jantung 12. Diabetes Melitus 13. Nefrotoksik 14. PEB 15. Kelompok usia <60 tahun >60 tahun 45 76 89 32 95 26 50 71 31 13 6 71 76 45 55 21 45 50 71 24 97 23 98 12 109 7 114 2 119 19 102 98 23 Frekuensi Persentase 37.2 62.8 73.6 26.4 78.5 21.5 41.3 58.7 25.6 10.7 5.0 58.7 62.8 37.2 45.5 17.4 37.2 41.3 58.7 19.8 80.2 19.0 81.0 9.9 90.1 5.8 94.2 1.7 98.3 15.7 84.3 81.0 19.0 13

Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015 Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian AKI Data Pasien 1. Sepsis 2. Hipovolemia 3. Hipotensi 4. Operasi Jantung 5. Diabetes Melitus 6. Obat nefrotoksik 7. PEB 8. CHF 9. Kelompok usia <60 tahun >60 tahun 10. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 11. Lama perawatan < 5 hari 5 hari AKI 33 orang (66) 17 orang (24) 20 orang (87) 30 orang (31) 22 orang (92) 28 orang (29) 1 orang (8) 49 orang (45) 3 orang (43) 47 orang (41) 2 orang (100) 48 orang (40) 15 orang (80) 35 orang (34) ada (0) (41) 35 orang (36) 15 orang (65) 19 orang (42) 31 orang (41) 30 orang (34) 20 orang (62) 17 orang (34) 54 orang (76) 3 orang (13) 68 orang (69) 2 orang (8) 69 orang (71) 11 orang (92) 60 orang (55) 4 orang (57) 67 orang (59) ada (0) (60) 4 orang (20) 67 orang (66) ada (0) (59) 63 orang (64) 8 orang (35) 26 orang (58) 45 orang (59) 59 orang (66) 12 orang (38) 23 orang 98 orang 24 orang 97 orang 12 orang 109 orang 7 orang 114 orang 2 orang 119 orang 19 orang 102 orang ada 98 orang 23 orang 45 orang 76 orang 89 orang 32 orang Data Pasien 12. Luaran klinis Pindah bangsal Meninggal Faktor risiko Ada Jumlah faktor risiko 1-2 faktor risiko > 2 faktor risiko Tanpa faktor risiko Komponen faktor risiko 1. Hipotensi 2. Hipovolemia 3. Faktor risiko > 2 / 2 4. PEB 5. Nefrotoksik 6. Sepsis 7. Kelompok usia 60 th/< 60 th 8. Lama Perawatan 5 hr/< 5 hr 9. Jenis Kelamin L/P 10. Diabetes Melitus 11. Operasi jantung AKI 28 orang (29) 22 orang (85) 44 orang (58) 6 orang (13) 24 orang (44) 20 orang (95) 6 orang (13) 67 orang (71) 4 orang (15) 32 orang (42) 39 orang (87) 31 orang (56) 1 orang (5) 39 orang (87) Tabel 3. Analisa Univariat RR 8.53 5.32 4.34 3.12 2.47 2.23 1.84 1.76 1.03 1.02 0.60 P Value 0.16 0.01 0.005 0.87 1.00 0.007 95 orang 26 orang 76 orang 45 orang 55 orang 21 orang 45 orang 95% Confidence Interval 2.25 32.37 1.83 15.40 2.01 9.37 1.29 7.53 1.99 3.08 1.48 3.36 1.03 3.29 1.10 2.83 0.66-1.60 0.53 1.98 0.47 0.76 Penelitian kohort ini meneliti sembilan faktor risiko yang diduga berperan dalam kejadian AKI pada pasien yang dirawat di ICU. Analisa multivariat dilakukan pada penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko yang paling berperan dan secara independen dalam menyebabkan AKI. Analisa multivariat pada penelitian ini menggunakan model stepwise regression logistic. Berdasarkan hasil analisa multivariat didapatkan tiga faktor risiko yang berperan penting dan secara independen berperan dalam terjadinya AKI pada pasien yang dirawat di ICU. 14

Faktor - Faktor Risiko Terjadinya AKI (Acute Kidney Injury) pada Pasien... Komponen faktor risiko 1. Sepsis 2. PEB 3. Hipotensi Tabel 4. Analisa Multivariat RR 5.32 15.85 18.46 P Value 0.001 95% Confidence Interval 1.90 14.86 3.97 63.30 3.67 92.76 Hipotensi merupakan faktor risiko yang paling penting dalam menyebabkan AKI pada penelitian ini. Berdasarkan analisa multivariat didapatkan RR sebesar 18,46 dengan nilai p sebesar 0,0001 (bermakna secara statistik). Pasien dengan PEB juga memiliki faktor risiko lima belas kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa PEB dan faktor risiko lainnya, hal ini dilihat dari nilai RR sebesar 15,85 dengan nilai p sebesar 0,0001. Sepsis menempati urutan ketiga dari ketiga faktor risiko penting yang berperan penting dalam menyebabkan AKI dengan nilai RR sebesar 5,32 dan bermakna secara statistik dengan nilai p 0,0001. PEMBAHASAN Berdasarkan data subjek penelitian didapatkan bahwa tidak semua pasien yang memiliki faktor risiko akan jatuh dalam kondisi AKI dan sebaliknya pasien yang tidak memiliki faktor risiko ada juga yang jatuh kedalam kondisi AKI. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa perdarahan di bidang ginekologi, perdarahan saluran cerna, sepsis, syok, infeksi, penggunaan kontras, dan toksisitas obat berkaitan dengan risiko terjadinya AKI. Selain itu hipotensi dan hipovolemia juga berkontribusi dalam peningkatan risiko terjadinya AKI (8). Pada penelitian ini didapatkan bahwa laki-laki memiliki risiko yang sama mengalami kejadian AKI dibandingkan perempuan, tetapi hal ini tidak bermakna secara statistik. Pasien yang menjalani perawatan lebih dari lima hari memiliki risiko hampir dua kali lebih tinggi dalam kejadian AKI jika dibandingkan dengan pasien yang dirawat kurang dari lima hari (RR: 1,76, nilai p 0,005 dan 95% CI 1,10 2,83). Lama perawatan memang berhubungan dengan risiko terjadinya AKI, hal ini juga dijelaskan oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Piccini dan kawan-kawan bahwa kejadian AKI meningkat dengan lama perawatan diatas lima hari. Berdasarkan sembilan faktor risiko yang khusus diteliti pada penelitian kohort ini ditemukan bahwa hipotensi merupakan faktor risiko yang paling kuat dalam menyebabkan AKI dengan RR 18,46 dengan nilai p sebesar 0,0001. Pasien yang hipovolemia memiliki risiko terjadinya AKI sekitar lima kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami hipovolemia selama perawatan. Pasien PEB memiliki risiko tiga kali lebih besar untuk kejadian AKI dan bermakna secara statistik. Sepsis juga merupakan faktor risiko yang penting dalam menyebabkan terjadinya AKI dengan RR sebesar 2,23 dengan nilai p sebesar 0,0001. Pasien yang dirawat di ICU yang menggunakan obat-obatan nefrotoksik mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk mengalami kejadian AKI dengan RR sebesar 2,47 tetapi tidak bermakna secara statistik. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini sesuai dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Moffett dan Goldstein didapatkan bahwa penggunaan obatobatan nefrotoksik meningkatkan risiko terjadinya AKI. Risiko terjadinya AKI akibat penggunaan obat-obatan ini bervariasi. Penggunaan amikasin meningkatkan risiko terjadinya AKI dengan RR 1,7 dan penggunaan gentamisin meningkatkan risiko terjadinya AKI hampir dua kali lebih tinggi (9). Berbagai tindakan bedah juga dapat diikuti komplikasi AKI. Angka kejadian AKI peri operatif yang tertinggi terjadi pada operasi kardiovaskuler (68,8%), kemudian diikuti secara berurutan oleh bedah umum (19,6%), hepatobilier (7,8%), dan bedah saraf (3,9%). Angka kematian mencapai 45,1%. Angka kematian paska operasi jantung berkisar antara 2-8% dan bila disertai AKI mencapai 60-70% (2). Pada penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang menjalani operasi jantung memiliki risiko kejadian AKI yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menjalani operasi jantung, hal ini terlihat pada analisa statistik dengan nilai RR 0,60. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya dan kemungkinan hal ini disebabkan oleh jumlah subjek penelitian yang menjalani operasi jantung sangat sedikit sehingga 15

Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 2, Maret 2015 mempengaruhi dalam analisa statistik. Diabetes melitus bukan merupakan faktor risiko yang penting dalam menyebabkan AKI dalam penelitian ini. Pasien dengan DM memiliki risiko terjadinya AKI yang sama besarnya dengan pasien tanpa DM, hal ini berdasarkan analisa univariat yang didapatkan nilai RR 1,02 dan nilai p sebesar 1,00. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa DM merupakan salah satu faktor risiko terjadinya AKI dengan OR 2,31 (P = 0,074) (10). Hal ini terjadi karena subjek penelitian DM yang terlibat dalam penelitian hanya sedikit dengan perbandingan antara pasien yang memiliki diagnosis DM dan tidak DM sangat besar sehingga mempengaruhi dalam analisa statistik. Hipotensi merupakan faktor risiko yang paling penting dalam menyebabkan AKI pada penelitian ini. Berdasarkan analisa multivariat didapatkan nilai RR sebesar 18,46 (P = 0,0001). Hal ini menunjukkan bahwa hipotensi merupakan faktor risiko yang paling kuat dalam menyebabkan AKI diantara sembilan faktor risiko yang diteliti pada penelitian ini. Pasien yang dirawat di ICU yang mengalami periode hipotensi akan memiliki risiko sebesar delapan belas kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami hipotensi dan faktor risiko lainnya. Hasil ini lebih tinggi dari hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oliveira dan kawankawan didapatkan bahwa hipotensi meningkatkan risiko hampir dua kali lipat dalam menyebabkan AKI dengan OR : 1,83 (P = 0,012). Pasien dengan PEB juga memiliki faktor risiko lima belas kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa PEB dan faktor risiko lainnya, hal ini dilihat dari nilai RR sebesar 15,85 dengan nilai p sebesar 0,0001. Sepsis menempati urutan ketiga dari ketiga faktor risiko penting yang berperan penting dalam menyebabkan AKI dengan nilai RR sebesar 5,32 dan bermakna secara statistik dengan nilai p 0,0001. Penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya. Sedangkan pasien dengan gagal jantung kongestif tidak ada ditemukan dalam pengambilan sample selama tiga bulan di ICU, maka untuk kasus ini tidak bisa dilakukan pengolahan data. Keterbatasan pada penelitian ini yaitu jumlah data yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan penelitian - penelitian sebelumnya. Jumlah subjek penelitian sangat berkaitan dengan hasil penelitian dan validitasnya karena semakin banyak dan homogen kondisi subjek penelitian maka hasil penelitian akan lebih baik, representatif serta aplikatif sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan menggambarkan populasi yang sebenarnya karena jumlah data yang memadai. Hasil penelitian yang didapatkan dari populasi yang representatif lebih dapat diaplikasikan pada populasi penelitian. Selain itu, data umur pasien yang terlibat dalam penelitian tidak terdistribusi dengan normal, sehingga juga berpengaruh terhadap kejadian AKI. Penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa umur berperan dalam kejadian AKI. Umur subjek penelitian sebarannya tidak terdistribusi dengan normal, hal ini bisa dilihat pada analisa statistik dimana didapatkan rata-rata usia 43 tahun dengan standar deviasi ± 16,8 dengan nilai p sebesar 0,001. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa hipotensi, PEB, dan sepsis merupakan faktor risiko yang paling kuat dan secara independen dapat menyebabkan terjadinya AKI pada pasien yang dirawat di ICU RSUP dr Sardjito. Faktor risiko yang juga mempengaruhi terjadinya AKI yaitu hipovolemia, penggunaan obat nefrotoksik, dan usia lebih dari 60 tahun, sedangkan DM tanpa komplikasi dan operasi jantung bukan merupakan faktor risiko AKI. SARAN Lebih meningkatkan kewaspadaan pada pasien pasien dengan faktor risiko terutama hipotensi, PEB dan sepsis, dimana diharapkan akan dapat mendiagnosa lebih dini dan melakukan penatalaksaan lebih awal pada pasien pasien yang memiliki risiko terjadinya AKI. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan subjek penelitian yang lebih banyak serta dilakukan matching antara kelompok yang memiliki faktor risiko dan kelompok kontrol yang tanpa faktor risiko sehingga mendapatkan hasil penelitian yang 16

Faktor - Faktor Risiko Terjadinya AKI (Acute Kidney Injury) pada Pasien... lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Cerda J, Lamiere N, Eggers P, Pannu N, Uchino S, Wang H, Bagga A. Epidemiology of acute kidney injury. Clin J Am Soc Nephrol. 2008;3:881-886. 2. Chang TJ, Jung HK. Prognostic factors of postoperatif acute renal failure. Dial Transplant. 1999;28(1):11-17. 3. Hoste EA, Clermont G, Kersten A, Venkatarman R, Angus DC, Bacquer DD, Kellum JA. RIFLE criteria for acute kidney injury are associated with hospital mortality in critically ill patients. A cohort-analysis. Crit Care. 2006;10:R73-R83. 4. Daber ED, Marques CN, Lima RSA. Acute kidney injury in an infectious disease intensive care unit. An assesment of prognostic doctors. Swiss Med Weekly. 2008;138:128-133. 5. Roesli R, Kriteria RIFLE: cara yang mudah dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosis dini dan memprediksi prognosis GGA. Majalah Ginjal dan Hipertensi. 2007;7 6. Chertow GM, Soroko SH, Paganini EP, Cho KC, Himmelfarb J, Iklizer TA. Mortality after acute renal failure: models for prognostic stratification and risk adjustment. Kidney Int. 2006;70:1120-1126. 7. Ricci Z, Ronco C, D Amico G, Cruz D. Practice patterns in the management of acute ranal failure in the critically ill patient: an international survey. Nephrol Dial Transplant. 2006;21:690-696. 8. Uchino S, Kellum JA, Bellomo R. Acute renal failure in critically ill patients: a multinational, multicenter study. JAMA. 2005;294:813-818 9. Waikar SS, Curhan GC, Wald R, McCarthy EP, Chertow GM. Declining mortality in patients with acute renal failure. J Am Soc Nephrol. 2006;17:1143-1150. 10. Hsu CY, McCulloch CE, Fan D, Ordonez JD, Chertow GM, Go AS. Community-based incidence of acute renal failure. Kidney int. 2007;72:208-212 17