KASEPUHAN SOBANG ANTARA DINAMIKA MASYARAKA TRADISIONAL DAN BUDAYA ADAT LELUHUR Oleh : Aminah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai pemilik peradaban memberikan sebuah gambaran dari dinamika kehidupan manusia yang heterogen juga berdampak kepada sistem kemasyarakatan yang terbentuk secara alami di dalam ruang lingkup masyarakat. Hal ini yang mempengaruhi adanya ragam budaya di dalam kehidupan masyarakat sosial seperti dalam masyarakat Sobang. Masyarakat Sobang merupakan salah satu sinergi kebudayaan antara masyarakat muslim dengan corak budaya sistim masyarakat kasepuhan. Hal ini banyak di pengaruhi oleh seorang yang membawa kebudayaan baru yang bernama Olot Sarmali, Olot Sarmali ini seorang yang di sebut kasepuhan sobang. Hal ini di karenakan kasepuhan Sobang terpisah dari kaolotan ( Baduy). Sehingga sobang memberikan ciri has sebuah komunitas kehidupan masyarakat yang menganut sistem kemasyarakatan yang menbentuk sebuah komunitas muslim dan hal ini yang membedakan antara kaolotan dan kasepuhan. Masyarakat sobang memiliki kepercayaan tinggi terhadap warisan leluhurnya seperti: Asup Leweng, ngubaran, mapag pare beukah, beberes, mipit, ngadikeun,seren Tahun,ngajiwa, Ngunjal, Ngarengkong. Pengyaan kebudayaan ini di pengaruhi oleh
budaya leluhur Sobang yaitu sebuah kebudayan yang menganut tradisi islam sehingga dengan turun temurun kebudyaan ini di wariskan melalui tradisi kasepuhan. dari kasepuhan pertama sampa kasepuhan terakhir (sekarang) Abah Aden masih tetap melaksanakan ritual keagamaan seoerti pada saat sobang di pegang oleh Olot Sarmali pada tradisi ini Sobang hampir tidak memiliki interaksi budaya lain dengan perkembangan kebudayaan luar. Hanya saja Sobang tidak menutup diri dari pengaruh luar seperti adanya kemajuan teknologi, kemajuan tehnologi ini memberikan dampak positif terhadap perkembangan kasepuhan sobang di antaranya akses jalan yang terbuka luar sehingga memidahkan masyarakat luar yang ingin mengunjungi atau para peneliti untuk meneliti ragam budaya di kasepuhan sobang Melihat dari latar belakang di atas maka penulis menarik judul KASEPUHAN SOBANG ANTARA DINAMIKA MASYARAKAT TRADISIONAL DAN BUDAYA ADAT LELUH
BAB II KASEPUHAN SOBANG ANTARA DINAMIKA MASYARAKAT TRADISIONAL DAN BUDAYA ADAT LELUHUR Masyarakat kampung pasir Eurih Merupakan salah satu masyarakat adat yang yang menganut suatu tradisi kasepuhan. menurut kusnaka,1992 dalam Saptariani,2003 tradisi kaspuhan adalah suatu tradisi masyarakat yang bertumpu pada Ekoreligi padi,di mana padi merupakan tanaman pokok yang di percaya sebagai titisan dewi sri. Yang memberikan kemakmuran dalam memenui kebutuhan hidup. Awal berdirinya kasepuhan pasir eurih dari hasil Wawanara yang di lakukan, masyarakat kasepuhan tidak mengetahui tahun berapa kasepuhan ini berdiri,akan tetapi regenerasi yang sudah ada,kasepuhan pasir eurih sudah mengalami 6 (enam) regenerasi di antaranya Oyot Sarmali,Abah Murja,Abah Murta,Abah Jasura,Abah Epeng,dan Abah Aden (sekarang). Di lihat dari kebudayaan yang di hasilkan sejarah masyarakat kasepuhan pasir eurih apabila di kaitkan dengan sejarah masyarakat kasepuhan yang lainnya yang berada di dalam kawasan gunung halimun hampir sama. Menurut pengakuan mereka,masyarakat kasepuhan pasir eurih merupakan keturunan kerajaan sunda Hindu pakuan pajajaran(keturunan prabu siliwangi), kurang lebih 600 thn yang lalu, para tentara kesultanan Banten menyerang kerajaan sunda Hindu Pakuan-pajajaran yang berpusat di daerah Bogor sekarang, selanjutnya mereka hidup di wilayah perbatasan bogor-sukabumi-lebak, tersebar di kecamatan jasinga(kampung Gajrug,Sajira,Guradong),kecamatan Bayah (Tegal lumbu, ci carucub,ci sungsan,cisimeut,sirnagalih,ci kadu,ci torek), kecamatan ci gudeg(urug,pabuaran,ci patat kolot)dan ci solok(sepanjang sungai ci bareno girang) dan kecamatan sobang(pasir eurih,ci bece dan ci beas) Kebenaran dari kisah itu, memang sulit untuk di buktikan oleh karena belim ada data tertulis, atau semacam Prasasti yang menjadi pembuktiannya, dan kenyakinan yang telah
terinteranisasi di dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan kuatnya integritas komunitas tersebut. 2. Karakteristik Masyarakat Adat Kasepuhan Pasir Eurih Masyarakat adat kasepuhan kampung pasir eurih, secara sosial mempunyai hubungan kekeluargaan jiwa kegotong royongan yang masih kuat, contoh kecil yang dapat di lihat adalah dari kegiatan menanam dan memanen padi yang di lakukan masyarakat yaitu ada sistem sosial bagi hasil (nepak) yakni sistem bagi hasil pada tetangga atau kerabat yang ikut berkontribusi pada tahapan menanam padi (tandur) yakni 5: 1. Selain itu dalam bidang budaya tradisi seren tahun ( serah tahun) yang biasa di laksanakan setahun sekali masih di laksanakan. Seren tahun adalah upacara tradisional yang berarti menyerahkan hasil bumi berupa padi dalam kurun waktu satu tahun kepada sesepuh adat untuk di simpan dalam lumbung kasepuhan (Leuit) untuk di pergunakan kembali bagi kepentingan masyarakat untuk keperluan bibit dan untuk menaggulangi kebutuhan masyarakat ketika musim paceklik. Dari hal ini saja dapat terlihat semangat gotong-royong masyarakat kasepuhan yang merupakan ciri dari masyarakat kasepuhan/adat. 3. Kebudayaan Masyarakat Adat K asepuhan Pasir Eurih 1.DEFINISI MENURUT ANTROPOLOGI Menurut para ahli biologi manusia adalah salah satu di antara hampir hampir sejuta jenis mahlik lain yang hidupnya di alam dunia ini,yang terdiri dari mahluk-mahluk lain yang hidup di alam dunia ini,ragawinya,seperti misalnya protozoa,hingga jenis mahluk yang sangat kompleks,yaitu Primat.Namun di antara semua mahluk itu manusia memiliki keunggulan,yaitu kebudayaan yang memungkinkan hidup di segala macam lingkungan alam,sehingga ia menjadi mahluk yang paling berkuasa di mana pun ia berada. Walaupun demikian, segala kemampuan manusia itu tidak merupakan bawaan dari alam(yang juga di namakan naluri karena sudah terpogram di dalam gennya,seperti halnya pada hewan ), tetapi harus di kuasai dengan belajar dan menggunakan akalnya. Kebudayaan (cultural) dalam arti luas merupakan kreativitas manusia yang mencakup cipta, rasa dan karsa dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia akan
selalu melakukan kreativitas (dalam arti luas) untuk memenuhi kebutuhannya (biologis,sosiologis, psikologis) yang di seimbangkan dengan tantangan,ancaman,gangguan hambatan dari lingkungan alam yang sosialnya.(koentjaraningrat,1974 dalam gumelar,2006) Lebih lanjut Koentjaraningrat (1974) dalam Gumelar (2006) mengatakan, kebudayaan secara garis besar terdiri atas tiga wujud. wujud pertama adalah wujud yang ideal dari kebudayaan sipatnya abstrak tidak dapat di raba lokasinya ada dalam alam pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. kebudayaan ideal ini dapat di sebut adat tata kelakuan, atau adat istiadat dalam mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdapat dari aktivitas-aktivitas manusia yang interaksi, berhubungan serta bergaul satu dengan lain menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud ketiga dari kebudayaan di sebut kebudayaan fisik, yaitu berupa seluruh total dari hasil fisik dan aktivitas perbuatan dan karya manusia. Kebudayaan masyarakat adat pasir eurih sama halnya dengan uraian di atas, hukum adat, agama serta kepercayaan yang di anutnya mempunyai peranan tersendiri. Dalam mengatur kehidupan masyarakat baik itu individu maupun kelompok. Dalam Kebudayan Adat masyarakat kampung pasir eurih mempunyai kebudayaan khusus di antaranya di adakannya setiap bulan sekali pada tanggal 14 bertepatan dengan datangnya bulan purnama para baris kolot mengadakan acara dongeng/cerita pada masa nenek moyang zaman dulu, dongeng ini di adakannya satu bulan sekali yang di laksanakan di rumah kasepuhan pada malam hari, semua pegawai kasepuhan wajib menghadiri acara tersebut untuk memahami isi Dongeng/cerita tersebut.kebiasaan masyarakat kampung pasir eurih pada acara Dongeng tersebut suka di sediakannya pisang emas sebagai kewajiban dari keturunan nenek moyang dulu untuk penyediaan orang-orang yang ikut parsitipasi menghadiri Dongeng tersebut. Kemudian kebudayaan masyarakat kampung pasir Eurih kalau sudah bertepatan dengan awal bulan muharam masyarakat adat kasepuhan pasir eurih mengadakan acara yang di namakan ngajiwa. Ngajiwa adalah dalam arti mengumpulkan dana untuk acara seren tahun, semua warga masyarakat adat kasepuhan kampung pasir eurih, para ibu-ibu biasanya suka membawa sepiring nasi dan uang seikhlasnya ke rumah kasepuhan. pada malam harinya
semua warga di kumpulkan di rumah ksepuhan untuk acara makan hasil dari setiap rumah warga yang yang di kumpulkan ke rumah kasepuhan untuk di doa an sbgai rasa syukur kepada sang maha pencipta. Adapun uang tersebut di simpen di rumah kasepuhan untuk dana acara seren tahun yang di adakannya dalam setiap setahun sekali, uang ini di sediakan untuk kebutuhan resiko dapur dan lain sebagainya. Masyarakat adat kasepuhan ini sangat erat hubugannya dengan kekeluargaan salah satunya ketika cuaca atau keadaan tidak memungkinkan atau banyak penyakit yang datang, para baris kolot mengadakan acara ngabubur dalam arti bubur tersebut untuk di kasih do a oleh kepala adat di depan semua warga. kemudian do a tersebut di bagikan ke semua warga dan semua mahluk yang bernyawa dalam halnya yang bisa terkena penyakit untuk di cicipi. artinya untuk menjaga datangnya penyakit. Kebudayaan adat kasepuhan kampung pasir eurih ini di dalamnya mempunyai 7 rukun yang di sebut : Rukun pertama: Asup Leuweng, Asup Leuweng adalah pertama menggagarap Sawah dari setahun sekali untuk di tanam padi, acara Asup Leuweng ini, pertama para baris kolot mengambil rumput yang berguna dari gunung titipan yang di namakan (Gunung Bongkok). Kemudian rumput itu di satukan dan di beri do a oleh ketua adat dan di jadikan syarat untuk di letakan di atas pintu rumah warga. yang artinya menjaga warga dari marabahanya. dan pada hari itu juga para ibuibu membawa sepiring nasi dari setiap rumah masing-masing ke rumah kepala adat tersebut. Dan pada malam harinya semua warga di kumpulkan untuk acara makan-makan hasil dari setiap rumah warga. Rukun ke dua : Ngubaran pare yaitu ngubaran padi, (ngobati padi ) agar padi tersebut tidak terkena penyakit padi dalam arti supanya subur hasilnya. Para ibu-ibu membikin tumpeng dan cendol. pada malam harinya semua warga datang ke rumah ksepuhan untuk mengadakannya acara makan tumpeng dan menikmati minuman cendol yang di sediakan pada siang harinya, cendol
ini di buat dari beras merah. kemudian di hari berikutnya semua warga mengantarkan obat padi tersebut ke sawah untuk di jadikan salah satu syarat untuk menjaga padi. Rukun yang ke tiga : Mapag Pare Bekah yaitu syukuran atau menyambut datangnya Dewi Sri (padi).dan para ibu-ibu juga sibuk untuk membuat tumpeng, dan tumpeng itu untuk di makan oleh semua warga pada malam harinya dan bersyukur atas datangnya Rukun yang Empat : Beberes atau penutup yaitu para ibu-ibu atau kaum wanita membikin tumpeng di rumah kasepuahan sebagai ucapan atas syukurnya Karena padi sudah waktunya di panen. Rukun yang ke Lima : Mipit, Mipit adalah memotong padi atau yang pertama padinya di ambil ketika padi sudah mateng atau waktunya memanen. warga ini memotong padi dengan menggunakan ani-ani atau etem baik padi di sawah maupun padi di huma, adapun cara menanam padi di huma Ngasek adalah menanam padi, biasanya di mulai oleh peminpin adat, setelah itu di ikuti oleh para warga kasepuahan. Rukun ke enam : Ngadiukeun adalah menyimpan padi ke dalam Lumbuk atau Leuit padi untuk cadangan di masa yang akan datang. dan kalo dah waktunya datang acara seren tahun padi tersebut di ambil kembali untuk persiapan acara seren tahun. Rukun yang ke tujuh : Seren tahun, Seren tahun yaitu upacara terbesar yang di lakukan dalam setahun sekali. Upacara ini di lakukan berupa syukuran atas hasil panen yang di lakukan setahun sekali. Kegatan ini di lakukannya selama 7 hari berturut-turut atau 1 minggu. Upacara ini di lakukan secara besar-besaran dalam tradisi adat masyarakat kasepuhan pasir eurih yang di
lakukan setelah kegitan panen padi sawah atau lading sebagai ucapan rasa syukur kepada sang maha pencipta atas segala berkah yang sudah di berikan dan berharap di masa yang akan datang hasil panen akan lebih baik lagi. Prosesnya adalah sebagai berikut ; a. Upacara seren tahun di mulai dengan datangnya para baris kolot kerumah gede (Rumah adat) yang kemudian di lanjutkan dengan acara pertama yaitu jiarah ke makam (kuburan) para pemimpin-pemimpin kasepuhan zaman dulu (Nenek Moyang). Selanjutnya acara di lanjut oleh para masyarakat kasepuhan berjarah ke makam keturunan-keturunan mereka yang sudah meninggal. b. Pembacaan do a kepada sang maha pencipta atas segala berkah yang telah di berikan. pembacaan do a ini di lakukan di lakukan oleh semua warga di rumah gede dan slanjutnya acara di lanjut mendongeng (cerita) yang di lakukan oleh baris kolot tentang kehidupan para nenek moyang terdahulu dengan tujuan agar kita selaku generasi penerus dapat merenungkan dan mencontoh kehidupan nenek moyang mereka yang harmonis dan menyatu dengan alam acara ini di lakukan semalam suntuk di rumah gede. c. Acara selanjutnya yaitu menyerahkan hasil panen berupa padi yang nantinya di simpan di lumbung kasepuhan untuk di pergunakan kembali bagi kepentingan masyarakat ketika musim peceklik serta meminta do a restu kepada sesepuh adat agar panen yang akan datang bisa lebih baik lagi. d. Acara terakhir sekalipun penutup yaitu berupa hiburan kesenian tradisional untuk warga. a.bidang Kehutanan Indonesia merupakan Negara yang di berkahi dengan kekayaan alam yang sangat melimpah. Dengan 17.000 pulau yang beruntai di lintasa garis khatulistiwa, Negara ini menyimpan keanekaragaman kekayaan yang tidak terhingga. Keanekaragaman hayati yang di kandungnya membuat Indonesia di juluki sebagai Negara mega divarsiti.kendali
demikian kekayaan alam tersebut masih belum sepenuhnya di manfaatkan optimal,tetapi masih banyak yamg terbengkalai. Di tengah laju pembangunan yang sangat pesat, dan percepatan pemanfaatan kekayaan alam yang sangat tinggi, kerusakan lingkungan menjadi salah satu masalah yang sangat menonjol. Belum di ketahui dengan pasti berapa laju kehilangan keanekaragaman hayati yang di akibatkan berkurangnya hutan. Begitu juga kerugian yang di timbulkan oleh menyempitnya habitat alami karena desakan populasi manusia.salah satu yang menjadikata kunci untuk menyelamatkan itu semua adalah konservasi. Masyarakat Kasepuhan memandang hutan yang ada di sekitarnya sangat penting karena hutan sebagai penyedia sumber air yang di gunakan oleh masyarakat untuk kegiatan bertani (sawah dan kebun) dan kebutuhan sehari hari. Berdasarkan kepercayaannya,masyarakat kesepuhan Pasir Eurih membagi hutan menjadi tiga bagian yang terdiri dari Leuweng titipan (Hutan titipan), Leuweng tutupan(hutan tutupan) dah lahan garapan.leuweng titipan/hutan titipan merupakan hutan yang di percayai oleh masyarakat sebagai titipan yang Maha Agung yang wajib di jaga,sehingga tidak boleh di lakukan aktivitas apapun di dalamnya maupun tidak boleh seorangpun yang masuk ke dalamnya.leuweng tutupan atau hutan tutupan merupakan hutan hampir sama dengan hutan titipan namun boleh di manfaatkan (diambilkayunya) apabila ada keperluan seperti membuat rumah dan jumlah kayu yang boleh di ambil pun terbatas.lahan garapan merupakan lahan yang di pergunakan masyarakat untuk melakukan kegiatan berladang sebagai sumber mata pencahariannya. b. Bidang Pertanian(Ladang/Huma) Masyarakat kasepuhan mengenal dua system pertanian dalam menanam padi yaitu system pertanian padi sawah dan system pertanian padi huma. Pertama system pertanian padi sawah masyarakat lakukan sama halnya dengan system pertanian pada umumnya, namun ada yang membedakan system pertanian yang di lakukan masyarakat kasepuhan dengan masyrakat pada umumnya.sistem pertanian padi sawah yang di lakukan masyarakat ini hanya satu kali panen dalam setahun,sedangkan masyarakat
pada umumnya bisa satu sampai dua kali panen daam setahun. Dan yang ke dua system pertanian padi huma. Sistem paadi huma masyarakat kasepuhan pasir eurih melakukan kegiataannya melalui beberapa tahapan sesuai dengan adat isriadat serta kepercayaaan yang di anut di antaranya: 1. Ngasek adalah menanam padi, biasanya di mulai oleh pemimpin adat,setelah itu di ikiuti oleh warga kasepuhan. 2. Mipit adalah memotong padi atau memenen padi ketika padi telah matang dengan menggunakn ani-ani/etem, baik di lakukan di huma atau di ladang maupun di sawah. Awal kegiatan mipit di lakukan oleh ketua adat seelah itu akan di ikuti oleh ketua warga. 3. Ngayaran Ngabukti adalah memakan atau menikmati hasil panen pertama kegiatan ngayaran ngabukti ini pada umumnya di lakukan oleh kaum wanita (emak/ibu) mulai dari menuai,mengeringkan dan menumbuk padi sehinnga menjadi beras yang kemudian di masak menjadi nasi di dapur. Pada malam hari syukuran di adakan dengan mengundang warga untuk makan malam bersama-sama C.Bidang Kesenian Seni sebagai salah satu hasil karya manusia, seringkali mempunyai nasib yang sama dengan manusia yang menciptakannya tunduk kepada kaidah-kaidah kefanaan.apa yang pada masa lalu menjulang dengan dengan gemilang, hari ini atau esok bisa saja menjadi pudar dan bahkan tenggelam.walaupun beberapa kesenian ada yang berjuang kematian,namun perjalanan hidupnya juga cukup bervariataif. Tumbuh,berkembang termasuk survai suatu kesenian di dalam menghadapi goncangan perubahan akan sangat tergantung kepada para creator seni(baca;seniman ) dan juga apresiasi masyarakat pendukungnya.bisa jadi proses pewarisannya secara langsung berubah,di dalam keluarga seniman penyanggangnya,juga di dalam masyarakat luas,karena seni merupakan salah satu bentuk dari kebudayaan,dan kebudayaan adalah merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dari suatu masyarakat,maka
pasang surut punah dan tenggelamnya cirri-ciri dari suatu kelompk masyarakat.oleh karena itu,upaya-upaya pendokumentasian,pengembangan dan pembianaan kesenian tidak bolrh di pandang sebagai seni,untuk seni itu sendiri.tetapi seni untuk penilaian budaya bangsa. Di sisi lain,semakin terbukanya kehidupan masyarakat dengan dunia luar yang di cirikan dengan kemjuan dalam bidang transportasi dan kominikasi seperti internet,telah menjadi dunia tanpa batas budaya. Sama halnya dengan budaya seni masyarakat adat kasepuhan sobang,masyarakt pasir eurih memiliki budaya seni yang masih di budayakan di antaranya: Angklung adalah dalam rumpun kesenian yang menggunakan alat music dari bambu di kenal jenis kesenian yang di sebut angklung dan calung.adapun jenis bamboo yang bisa di gunakan untuk membuat kedua jenis musik tersebut adalah Awi wulung(bambu berwarna ungu kehitaman ) dan awi temen. (bamboo berwarna putih).prototipe alat music angklung dan calung mirip sama.tiap nada di hasilkan dari bunyi tabung bumbu yang terbentuk wilahan (batangan) setiap ruas dari yang berukuran kecil hingga besar.cara menabuh angklung yaitu dengan menggoyangkan sehingga menghasilkan bunya yang bergetar dalam susunan 2,3 sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Terciptanya alat music dari bamboo,seperti angklung dan calung ini,berasal dari pandangan hidup masyarakt sunda yang agrarisdengan kehidupan yang bersumber pada makanan pokok berupa padi(pare).ini melahirkan kepercayaan mitos pada nyi sri pohaci sebagai dewi padi,pemberi kehidupan(hirup-hirup). Wayang Golek adalah bentuk teater rakyat yang sangat popular. Orang sering menghubungkan kata wayang dengan (Bayang),karena pertunjukan wayang kulit yang memakai layar menimbulkan bayangan.ada wayang yang menggunakan boneka(dari kulit,di sebut wayang golek )dan ada wayang yang di mainkan oleh manusia (wayang orang/wong).dua macam wayang golek yang ada di daerah sunda ; wayang golek papak,(cepak) dan wayang golek purwa. Semua wayang kecuali wong, di mainkan oleh seorang dalang sebagai peminpin pertunjukan
yang sekaligus menyayikan suluk,menyuarkan antawacana,mengatur gamelan,mengatur lagu dan lain-lain. Jaipongan Jaipongan adalah sebuah gendra kesenian yang lahir dari kreativitas seorang seniman dari bandung,gugum Gumbira.Kepeduliannya pada kesenian rakyat, salah satunya ketuk tilu,membuat seorang Gugum Gumbira mengetahui dan mengenal betul perbendaharaan pola gerak tari tradisi yang ada pada kliningan/bajidoran atau ketuk tilu.gerak-gerak bukaan,pencungan, nibakeun dan beberapa ragam dan beberapa gerak minced dari kesenian-kesenian di atas cukup memberikan inspirasi baginya untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini di kenal dengan nama jaipongan. Rengkong adalah alat music yang di buat dari sebatang bambo dan di tumpangi 2 atau 4 seikat padi, kemudian di goyangkan dan berbunyi seni ini di gunakan biasanya ketika panen datang, untuk menyarakan hasil padi. C Upacara Adat atau tradisional Upacara terbesar yang selalu di lakukannya oleh masyarakat kasepuhan tiap tahunnya adalah upacara seren tahun.seren Tahun adalah syukuran atas hasil panen selama setahun.kegiatan ini di laksanakan selama kurang lebih 7 hari berturut-turut atau 1 minggu penuh.seren Tahun merupakan acara terbesar dalam dalam tradisi masyarakat sunda agraris yang di lakukan setelah kegiatan panen padi sawah atau ladang sebagai ucapan rasa syukur kepada sang maha pencipta atas segala berkah yang sudah di berikan dan berharap di masa yang akan datang hasil panen akan lebih baik lagi prosesnya dalah sebagai berikut: a) Upacara seren tahun di mulai dengan datangnya para baris kolot ke rumah gede(rumah Adat) yang kemudian di lanjutkan dengan acara pertama yaitu jiarah ke makam (kuburan) para pemimpin-pemimpin kasepuhan zaman dulu ( nenek moyang).selanjutnya acara di lanjutkan oleh masyarakat kasepuhan berjiarah kembali ke makam keturunan-keturunan mereka yang sudah meninggal
b) Pembcaan do a kepada sang maha pencipta atas segala berkah yang telah di berikan.pembacaan doa ini di lakukan oleh semua warga di rumah gede. Dan selanjutnya acara di lanjutkan dengan mendongeng (cerita) yang di lakukan oleh baris kolot tentang kehidupan para nenek moyang terdahulu dengan tujuan agar kita selaku generasi penerus dapat merenungkan dan mencintoh kehidupan nenek moyang mereka yang harmonis dan menyatu dengan alam.acara ini di lakukan semalam suntuk di rumah gede. c) Acara selanjutnya yaitu menyerahkan hasil panen berupa padi yang nantinya di simpan di limbung ksepuhan untuk di pergunakan kembali bagi kepentingan masyarakat untuk keperluan bibit dan untuk menanggulani kebutuhan masyarakat ketika musim paceklik serta meminta doa restu kepada sesepuh adat agar panen yang akan datang bisa lebih baaik lagi. d) Acara terakhir sekligus penutup yaitu berupa hiburan kesenian tradisionl untuk warga. 4.Kelembagaan Kasepuhan Pasir Eurih Kelembagaan adalah sekumpulan ketentuan yang mengatur antar individu manusia yang memberikan batasan haknya dan mengenali hak individu pihak lain. Lembaga kemasyarakatan atau lembaga social meliputi serangkaian kegiatan tertentu, berpusat pada kelakuan berpola pada kelakuan yang mantap, bersama-sama dengan system norma dan tata kelakuan serta peralatan fisiknya yang di pakai dan juga orang yang mendukungnya. (Koentjaningrat,1974). Kelembagaan Kasepuhan Pasir Eurih sebagai lembaga kemasyarakataan atau lembaga social bagi ke dalam dua sistem, yaitu sistem nasional yang mengikuti aturan Negara Republik Indonesia dan sistem adat yang mengikuti aturan adat istiadat yang di percayai masyarakat secara turun temurun. Kedua sistem tersebut di gabung dan di akulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pembenturan. secara nasional masyarakat kasepuhan pasir eurih di pimpin oleh seorang kepala Desa yang di sebut sebagai jaro, sedangkan secara adat tunduk dan patuh pada peminpin adat yang yang di sebut dengan sebutan Abah/Olot.
Peminpi Desa atau masyarakat kasepuhan menyebutnya dengan sebutan jaro dalam masa jabatannya di bantu dalam perangkat Desa yang mempunyai peran dan fungsi masingmasing, begitu pula dengan peminpin adat dalam masa kepeminpinannya kepala adat di bantu oleh perangkat Desa yang terdiri dari juru Basa,dan Palawari (7 laki-laki dan 7 perempuan ). Kesemuanya itu memiliki peranan dan fungi masing-masing yang harus di jalankan di antaranya: 1. Kepala adat berperan sebagai peminpin adat sekaligus orang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam lembaga adat. 2. Juru basa (Juru bicara)berperan sebagai penyampai keputusan hasil musyawarah adat kepada masyarakat yang di bantu oleh palawari 3. Palawari (pembantu adat) berperan sebagai penyedia Logistik pada saat akan di adakannya upacara adat seperti ngasek, Mipit, Ngayaran ( Ngabukti ) dan seren tahun. Kepala Adat Juru Basa Palawari 7 Orang Laki-Laki 7 Orang perempuan Masyarakat Gambar 1. Struktur Kelembagaan Kasepuhan Pasir Eurih
5 Ekonomi Data monograpi Desa mencatat,1.331 jiwa penduduk desa sindanglaya yang sudah berkeluarga 1.194 jiwa atau 89,70% penduduknya beprofesi sebagai petani baik petani padi maupun petani gula aren. Angka ini menunjukkan sebagai besar masyarakat melakukan kegiatan pertanian.kegiatan pertanian masyarakat sebagai berada pada lahan tegalan /ladang dengan pola kegiatan pertanian system kebun, sehingga banyak di temukan kebun talun masyarakat. Selain kegiatan berkebun,kegiatan bertani juga di lakukan pada lahan-lahan basah yang yang biasa di gunakan untuk lahan sawah. Sawah sebagian besar berada pada daerah-daerah lembah terutama pada daerah yang memiliki sumber air atau aliran air yang mudah. Bentuk sawah sebagian besar berupa sawah berundak atau lebih kenal dengan sawah dengan system sengked. Untuk memenuhi kebutuhan, masyarakat tidak hanya menanam tanaman pertanian melainkan menanam pepohonan yang dapat di mangfaatkan buah dan kayunya baik untuk di konsumsinya sendiri maupun di jual. jenis pohon yang mereka tanam di antaranya Sengon (Paraserianthes falcataria), Afrika (Maesopsis eminii),kiaman, Manglid (Manglietia glauca), Durian (Durio zibethinus), Kecapi (Sandoricum koetjape), Jengkol ( Pithecelobium jiringa), dan petey ( Parkia speciosa). Pada perkembangannya, masyarakat kasepuhan Pasir Eurih secara tidak langsung sudah mengenal system agroforestri yaitu suatu system penggunaan lahan yang di gunakan secara bersamaan yang di Tanami tanaman pertaniaan di sela pepohonan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sistem ini mereka lakukan secara turun temurun di lahan garapan masing-masing. 6 Bahasa Menentukan luas persebaran suatu bahasa memang tidak mudah, karena di daerah perbatasan hubungan antar warga dari dua suku bangsa yang tinggal berdekatan umumnya sangat inisiatif,sehinggga terjadi proses saling mempengaruhi.daerah batas antara jawa dan bahasa sunda,misalnya,sangat sukar di tentukan, karena bahasa yang di gunakan di daerah ini merupakan campuran dari ke dua bahasa tersebut.lain halnya apabila dua bahasa yang
berlainan di pisahkan oleh laut, gunung yang sukar di lalui,sungai yang sangat lebar,atau batasbatas alam lainya yang menghambat kontak antara dua suku bangsa yang berbeda bahasa. Bahasa yang sering di gunakan oleh masyarakat kasepuhan pasir eurih adalah bahasa sunda dialek Sunda-Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar yang dtang bertamu, masyarakat cukup lancer menggunakan bahasa Indonesia hal ini dapat di lihat pada saat penelitian melakukan wawancara, sebagian orang masyarakat ada yang menggunakn bahasa indonesia. 7 Agama dan Kepercayaan Kepercayaan atau agama masyarakat kasepuhan mayoritas beragama islam. Selain itu masyarakat kasepuhan pasir eurih masing memegang teguh adat istiadat serta kepercayaan terhadap nenek moyang yang sudah di turunkan secara turun temurun, seperti acara seren tahun yang selalu mereka lakukan tiap tahunnya sesudah panen padi selesai di laksanakan.
DAFTAR PUSTAKA Koentjaraningrat.November 2005. Pengantar Antropologi I.Rineka Cipta.Jakarta Koentjaraningrat.Noveember 2005.Pengantar Antropologi II.Rineka Cipta.Jakarta Bakti Soemanto. maret 2007 Angan-Angan Budaya Jawa.Analisis Semiotik Pengakuan Paryyem.Gadjah Mada Universitas Press.Yogyakarta Etno Teater.Rajab 1429 H/Juli 2003 Deskripsi Kesenian Jawa Barat Bandung. Achmad Fedyani Saifuddin,ph.D 1,Agustus 2005.2,September 2006.Antropologi Kontemporer Suatu pengantar krisis mengenai paradigm. KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.Rawamangun- Jakarta. WAWANCARA ABAH ADEN KASEPUHAN PASIR EURIH