BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah Lansia membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah Lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun mentalnya dan hal ini tidak terlepas dari masalah ekonomi, sosial dan budaya, sehingga perlu adanya peran serta keluarga dan adanya peran sosial dalam penanganannya. Menurunnya fungsi berbagai organ Lansia menjadi rentan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ada kecenderungan terjadi penyakit degeneratif, penyakit metabolik, gangguan psikososial dan penyakit infeksi meningkat (Nugroho, 2000). Menurut prediksi World Health Organization (WHO), lebih dari dua pertiga kematian di negara sedang berkembang disebabkan oleh proses degeneratif yang dihubungkan dengan penyakit tidak menular. Penyakit tersebut merupakan penyakit kronis yang sering menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). Penyakit kronis yang sering diderita oleh Lansia di seluruh dunia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, diabetes, kanker, penyakit paru-paru, arthritis, arteriosklerosis, demensia, depresi dan gangguan penglihatan. Disabilitas mengakibatkan para Lansia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari (WHO, 1998:1). Penyakit degeneratif mempunyai penyebab dan selalu berhubungan dengan faktor risiko yang biasanya lebih dari satu yang bekerjasama menimbulkan penyakit degeneratif. Beberapa faktor risiko melalui suatu core dapat menyebabkan penyakit degeneratif tertentu (Darmojo, 2002:56-61). 1
2 Penyakit degeneratif sendiri dapat merupakan faktor risiko penyakit degeneratif yang lain, misalnya penyakit jantung dan hipertensi merupakan faktor risiko stroke. Melihat banyaknya faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit degeneratif maka dapat dimengerti bahwa untuk menjadi healthy aging harus dimulai sejak usia muda/produktif dan bukan merupakan keadaan sesaat. Untuk dapat mencapai keadaan healthy aging tersebut pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya penyakit (Kamso, 2002:56). Penyakit utama pada kelompok Lansia di Indonesia adalah penyakit tulang dan sendi, kardiovaskuler, infeksi saluran pernapasan dan gangguan metabolisme. Data di rumah sakit maupun di masyarakat menunjukkan penyakit kardiovaskuler yang terdiri dari penyakit jantung koroner, penyakit jantung hipertensi dan stroke adalah penyebab utama kematian pada kelompok Lansia (Kamso, 2002:55). Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit kardiovaskuler adalah gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia). Dislipidemia adalah gangguan /perubahan pada kadar lemak dalam darah. Gangguan itu dapat berupa peningkatan kadar total kolesterol atau hiperkolesterolemia, penurunan kadar High Density Lipoprotein (HDL), peningkatan kadar Low Density Lipoprotein (LDL), atau peningkatan kadar trigliserida dalam darah (hipertrigliserida). Pada dasarnya, kontrol terhadap dislipidemia akan mencegah atau mengurangi kejadian penyakit kardiovaskuler (Marmot, 1993: 342). Penyebab utama dari kelainan lemak dalam darah adalah pola asupan makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan karbohidrat sederhana seperti gula, sirup, madu, tepung, dan kurangnya konsumsi serat. Selain diakibatkan faktor eksternal tersebut dislipidemia juga diakibatkan karena efek samping dari beberapa penyakit seperti diabetes, gagal ginjal kronis, sindroma nefrotik,
3 hipotoroidisme, dan beberapa keadaan lain seperti kehamilan dan konsumsi alkohol (Sunu, 2011:1). Sebuah penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menyebutkan bahwa dislipidemia tidak bisa dikenali dari gemuk atau tidaknya seseorang, tidak semua penderita dislipidemia merupakan orang yang berbadan gemuk bahkan beberapa diantaranya mempunyai berat badan yang ideal. Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak hanya orang gemuk yang mempunyai resiko penyakit jantung koroner, namun individu dengan berat badan ideal pun bisa mempunyai resiko terkena penyakit kardiovaskuler (Sunu, 2011:1). Penelitian Monica di Jakarta (1988) menunjukkan bahwa kadar rata-rata kolesterol total pada wanita adalah 206.6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun 1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria. Di beberapa daerah nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985): 195 mg/dl, Ujung Pandang (1990): 219 mg/dl dan Malang (1994): 206 mg/dl. Apabila dipakai batas kadar kolesterol > 250 mg/dl sebagai batasan hiperkolesterolemia maka pada penelitian Monica yang pertama terdapatlah hiperkolesterolemia 13.4 % untuk wanita dan 11,4 % untuk pria. Pada penelitian Monica yang kedua hiperkolesterolemia terdapat pada 16,2 % untuk wanita dan 14 % pria. Hal ini menunjukkan bahwa displidemia merupakan penyebab penyakit jantung (Anwar, 2004:1). Penelitian Whitehall Civil Servants pads 18-240 laki antara umur 40-64 tahun mendapatkan hubungan antara miokard iskemik, faktor resiko dan kematian akibat PJK. Faktor resiko PJK yang utama adalah : Hipertensi, Hiperkolesterolemia, dan merokok. Ketiga faktor ini saling mempengaruhi dan memperkuat resiko PJK akan tetapi dapat diperbaiki dan bersifat reversibel bila upaya pencegahan betul-betul dilaksanakan (Bahri, 2001:1).
4 Penelitian ini difokuskan pada faktor resiko yaitu dislipidemia, merokok dan riwayat hipertensi dengan kejadian penyakit degeneratif yaitu penyakit kardiovaskuler pada Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam di Rs. Dr Kariadi Semarang. Tingginya proporsi penyakit kardiovaskuler di Rs. Dr Kariadi Semarang diperkirakan berkaitan dengan tingginya prevalensi dislipidemia. Hasil studi awal menunjukkan bahwa pada bulan Oktober 2011 sebanyak 10 Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam terkena penyakit jantung, 6 diantaranya diakibatkan oleh displidemia, sedangkan sisanya diakibatkan oleh faktor resiko yang lain yaitu merokok dan riwayat hipertensi. Melalui studi ini diharapkan diketahuinya hubungan dislipidemia, merokok dan riwayat hipertensi terhadap kejadian penyakit jantung koroner di Rs. Dr Kariadi Semarang, sehingga upaya pencegahan terjadinya penyakit kardiovaskuler yang dilakukan akan lebih rasional. B. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara faktor resiko (dislipidemia, merokok dan hipertensi) dengan kejadian penyakit jantung koroner pada Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor resiko kejadian penyakit jantung koroner pada Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam RS. Dr Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan kejadian dislipidemia pada Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang.
5 b. Mendeskripsikan kebiasaan merokok pada Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang. c. Mendeskripsikan kejadian hipertensi pada Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang. d. Mendeskripsikan kejadian penyakit jantung koroner pada Lansia di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang. e. Menganalisis hubungan displidemia dengan penyakit jantung koroner. f. Menganalisis hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner. g. Menganalisis hubungan hipertensi dengan penyakit jantung koroner. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Mengetahui dengan lebih jelas tentang penelitian yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner pada Lansia berdasarkan beberapa faktor penyebabnya sehingga dapat dijadikan informasi untuk pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 2. Bagi Masyarakat Agar dapat mengetahui dengan lebih jelas faktor penyebab penyakit jantung koroner sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan agar tidak mengalami kejadian atau dapat mengurangi keparahan. 3. Bagi Perawat di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang Agar dapat mengambil langkah-langkah tepat dan bijaksana dalam memberikan metode perawatan pasien Lansia penderita jantung koroner pada yang ada di Instalasi Geriatri dan ruang Penyakit Dalam Rs. Dr Kariadi Semarang.