BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moringa oleifera Lam. lebih dikenal dengan nama kelor di Indonesia. Tumbuhan kelor sudah banyak dibudidayakan hampir di seluruh belahan dunia, antara lain di Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Semenanjung Arab dan tropis Afrika. Tumbuhan ini cocok tumbuh hampir di seluruh wilayah Indonesia (Krisnadi, 2015). Kelor memiliki banyak manfaat, hampir semua bagian tumbuhan kelor dapat dimanfaatkan manusia. Bagian tumbuhan kelor yang paling sering dimanfaatkan adalah daun dan biji (ECHO, 2006). Daun kelor mengandung nutrisi berupa kalsium, zat besi, vitamin A, vitamin C, dan protein (Sauveur dan Broin 2010). Biji kelor yang sudah berbentuk serbuk bermanfaat utuk menjernihkan air keruh yang diakibatkan oleh berbagai kontaminan. Berdasarkan penelitian Desiawati (2013) budidaya tumbuhan kelor di Indonesia masih sedikit, contonya keberadaan tumbuhan kelor di Desa Cikarawang kerapatannya hanya 0,40 individu pohon per ha. Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai banyaknya manfaat yang terkandung pada tumbuhan kelor masih kurang. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kelor di Indonesia masih rendah. Mengatasi hal tersebut diperlukan usaha untuk memperbanyak produksi tumbuhan kelor. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mempercepat perkembangbiakan tumbuhan kelor adalah melalui budidaya secara vegetatif dan penggunaan zat pengatur tumbuh. 1
2 Menurut Santoso (2017) tanaman dapat membiak dengan menggunakan organ vegetatif secara alami maupun secara buatan. Perbanyakan tumbuhan kelor dapat dilakukan secara generatif dengan menggunakan biji atau secara vegetatif dengan stek batang. Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan mengggunakan bahan tanam berupa bagian tanaman tanpa adanya daun (Aziz, 2012). Bahan yang dapat digunakan sebagai stek berasal dari cabang pohon tumbuhan kelor yang sehat berumur kurang lebih satu tahun (Ikrarwati, 2016). Perbanyakan secara vegetatif lebih banyak dilakukan karena lebih cepat serta memiliki sifat yang sama dengan induknya. Kendala yang terjadi dalam metode penyetekan yaitu lambatnya pembentukan akar dan tunas serta pertumbuhan yang kurang baik. Berdasarkan hasil survei di pusat pertanian menunjukkan bahwa penggunaan insektisida dan penggunaan pupuk kimia sangat dominan (Sidauruk, 2016). Tanpa disadari, penggunaan yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya penurunan sifat fisik, kimia, dan biologi pada tanah pertanian. Berdasarkan penelitian Parnata (2004) menyatakan bahwa penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus dapat menyebabkan lahan tersebut tidak mampu berproduksi secara optimal dan berkelanjutan. Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, adalah dengan pemberian bahan organik yang dapat menyuburkan tanaman, salah satunya adalah larutan fermentasi dari tumbuhan. Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan mikroorganisme. Larutan yang dihasilkan dari proses fermentasi tumbuhan memiliki kandungan unsur hara mikro
3 dan makro serta bakteri yang berpotensi merombak bahan organik, merangsang pertumbuhan, dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman. Sehingga dapat berperan sebagai dekomposer, maupun sebagai pestisida organik (Purwasasmita, 2009). Pemanfaatan larutan fermentasi sebagai alternatif pengganti pupuk anorganik karena memiliki keunggulan yang ramah lingkungan, serta murah dibuat dan didapatkan dengan biaya yang murah. Pembuatan larutan fermentasi dapat dilakukan dengan memanfaatkan limbah rumah tangga, tanaman, maupun hewan. Mengacu pada penelitian (Salma dan Purnomo, 2015) bahwa larutan hasil fermentasi dapat dibuat dengan memanfaatkan limbah rumah tangga maupun sisa-sisa tanaman seperti bonggol pisang, gedebong pisang, jerami, dan sisa sayuran. Bahan tersebut dikombinasikan dengan bahan lain seperti gula merah atau molase agar proses dekomposisi bahan organik menjadi semakin cepat. Menurut penelitian Maulana (2017) menyatakan bahwa siswa membutuhkan media pembelajaran yang memiliki cakupan materi lebih ringkas dan memiliki gambar, sehingga siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar berupa leaflet pada pembelajaran SMA kelas XII materi Bioteknologi pada KD 4.10. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang Pengaruh Pemberian Berbagai Larutan Fermentasi Tumbuhan terhadap Pertumbuhan Stek Batang Kelor (Moringa oleifera Lam) Digunakan Sebagai Sumber Belajar Biologi
4 1.2 Rumusan Masalah 1) Adakah perbedaan pemberian larutan fermentasi rebung Dendrocalamus asper Back. dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor (Moringa 2) Adakah perbedaan pemberian larutan fermentasi bonggol pisang (Musa paradisiaca L.) dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor (Moringa 3) Adakah perbedaan pemberian larutan fermentasi bawang merah (Allium cepa L.) dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor (Moringa 4) Bagaimana penerapan hasil penelitian pengaruh pemberian berbagai larutan fermentasi tumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan stek batang kelor sebagai sumber belajar Biologi? 1.3 Tujuan Penelitian 1) Mengetahui perbedaan pemberian larutan fermentasi rebung Dendrocalamus asper Back. dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang (Moringa 2) Mengetahui perbedaan pemberian larutan fermentasi bonggol pisang (Musa paradisiaca L.) dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang (Moringa
5 3) Mengetahui perbedaan pemberian larutan fermentasi bawang merah (Allium cepa L.) dalam meningkatkan pertumbuhan stek batang (Moringa 4) Mengetahui penerapan hasil penelitian pengaruh pemberian berbagai larutan fermentasi tumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan stek batang (Moringa oleifera Lam) sebagai sumber belajar Biologi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan baru pada mahasiswa dan petani tentang manfaat larutan fermentasi tumbuhan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sekaligus dapat memperluas terapan keilmuan pada materi pengayaan untuk SMA kelas XII pada materi pembelajaran Bioteknologi tentang proses pembuatan larutan fermentasi. 1.4.2 Secara Praktis Pembuatan larutan fermentasi dapat mengurangi limbah tumbuhan di lingkungan sekitar menjadi produk yang memiliki nilai manfaat. Selain itu, penggunaan larutan fermentasi tumbuhan diharapkan dapat menekan penggunaan pupuk anorganik alternatif maupun zat pengatur tumbuh sintetik yang harganya relatif mahal. Sehingga mengurangi biaya perawatan lahan yang digunakan untuk pertanian.
6 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan tujuan dari penelitian, maka ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi. Adapun yang menjadi ruang lingkup adalah sebagai berikut: 1) Jenis stek yang digunakan dalam penelitian adalah stek batang tumbuhan kelor (Moringa oleifera L) yang berusia ± 1 tahun. 2) Media tanam yang digunakan dalam penelitian yaitu campuran antara tanah dan sekam padi dengan perbandingan 1:1 3) Ada 3 macam jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pembuatan larutan fermentasi yaitu rebung bambu, bonggol pisang dan umbi bawang merah. 4) Waktu yang digunakan untuk proses fermentasi tumbuhan adalah 10 hari. 5) Konsentrasi pemberian larutan fermentasi yang digunakan yaitu konsentrasi 30%. 6) Parameter pertumbuhan yang diamati adalah waktu munculnya tunas, jumlah tunas, tinggi tunas dan jumlah daun yang tumbuh. 1.6 Definisi Istilah 1) Fermentasi merupakan suatu teknik mengubah substrat menjadi suatu produk tertentu dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. 2) Rebung bambu (Dendrocalamus asper) berasal dari batang bawah yang berbentuk lonjong, kokoh, dan terbungkus dalam kelopak daun yang rapat dan bermiang (duri-duri halus) (Kencana et.al, 2012).
7 3) Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan mengggunakan bahan tanam berupa bagian tanaman tanpa adanya daun (Aziz, 2012). 4) Sumber belajar adalah segala sesuatu yang mendukung terjadinya proses belajar, temasuk sistem pelayanan, bahan pembelajaran, dan lingkungan. Sumber belajar tidak hanya terbatas pada bahan dan alat, tetapi juga mencakup tenaga, biaya dan fasilitas (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).