Menuju Aksesibilitas dan Transportasi Publik yang Inklusif. 7 Desember 2018

dokumen-dokumen yang mirip
Capacity Building Workshop on Supporting Employability of Persons with Disability

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

Penerapan Manajemen Pelayanan Inklusif Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKSESIBILITAS JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) BAGI PENYANDANG DIFABEL DI KOTA BANDA ACEH MENURUT PERSEPSI MASYARAKAT

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut bisa dalam bentuk barang ataupun jasa. Atas dasar itu negara sebagai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

Implementasi Rute Percontohan Sutan JuHI

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada para pelanggan. Sedangkan

Spesifikasi geometri teluk bus

Fasilitas Aksesibilitas Penyandang Disabilitas Tunadaksa di Stasiun KA Kota Baru Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kendala Umum yang Dihadapi Penyandang Disabilitas dalam Mengakses Layanan Publik


TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

UNIVERSITAS GUNADARMA KRITIK ARSITEKTUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

TINGKAT PEMANFAATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI DEPAN MEGA MALL JALAN A.YANI KOTA PONTIANAK

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perencanaan, Pen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

PENATAAN ULANG TROTOAR TERHADAP KENYAMANAN PEJALAN KAKI (Studi Kasus Penggal Jalan Babarsari, Sleman, Yogyakarta)

PEMANFAATAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG DI KOTA MAKASSAR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street Parking Menjadi Offstreet. (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

UNIVERSITAS ESA UNGGUL Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab tujuan dari penelitian tugas akhir ini. berdasarkan hasil analisis dari data yang diperoleh di lapangan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN PEMBERHENTIAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) DAN AKSES BAGI PENUMPANG DI KORIDOR UTARA SELATAN SURABAYA

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 03/PRT/M/2014 TANGGAL : 26 Februari 2014 PEDOMAN

BAB III LANDASAN TEORI

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN. operasional suatu perusahaan ataupun badan pelayanan sektor publik dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB II KAJIAN TEORI. dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil survey dan analisis parkir yang telah dilakukan pada pusat

Pranata Pembangunan Pertemuan 10 Pemenuhan kebutuhan tempat parkir Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

SURVEY TC (Traffic Counting) PEJALAN KAKI

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

Standar Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Laporan Monitoring. Aksesibilitas Lingkungan Fisik Balai Desa Plembutan. Sumiyati (Disabilitas)

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

1. Manajemen Pejalan Kaki

Jurnal Kalibrasi Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jasa transportasi merupakan salah satu dari kebutuhan manusia. Untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 130 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

Menuju Aksesibilitas dan Transportasi Publik yang Inklusif 7 Desember 2018

Women & the City 23 November 2018 Melalui Women & the City, ITDP Indonesia mengundang perempuan warga kota untuk mengenal lebih dekat ruang publik, dengan berjalan kaki bersama para perencana kota di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin. Women & the City juga dilengkapi dengan sesi dialog antara peserta dan narasumber, serta pendamping dari Dinas Bina Marga DKI dan Transjakarta.

Kota Untuk Semua 3 Desember 2018 Bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, ITDP Indonesia mengajak warga Jakarta merasakan langsung perjuangan warga Jakarta penyandang disabilitas ketika bermobilitas di kota. Dalam Kota Untuk Semua, warga diminta mengikuti eksperimen sosial dan menuliskan pengalaman dan hambatan ketika mengakses fasilitas publik sebagai penyandang disabilitas.

Isu Utama Aksesibilitas dan Transportasi Publik 1 Kemudahan Akses Masuk Bus Transjakarta Ketersediaan Penerangan di Bus Stop dan Trotoar 2 3 Ketersediaan Informasi di Halte, Bus Stop, dan sekitarnya 4 Akses Penyeberangan Menuju Halte Transjakarta Fasilitas Penunjang di Halte Transjakarta 5 *berdasarkan rekapitulasi form peserta walking audit Women & the City

Mewujudkan Transportasi Publik yang Inklusif Beberapa golongan pelanggan yang perlu menjadi perhatian khusus Transjakarta: Pengguna kursi roda Perempuan Anak-anak Manula Tunarungu Tunanetra Hal-hal yang dapat menjadi ranah peningkatan layanan Transjakarta: Kondisi halte/bus stop Penambahan signage Pencahayaan yang baik Aksesibilitas menuju/dari bus Akses penyeberangan Ramp halte Konfigurasi bus Seating layout untuk kursi roda Ramp di bus Fasilitas penunjang Operasional (misal: rute khusus)

1 Kemudahan Akses Masuk Bus Dalam hal kemudahan akses masuk bus Transjakarta, jarak antara bus dengan trotoar/platform halte masih menjadi perhatian utama. Selain itu, kondisi trotoar yang kurang memadai di tempat pemberhentian menyulitkan pelanggan yang sudah menggunakan layanan Transjakarta. Memastikan adanya informasi seating layout yang jelas dan SOP keluar-masuk bus agar sirkulasi di dalam bus lancar bagi pengguna kursi roda, baik yang sudah menjadi pelanggan Transjakarta maupun yang belum. Belum adanya desain ramp JPO menuju halte BRT yang dapat memudahkan pengguna kursi roda maupun kaum rentan lainnya, sehingga layanan BRT yang menjadi andalan Transjakarta belum dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Kemiringan ramp bus yang memadai untuk dilewati kursi roda hanya dapat dihasilkan jika tinggi lantai bus sama dengan tinggi trotoar Ramp yang tersedia di bus low-entry sangat membantu pengguna kursi roda untuk keluar-masuk bus dari dan menuju trotoar. Namun di beberapa lokasi pemberhentian di mana terdapat perbedaan ketinggian yang signifikan antara trotoar dan bus, ramp yang pendek ini membuat sudut kemiringan menjadi lebih tajam sehingga menyulitkan pengguna kursi roda. Perbedaan ketinggian yang signifikan antara trotoar dan bus di Dukuh Atas menyulitkan pengguna kursi roda

Desain ramp di jembatan halte BRT masih belum memadai untuk digunakan pengguna kursi roda tanpa bantuan. Hal ini juga berlaku untuk pelanggan rentan seperti wanita hamil, lansia, dan anak-anak. Lebar gate yang sempit untuk dilewati kursi roda Ramp curam dan licin saat hujan di Halte Dukuh Atas 1 Akses tangga yang tinggi dan lift yang mati di Halte Tosari Derajat kemiringan ramp tidak memungkinkan tanpa bantuan

Guiding block yang tersedia saat ini untuk membantu warga tunanetra masih belum memadai sepenuhnya. Guiding block terputus ketika melewati inrit masuk gedung dan trotoar dengan beda ketinggian. Selain itu, belum tersedia guiding block yang mengarahkan pelanggan ke halte BRT Transjakarta. Guiding block yang tersedia di bus stop pun tidak ada pengarah ke masuk pintu bus. Guiding block terputus saat trotoar beda ketinggian Tidak ada guiding block yang mengarahkan ke halte Transjakarta Guiding block terputus dari bus stop ke trotoar

5 cm Kemiringan Ramp JPO Pemilihan material ramp harus anti slip. Dengan rasio kelandaian 1:12 (atau 8,33%), maka selisih lantai bus dengan trotoar diupayakan maksimal hanya 5 cm. Lebar ramp setidaknya sama dengan lebar minimal ruang bebas berjalan, yakni 1,5-1,8 meter. 60 cm Jakarta NMT Vision & Design Guideline, ITDP Indonesia

Konfigurasi Tempat Duduk di dalam Bus Seating layout untuk kursi roda di bus lowentry saat ini mengharuskan pengguna untuk bermanuver ke samping setelah memasuki bus. Pengguna kursi roda merasa lebih mudah jika seating layout dapat menghadap ke pintu, sehingga masuk bus dengan posisi mundur dan keluar dengan posisi maju.

2 Ketersediaan Penerangan di Bus Stop dan Trotoar Penerangan yang buruk di trotoar sekitar GBK Contoh kasus: masih minimnya penerangan di trotoar sekitar Gelora Bung Karno, yang juga menjadi lokasi bus stop/pemberhentian bus low-entry Transjakarta. Keadaan ini diperparah dengan kurangnya penerangan sementara selama konstruksi revitalisasi trotoar dan MRT berlangsung, sehingga membahayakan pejalan kaki yang melintas. Di beberapa lokasi bus stop, lampu tidak berfungsi dengan baik sehingga mengganggu ketika antrian panjang.

Perlunya Pencahayaan yang Memadai di Trotoar Pentingnya fasilitas penerangan di ruang publik, demi menjaga keamanan ketika berjalan kaki dan menunggu kedatangan bus di malam hari, terutama bagi wanita dan kaum rentan lainnya. Trotoar lebar, inklusif, dan pencahayaan yang baik

3 Ketersediaan Informasi di Halte, Bus Stop, dan sekitarnya Masih minimnya signage di bus stop ditambah dengan tidak adanya petugas seperti di halte BRT, sehingga pelanggan kesulitan mendapatkan informasi penting seperti jadwal kedatangan bus, rute yang lewat di bus stop tersebut, jam operasional, dan lain sebagainya. Kurangnya papan penunjuk arah dan peta situasi di area JPO maupun bus stop, sehingga pelanggan yang baru saja turun terutama ketika menggunakan rute baru menjadi kebingungan saat hendak melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir. Kesulitan pelanggan tunarungu untuk berkomunikasi dengan petugas Transjakarta dan kurangnya informasi dalam bentuk teks untuk bersiap turun di halte tujuan. Tidak ada pula penanda bagi pelanggan tunarungu sehingga petugas tidak ada perhatian khusus. Adanya penanda posisi perjalanan bus di dalam bus akan sangat membantu pelanggan tunarungu maupun pelanggan yang bukan frequent user agar tidak terlewat dari halte tujuan. LED bus agar diletakkan di titik-titik yang terlihat lebih jelas. Mempromosikan aplikasi yang dapat memberitahu pelanggan ketika sudah dekat dengan halte tujuan, atau menyediakan alatnya di dalam bus.

Kurangnya signage di halte, bus stop, dan dalam bus menyulitkan pelanggan tunarungu dan non frequent user Fitur live directions dan riders alert di aplikasi Moovit LED di dalam bus 4A TU Gas - Grogol yang sedang mengarah ke Grogol sepanjang jalan menunjukkan Next Stop >> Layur

Petunjuk informasi di bus stop: Rute yang lewat Jam operasional Posisi peletakan informasi Bus stop Transjakarta

Wayfindings Papan Penunjuk Arah di Halte Bank Indonesia Wayfinding di Trotoar Frankfurt Bus Stop dengan Informasi Rute di Santiago

4 Akses Penyeberangan Menuju Halte JPO dengan ramp Penambahan tangga di JPO Penyeberangan langsung sebidang Akses penyeberangan langsung sebidang masih dirasa belum aman terutama oleh pengguna kursi roda dan kaum rentan lainnya. Perlu adanya SOP petugas patroli atau halte untuk membantu pengguna kursi roda dan kaum rentan lainnya saat menyeberang. Kemudahan akses dari JPO halte ke trotoar juga perlu diperhatikan.

Lebih Pilih Mana? JPO atau Zebra Cross? *berdasarkan rekapitulasi form peserta walking audit Women & the City Dengan segala kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh akses penyeberangan sebidang, dari segi keamanan jembatan penyeberangan masih menjadi pilihan mayoritas responden untuk mengakses halte Transjakarta. Hal ini dipicu oleh perilaku pengendara bermotor, kurangnya waktu yang disediakan untuk menyeberang, dan tidak ada rambu khusus menyeberang.

Permasalahan Kemiringan Ramp di 3 JPO di Jalan Sudirman Lokasi JPO Akses Sisi Barat Akses Ramp Tengah Akses Sisi Timur Dukuh Atas 8.9% - 15.6% 42% 10.5% - 12% Karet Tangga 10.8% - 11.9% Tangga Bendungan Hilir 11.2% - 19% 10.3% - 22.3% 8.2% - 10.5% Catatan: Kemiringan maksimum sesuai Permen PU No. 3/PRT/M/2014 adalah 8% Dari 3 akses JPO di Sudirman, tidak ada yang memiliki kemiringan standar 8%. Semua melebihi batas atas standar, bahkan hingga mencapai tingkat kemiringan 42%. Pengguna eksperimen sosial yang mencoba menggunakan kursi roda, tidak ada satupun yang berhasil naik hingga ke atas JPO setinggi 5 meter tanpa bantuan orang lain. Ramp dengan kemiringan 15.6%

Pergerakan kursi roda terhalang oleh kanstin Kemiringan zebra cross membuat pengguna kursi roda kesulitan untuk bergerak lurus. Tinggi kanstin sebesar 5 cm turut menghambat pergerakan pengguna kursi roda. Di samping itu, kendaraan yang lewat sulit untuk mengalah pada pengguna kursi roda maupun penyeberang jalan lainnya. Pergerakan terhalang oleh kanstin trotoar Zebra cross yang miring di Dukuh Atas

5 Fasilitas Penunjang di Halte Keperluan fasilitas penunjang di halte BRT dan bus stop diantaranya: CCTV Bangku di ruang tunggu Perlunya metoda agar pengguna tuna rungu dapat diidentifikasi dan berkomunikasi dengan petugas Transjakarta

Pendekatan Partisipatif dalam Perencanaan untuk memastikan Inklusivitas Pentingnya partisipasi publik dalam perencanaan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan publik dan inklusif, dan hasil dari pengembangan layanan dapat dirasakan oleh semua kalangan secara merata. Selain sebagai sarana penarikan aspirasi, pendekatan ini dapat membuat publik selalu terinformasikan mengenai perkembangan terbaru dari Transjakarta. Pendekatan partisipatif dapat dilakukan melalui pengumpulan data dan dialog dengan grup-grup dari kelompok rentan. Beberapa aspek pelayanan Transjakarta yang dapat menggunakan pendekatan partisipatif dalam perencanaannya: Pembukaan rute baru Operasional bus dan penyusunan SOP untuk membantu pengguna disabilitas Pembangunan infrastruktur dan perbaikan fasilitas

Prioritas keterlibatan kelompok rentan secara langsung dalam perencanaan kota (perempuan, anak, lansia, penyandang disabilitas)