DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,

dokumen-dokumen yang mirip
2018, No Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi, Tunjangan Khusus, dan Tambahan Pengh

KRITERIA PENERIMA DAN MEKANISME PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN KHUSUS

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN SUBSIDI TUNJANGAN FUNGSIONAL BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN DASAR

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TAMBAHAN PENGHASILAN BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tamb

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

- 1 - MEKANISME PENYALURAN DAN KRITERIA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK KE S-1/D-IV JENJANG PENDIDIKAN DASAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran Tunjangan Kinerja Pegawai pada Kementerian Negara/Lembaga; Menging

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Pembayaran Tunjangan Kinerja Bagi Pegawai di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN,

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS JENJANG PENDIDIKAN DASAR

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lemba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG

2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 110/PMK.05/2010 TENTANG PEMBERIAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN UANG MAKAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT HASIL RAPAT 15 JAN 18

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN HONORARIUM GURU BANTU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 164/PMK.05/2010 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU DAN GURU YANG DIANGKAT JABATAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN MELALUI DANA DEKONSENTRASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS JENJANG PENDIDIKAN DASAR

2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 101/PMK.05/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 101/PMK.05/2010 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lem

2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 P e n g e r t i a n

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

2017, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil N

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 110/PMK.05/2010 TENTANG PEMBERIAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN UANG MAKAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2018 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN PROGRAM DOKTER LAYANAN PRIMER

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 222/PMK.05/2014 TENTANG DANA PERHITUNGAN FIHAK KETIGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; Mengingat : 1. Undan

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 165/PMK.02/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/PMK.02/2006 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 62 TAHUN /2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 1. Dana Operasional Menteri/Pimpinan Lembaga yang selanjutnya disebut dengan Dana Operasional adalah dana yang disediakan bagi Menteri/Pimpinan Lemb

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117/PMK.07/2010 TENTANG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl. Jenderal Sudirman, Senayan JAKARTA Telepon Laman : kemdikbud.go.id

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 5 4 /PB/2016

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

2011, No Negara berwenang menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara;bahwa agar pelaksanaan pengelolaan ddana ggeothermal dapa

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.07/2010 TENTANG

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,

2 257/PMK.02/2010 tentang Tata Cara Perhitungan, Penyediaan, Pencairan, Dan Pertanggungjawaban Dana APBN Yang Kegiatannya Dilaksanakan Oleh PT Asabri

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12A, Pasal 13 ayat (1), dan Pasal 15 ayat (8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; b. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil berhak mendapatkan tunjangan profesi sebagai bentuk penghargaan atas profesionalitasnya sebagai guru; c. bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas di daerah khusus berhak untuk mendapatkan tunjangan khusus dalam rangka mengangkat martabatnya, meningkatkan kompetensinya, memajukan profesi, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu di Daerah Khusus;

-2- d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058); 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1340) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor

-3-168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1745); 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 331) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 381); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Tunjangan Profesi adalah tunjangan yang diberikan kepada guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki sertifikat pendidik sebagai penghargaan atas profesionalitasnya. 2. Tunjangan Khusus adalah tunjangan yang diberikan kepada guru bukan pegawai negeri sipil yang melaksanakan tugas di daerah khusus. 3. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang, daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah yang mengalami bencana alam,

-4- bencana sosial, atau daerah yang berada dalam keadaan darurat lainnya. 4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. 5. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, yang selanjutnya disebut Direktorat Jenderal adalah direktorat jenderal yang menangani bidang guru dan tenaga kependidikan. Pasal 2 (1) Petunjuk teknis penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus guru bukan pegawai negeri sipil merupakan pedoman bagi Direktorat Jenderal dalam memberikan Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil. (2) Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. guru; b. guru yang diberi tugas sebagai kepala satuan pendidikan; dan c. guru yang diberi tugas tambahan. Pasal 3 Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus kepada guru bukan pegawai negeri sipil dilaksanakan dengan prinsip: a. efisien, yaitu harus diusahakan dengan menggunakan sumber dana dan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan; b. efektif, yaitu harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan;

-5- c. transparansi, yaitu menjamin adanya keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pembayaran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus; d. akuntabilitas, yaitu pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggungjawabkan; e. kepatutan, yaitu penjabaran program/kegiatan harus dilaksanakan secara realistis dan proporsional; dan f. manfaat, yaitu pelaksanaan program/kegiatan yang sejalan dengan prioritas nasional yang menjadi urusan daerah dalam kerangka pelaksanaan desentralisasi dan secara riil dirasakan manfaatnya dan berdaya guna bagi guru bukan pegawai negeri sipil. Pasal 4 (1) Penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal melalui direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal. (2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan mekanisme pembayaran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil. Pasal 5 (1) Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus kepada guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dalam bentuk uang melalui rekening bank penerima tunjangan. (2) Besaran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

-6- Pasal 6 (1) Direktorat Jenderal memberikan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas di Daerah Khusus. (2) Daerah Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri berdasarkan pada data dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi dan data dari Direktorat Jenderal. (3) Data dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang masuk dalam kriteria penetapan Daerah Khusus oleh Menteri merupakan desa dengan status desa sangat tertinggal dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi. (4) Data dari Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan data daerah dalam kondisi tertentu yang memenuhi kriteria sebagai Daerah Khusus namun tidak termasuk dalam data dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 7 (1) Alokasi Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil ditetapkan setiap tahun anggaran berkenaan. (2) Alokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan.

-7- Pasal 8 Direktorat teknis terkait di lingkungan Direktorat Jenderal melakukan monitoring dan evaluasi penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil. Pasal 9 (1) Direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal menyusun laporan penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil sesuai dengan kewenangannya. (2) Laporan penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama pada bulan Januari tahun berikutnya kepada Direktorat Jenderal. Pasal 10 (1) Guru bukan pegawai negeri sipil yang terbukti menerima Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris Jenderal ini, wajib mengembalikan tunjangan yang telah diterimanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Jumlah pengembalian Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhitung sejak bulan guru yang bersangkutan menerima Tunjangan Profesi dan/atau Tunjangan Khusus yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis penyaluran Tunjangan Profesi dan Tunjangan Khusus guru bukan pegawai negeri sipil tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Sekretaris Jenderal ini.

-8- Pasal 12 Pada saat Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku, Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 40618/B/HK/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Khusus Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 40621/B/HK/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 14 Peraturan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya berlaku surut sejak tanggal 27 Desember 2017. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 2018 SEKRETARIS JENDERAL, TTD. DIDIK SUHARDI Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Dian Wahyuni NIP 196210221988032001

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL A. Tujuan 1. Memberi penghargaan kepada guru bukan pegawai negeri sipil sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 2. Mengangkat martabat guru bukan pegawai negeri sipil, meningkatkan kompetensi guru bukan pegawai negeri sipil, memajukan profesi guru bukan pegawai negeri sipil, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. 3. membiayai pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan yang mendukung pelaksanaan tugas sebagai guru bukan pegawai negeri sipil profesional. B. Pemberi Tunjangan Profesi 1. Tunjangan Profesi bagi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK. 2. Dana untuk pembayaran Tunjangan Profesi bagi guru bukan pegawai negeri sipil bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun berkenaan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK.

C. Penerima Tunjangan Profesi 1. Penerima Tunjangan Profesi ialah guru bukan pegawai negeri sipil yang memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi. 2. Guru bukan pegawai negeri sipil yang baru memperoleh sertifikat pendidik akan mendapatkan Tunjangan Profesi pada tahun berikutnya. 3. Guru bukan pegawai negeri sipil yang baru memperoleh Surat Keputusan (SK) inpassing atau penyetaraan pangkat dan jabatan pada tahun berkenaan akan mendapatkan Tunjangan Profesi sesuai dengan penyetaraan pada tahun berikutnya. D. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dengan kriteria sebagai berikut: 1. bertugas pada satuan pendidikan di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dibuktikan dengan SK Pengangkatan oleh penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau pejabat pembina kepegawaian, kecuali guru pendidikan agama; 2. aktif mengajar sebagai guru mata pelajaran/ guru kelas atau aktif membimbing sebagai guru bimbingan konseling/guru teknologi informatika dan komunikasi, pada satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan sertifikat pendidik yang dimiliki; 3. memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik; 4. memiliki Nomor Registrasi guru (NRG) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 5. memenuhi beban kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 6. memiliki nilai hasil penilaian kinerja paling rendah dengan sebutan Baik ; 7. mengajar di kelas sesuai rasio guru dan siswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 8. tidak beralih status dari guru bukan pegawai negeri sipil; dan 9. tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan;

E. Besaran Tunjangan Profesi 1. Besaran Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil sebagai berikut: a. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang telah memiliki SK inpassing atau penyetaraan diberikan setara gaji pokok pegawai negeri sipil sesuai dengan yang tertera pada SK inpassing atau penyetaraan; atau b. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang belum memiliki SK inpassing atau penyetaraan diberikan sebesar Rp 1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan. 2. Besaran Tunjangan Profesi sebagaimana dimaksud pada angka 1 dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. F. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah 1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pada subdirektorat terkait di masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK menerbitkan Surat Perintah Pembayaran Langsung (SPP LS). 2. PPK pada subdirektorat terkait di masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK menyampaikan SPP LS kepada Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) untuk diterbitkan Surat Perintah Membayar Lansung (SPM LS). 3. SPM LS diajukan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Jakarta III yang akan digunakan sebagai dasar penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang selanjutnya Tunjangan Profesi disalurkan ke rekening penerima Tunjangan Profesi. G. Penyaluran Tunjangan Profesi 1. Sebelum Penerbitan SK Penerima Tunjangan Profesi (SKTP). a. Operator sekolah menginput dan/atau memperbarui data guru bukan pegawai negeri sipil dengan benar melalui aplikasi dapodik, terutama data sekolah induk, beban kerja, golongan/masa kerja, NUPTK, tanggal lahir, dan status kepegawaian (pegawai negeri sipil /bukan pegawai negeri sipil).

b. Guru bukan pegawai negeri sipil wajib memastikan bahwa data yang akan dikirimkan ke dapodik telah diinput dan/atau diperbaiki oleh operator sekolah dengan benar. c. Data guru bukan pegawai negeri sipil yang diinput dan/atau diperbaiki oleh operator sekolah sepenuhnya menjadi tanggungjawab masing-masing guru bukan pegawai negeri sipil. d. Guru bukan pegawai negeri sipil dan dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat mengakses data guru bukan pegawai negeri sipil secara daring (online) pada Info Guru dan Tenaga Kependidikan (Info GTK) yang dapat diakses melalui website dan/atau aplikasi smartphone. e. Apabila data yang ditampilkan pada info GTK masih terdapat kesalahan, maka guru bukan pegawai negeri sipil dapat memperbaiki melalui dapodik sebelum SKTP guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan terbit. f. Guru bukan pegawai negeri sipil wajib memberikan bukti cetak/print out Info GTK yang sudah tertulis status validitas data Tunjangan Profesi VALID pada bagian atas laman Info GTK dan telah ditandatanganinya kepada dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya. Guru bukan pegawai negeri sipil memastikan nominal gaji pokok terakhir dengan benar. g. Informasi pada Info GTK telah dinyatakan kebenarannya dalam Surat Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) yang telah disetujui oleh kepala sekolah pada saat sinkronisasi dapodik. h. Operator sekolah melakukan proses penginputan dan/atau perbaikan data dengan ketentuan sebagai berikut: 1) mulai dari bulan Januari sampai dengan akhir bulan Februari tahun berkenaan untuk pembayaran Tunjangan Profesi semester I; dan 2) mulai dari bulan Juli sampai dengan akhir bulan Agustus tahun berkenaan untuk pembayaran Tunjangan Profesi semester II. i. Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya mengusulkan data guru bukan pegawai negeri sipil yang

berhak mendapatkan Tunjangan Profesi melalui Sistem Informasi Manajemen Tunjangan (SIM-Tun) apabila: 1) Info GTK guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan telah valid sebagaimana dimaksud pada huruf f; dan 2) guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan hadir dan telah melaksanakan tugasnya di sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. j. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK memastikan nominal gaji pokok guru bukan pegawai negeri sipil pada SIM-Tun sudah sesuai dengan data inpassing atau penyetaraan pada Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. k. Dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya melakukan verifikasi dan validasi data pada akhir bulan Maret dan akhir bulan September pada semester tahun berkenaan sebelum SKTP terbit. Dengan demikian tidak ada lagi pemberkasan yang dilakukan oleh dinas pendidikan selain yang diatur dalam Peraturan Sekretaris Jenderal ini terkait dengan penyaluran Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil. 2. Penerbitan dan Penyampaian SKTP a. Direktorat Jenderal GTK (Ditjen GTK) menerbitkan SKTP berdasarkan usulan dari dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya setelah dilakukannya proses verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada angka 1. b. SKTP diterbitkan sebanyak 2 (dua) tahap dalam satu tahun dengan ketentuan sebagai berikut. 1) SKTP Tahap 1 (satu) terbit dimulai pada bulan Maret pada tahun berkenaan, berlaku untuk pembayaran Tunjangan Profesi semester I pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni (6 bulan) tahun berkenaan; dan 2) Sedangkan SKTP tahap 2 (dua) terbit dimulai pada bulan September pada tahun berkenaan, berlaku untuk pembayaran Tunjangan Profesi semester II

pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember (6 bulan) tahun berkenaan. c. SKTP yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK dapat diunduh oleh direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya melalui aplikasi SIM-Tun. 3. Aplikasi Kehadiran Guru dan Tenaga Kependidikan (Hadir GTK) a. Aplikasi Hadir GTK merupakan aplikasi yang dirancang untuk mempercepat proses pembayaran Tunjangan Profesi. b. Pencatatan kehadiran guru bukan pegawai negeri sipil dilakukan secara daring (online) melalui aplikasi Hadir GTK yang terdapat pada website http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id. c. Tata cara penggunaan aplikasi Hadir GTK diatur dalam pedoman penggunaan aplikasi Hadir GTK yang dapat diunduh di laman http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id. d. Aplikasi Hadir GTK efektif berlaku pada tahun ajaran 2018-2019. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat mengunduh hasil rekapitulasi kehadiran GTK melalui aplikasi Hadir GTK. 4. Cuti Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil dalam rangka Penyaluran Tunjangan Profesi a. Guru bukan pegawai negeri sipil yang sakit lebih dari 1 (satu) hari sampai dengan 14 (empat belas) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti dengan melampirkan surat keterangan dokter sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan bagi guru pegawai negeri sipil (Peraturan Kepala BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil). b. Guru bukan pegawai negeri sipil yang menggunakan cuti alasan penting paling lama 1 (satu) bulan berhak

mendapatkan cuti alasan penting dengan ketentuan bahwa guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan bagi guru pegawai negeri sipil (Peraturan Kepala BKN Nomor 24 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Cuti Pegawai Negeri Sipil). c. Guru bukan pegawai negeri sipil yang melaksanakan ibadah haji, berhak untuk mendapatkan Tunjangan Profesi apabila yang bersangkutan melaksanakan ibadah haji untuk pertama kalinya. Apabila guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan tidak mengajar lebih dari 14 (empat belas) hari karena cuti sakit atau lebih dari 1 (satu) bulan karena cuti alasan penting berdasarkan isian catatan kehadiran dalam aplikasi Hadir GTK, maka kepada guru bukan pegawai negeri sipil bersangkutan tidak dapat dibayarkan tunjangan profesinya. 5. Perbedaan Data Inpassing Penerima Tunjangan a. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang mempunyai SK inpassing atau Penyetaraan, namun belum terdaftar dalam data base SK inpassing atau penyetaraan guru bukan pegawai negeri sipil yang dimiliki oleh Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan wajib melakukan pemberkasan ulang paling lambat akhir Juni 2018 ke Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. b. Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan proses verifikasi dan validasi data terkait keabsahan SK inpassing atau penyetaraan sebagaimana dimaksud pada huruf a. c. Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud pada huruf b, Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan SK inpassing atau penyetaraan. d. Direktorat Jenderal GTK melakukan pembaharuan data inpassing atau penyetaraan berdasarkan SK inpassing

atau penyetaraan dari Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. e. Selisih pembayaran akibat perubahan tersebut akan diperhitungkan dan diakumulasi pada semester berikutnya. f. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki SK inpassing atau penyetaraan, namun setelah dilakukan verifikasi dan validasi oleh Biro Kepegawaian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan hasilnya dinyatakan SK inpassing tersebut tidak sah, maka guru bukan pegawai negeri sipil tersebut wajib mengembalikan Tunjangan Profesi yang selama ini telah diterimanya. 6. Ketentuan Pindah Satminkal a. Guru bukan pegawai negeri sipil yang memiliki sertifikat pendidik dari Kementerian selain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, jika pindah mutasi ke sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka data guru bukan pegawai negeri sipil tersebut harus dimasukkan pada aplikasi Dapodik di sekolah yang baru maka sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan wajib memasukkan datanya dapodik. b. Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib melaporkan ke pengelola tunjangan di dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dengan membawa dokumen yang diperlukan. c. Guru bukan pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada huruf a harus membawa bukti penghentian pembayaran Tunjangan Profesi dari Kementerian sebelumnya yang diserahkan ke dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya untuk dimasukkan ke dalam SIM-Tun. 7. Tunjangan Profesi Kurang Bayar Tunjangan Profesi kurang bayar dapat dibayarkan apabila: a. memiliki SKTP reguler pada tahun sebelumnya namun dimana terjadi kurang bayar; dan

b. memiliki SKTP Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 8. Pembayaran Tunjangan Profesi Lebih Bayar a. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil menerima kelebihan pembayaran Tunjangan Profesi pada semester I tahun berkenaan, maka nominal Tunjangan Profesi yang diterima oleh guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan dapat disesuaikan pada semester II dalam tahun berkenaan. b. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil menerima kelebihan pembayaran Tunjangan Profesi pada semester II tahun berkenaan, maka nominal Tunjangan Profesi yang diterima oleh guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan dapat disesuaikan pada semester I pada tahun berikutnya. c. Bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang tidak memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi sehingga tidak mendapatkan SKTP pada semester I tahun berikutnya, maka guru bukan pegawai negeri sipil tersebut harus mengembalikan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan menyampaikan informasi kepada direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK besaran nominal pembatalan pembayaran tunjangan profesi; 2) direktorat teknis terkait membuat kode billing atau surat setoran melalui aplikasi Sistem Informasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Online (SIMPONI) 3) berdasarkan kode billing sebagaimana dimaksud pada angka 2, guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan melakukan pengembalian melalui pos atau bank dengan batas waktu paling lambat sesuai dengan jangka waktu yang tercantum dalam kode billing.

4) Bukti setor pengembalian disampaikan kepada direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sehari setelah melakukan penyetoran.

Gambar 1 Mekanisme Penyaluran Tunjangan Profesi bagi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil

H. Pembatalan dan Penghentian 1. Pembatalan Pembayaran Tunjangan Profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila: a. data dan informasi yang digunakan untuk memenuhi persyaratan melanggar hukum; b. memperoleh sertifikat pendidik yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan; dan c. menerima lebih dari satu tunjangan profesi. Dalam hal guru bukan pegawai negeri sipil telah menerima Tunjangan Profesi namun dibatalkan pembayarannya, wajib mengembalikan ke kas negara dengan mekanisme sesuai dengan ketentuan pembayaran Tunjangan Profesi lebih bayar. 2. Penghentian Pembayaran Pemberian Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil dihentikan apabila: a. meninggal dunia, maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berikutnya; b. mencapai batas usia 60 tahun, maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berikutnya; c. diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan dan pembayaran Tunjangan Profesi selanjutnya akan dibayarkan oleh pemerintah daerah; d. mengundurkan diri atas permintaan sendiri, maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan; e. dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap, maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan; f. mendapat tugas belajar, maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan; dan/atau g. tidak melaksanakan tugas/meninggalkan tugas mengajar tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan paling banyak 3 (tiga) hari berturut-turut atau kumulatif 5 (lima) hari dalam satu bulan, maka penghentian pembayarannya dilakukan pada bulan berkenaan;

Kondisi tersebut di atas dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dari pihak yang berwenang. Kepala sekolah wajib melaporkan kepada dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya, apabila terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf g sebelum jatuh tempo pembayaran tunjangan profesi. I. Pengendalian dan Pengawasan 1. Pengendalian Kegiatan pengendalian pembayaran Tunjangan Profesi ini dilakukan melalui: a. sosialisasi program penyaluran Tunjangan Profesi oleh Direktort Jenderal GTK kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/ kota dan guru bukan pegawai negeri sipil sesuai dengan kewenangannya. b. pemantauan dan evaluasi (monitoring dan evaluasi) dilakukan oleh instansi terkait. c. penyelesaian masalah secara terus menerus dilakukan atas permasalahan yang terjadi dalam proses pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi. 2. Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh aparat fungsional internal dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang undangan. J. Pertanggungjawaban Bentuk Pertanggungjawaban bagi pemberi bantuan pemerintah adalah: 1. Surat Keputusan Tunjangan Profesi; 2. Surat Perintah Membayar (SPM); dan 3. Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD). K. Sanksi Tunjangan Profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila: 1. terbukti memperoleh kualifikasi akademik dan/atau sertifikat pendidik dengan cara melawan hukum; 2. menerima lebih dari satu Tunjangan Profesi yang berasal dari sumber dana yang sama atau berbeda. 3. di kemudian hari terbukti tidak memenuhi kriteria penerima Tunjangan Profesi guru bukan pegawai negeri sipil;

4. terbukti menerima Tunjangan Profesi yang tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris Jenderal ini Jumlah pengembalian Tunjangan Profesi terhitung sejak bulan guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan menerima Tunjangan khusus yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. SEKRETARIS JENDERAL, TTD. DIDIK SUHARDI Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Dian Wahyuni NIP 196210221988032001

SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI DAN TUNJANGAN KHUSUS GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS BAGI GURU BUKAN PNS A. Tujuan Tujuan Penyaluran Tunjangan Khusus yaitu: 1. memberi penghargaan kepada guru bukan pegawai negeri sipil di Daerah Khusus sebagai tenaga profesional dalam melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; dan 2. mengangkat martabat, meningkatkan kompetensi, dan memajukan profesi guru bukan pegawai negeri sipil, serta meningkatkan mutu pembelajaran dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu di Daerah Khusus. B. Pemberi Tunjangan Khusus 1. Tunjangan Khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui masingmasing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK. 2. Dana untuk pembayaran tunjangan khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun berkenaan melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) masing-masing direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK. C. Kriteria Penerima Tunjangan Khusus Tunjangan khusus guru bukan pegawai negeri sipil diberikan dengan kriteria sebagai berikut: 1. guru bukan pegawai negeri sipil yang bertugas pada satuan pendidikan di Daerah Khusus yang daerahnya ditetapkan oleh Menteri dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang menangani

- 24 - bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi dengan kriteria: a. jumlah penerima Tunjangan Khusus pada satuan pendidikan tidak melebihi kebutuhan guru ideal pada satuan pendidikan tersebut; b. Daerah Khusus merupakan desa sangat tertinggal berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Kementerian yang menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi, dan/atau surat rekomendasi dari Menteri yang menangani bidang desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi; dan c. guru bukan pegawai negeri sipil yang menerima Tunjangan Khusus juga dapat ditentukan berdasarkan: 1) kepentingan nasional; 2) program prioritas Pemerintah Pusat; dan/atau 3) ketersediaan anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK); dan 3. memiliki SK penugasan mengajar di satuan pendidikan pada Daerah Khusus yang dikeluarkan oleh pejabat pembina kepegawaian atau penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan kewenangannya. D. Besaran Tunjangan Khusus 1. Besaran Tunjangan khusus guru bukan pegawai negeri sipil sebagai berikut: a. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang telah memiliki Surat Keputusan (SK) inpassing atau kesetaraan diberikan setara gaji pokok pegawai negeri sipil dengan masa kerja dan golongan yang sama setiap bulan; atau b. bagi guru bukan pegawai negeri sipil yang belum memiliki SK inpassing atau kesetaraan diberikan sebesar Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulan. 2. Besaran Tunjangan khusus sebagaimana dimaksud pada angka 1 dikenakan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

- 25 - E. Tata Kelola Pencairan Dana Bantuan Pemerintah 1. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sesuai dengan kewenangannya membayar Tunjangan Khusus ke rekening guru. 2. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK wajib membayarkan Tunjangan Khusus sesuai tempat terbitnya Surat Keputusan Penerima Tunjangan Khusus (SKTK) setiap triwulan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK sesuai dengan kewenangannya mengajukan Surat Perintah Membayar untuk penyaluran dana tunjangan khusus bagi guru bukan pegawai negeri sipil ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). 4. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebagai bukti perintah pencairan dana ke rekening penerima Tunjangan Khusus. F. Penyaluran Tunjangan Khusus 1. Sumber Data Data yang digunakan bersumber dari dapodik yang kebenarannya dijamin oleh kepala satuan pendidikan berdasarkan surat pertanggungjawaban mutlak. 2. Penarikan Data Direktorat Jenderal GTK melakukan penarikan data dari dapodik pada bulan Maret setiap tahun berkenaan. Kemudian melakukan verifikasi kelayakan calon penerima Tunjangan Khusus. 3. Pengusulan Calon Penerima Pengusulan calon penerima Tunjangan Khusus dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut: a. dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya mengusulkan calon penerima Tunjangan Khusus secara daring berdasarkan data calon penerima Tunjangan Khusus melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen Aneka Tunjangan (SIM-Antun) mulai per tanggal 1 Maret tahun berkenaan. b. dalam hal Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya tidak mengusulkan calon penerima Tunjangan Khusus sampai tanggal 31 Mei pada tahun berkenaan, Direktorat Jenderal GTK dapat menetapkan

- 26 - penerima Tunjangan Khusus yang memenuhi persyaratan tanpa pengusulan. c. dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota dapat menolak pemberian tunjangan khusus melalui surat tertulis yang ditandatangani oleh gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya kepada Menteri u.p Direktur Jenderal GTK paling lambat diterima 30 April pada tahun berkenaan. 4. Aplikasi Kehadiran Guru dan Tenaga Kependidikan (Hadir GTK) a. Aplikasi Hadir GTK merupakan aplikasi yang dirancang untuk mempercepat proses pembayaran Tunjangan Khusus. b. Pencatatan kehadiran guru bukan pegawai negeri sipil diberlakukan secara daring (online) melalui aplikasi Hadir GTK yang terdapat pada website http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id. c. Tata cara penggunaan aplikasi Hadir GTK diatur dalam pedoman penggunaan aplikasi Hadir GTK yang dapat diunduh di laman http://hadir.gtk.kemdikbud.go.id. d. Aplikasi Hadir GTK efektif berlaku pada tahun ajaran 2018-2019. e. Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK dan dinas pendidikan sesuai dengan kewenangannya dapat mengunduh hasil rekapitulasi kehadiran GTK melalui aplikasi Hadir GTK. 5. Pergantian Penerima Tunjangan Khusus a. Guru yang pernah menerima Tunjangan Khusus dapat diganti dengan guru lain yang belum atau tidak menerima Tunjangan Khusus, apabila guru yang pernah menerima Tunjangan Khusus tersebut tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai penerima tunjangan. b. Guru pengganti harus memenuhi kriteria sebagai penerima Tunjangan Khusus. c. Penggantian penerima tunjangan khusus, dilakukan dengan mengusulkan guru pengganti melalui mekanisme sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan guru pengganti tersebut menerima pemberian tunjangan khusus terhitung bulan berikutnya pada tahun berkenaan.

- 27 - d. Penggantian penerima Tunjangan Khusus dapat dilakukan dengan memperhatikan ketersediaan anggaran. 6. Penerbitan Surat Keputusan Penerima Tunjangan Khusus (SKTK) SKTK diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK sebanyak 1 (satu) kali dalam satu tahun. 7. Penghentian Pemberian Tunjangan Khusus a. meninggal dunia (pembayaran dihentikan pada bulan berikutnya); b. mencapai batas usia pensiun (pembayaran dihentikan pada bulan berikutnya); c. mengundurkan diri atas permintaan sendiri (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan); d. dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan telah memiliki kekuatan hukum tetap (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan); e. mendapat tugas belajar (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan); f. tidak melaksanakan tugas tanpa surat keterangan/penugasan dari pejabat yang berwenang (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan); g. tidak lagi bertugas di Daerah Khusus atau mutasi ke jabatan struktural atau fungsional umum (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan); dan/atau h. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja antara guru dan penyelenggara pendidikan bagi guru bukan pegawai negeri sipil (pembayaran dihentikan pada bulan berkenaan). 8. Koordinasi dan Sosialisasi Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan koordinasi dan sosialisasi pelaksanaan pemberian Tunjangan Khusus dengan pihak dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

- 28 - Gambar 1 Mekanisme Penyaluran Tunjangan Khusus bagi Guru Bukan Peagwai Negeri Sipil G. Pengendalian Program 1. Pengendalian Program Direktorat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal GTK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan pengendalian pelaksanaan pembayaran Tunjangan Khusus, yang mencakup semua upaya yang dilakukan dalam rangka menjamin pelaksanaan pembayaran Tunjangan Khusus agar dapat berjalan sebagaimana mestinya, tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah besaran, dan sesuai dengan peraturan perundang undangan. Kegiatan pengendalian penyaluran Tunjangan Khusus ini dilakukan melalui: a. sosialisasi program penyaluran Tunjangan Khusus kepada dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota; b. penyelesaian masalah atas permasalahan yang terjadi dalam proses pembayaran Tunjangan Khusus; c. rekonsiliasi data penerima Tunjangan Khusus dengan instansi terkait.

- 29-2. Pengawasan Untuk mewujudkan penyaluran Tunjangan Khusus yang transparan dan akuntabel, diperlukan pengawasan oleh aparat fungsional internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. H. Pertanggungjawaban Direktorat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal GTK melaporkan secara daring melalui aplikasi laporan realisasi yang disediakan oleh Direktorat Jenderal GTK. I. Sanksi 1. Guru bukan pegawai negeri sipil yang terbukti menerima Tunjangan Khusus yang tidak sesuai dengan Peraturan Sekretaris Jenderal ini, wajib mengembalikan tunjangan yang telah diterimanya. 2. Jumlah pengembalian Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud pada angka 1 terhitung sejak bulan guru bukan pegawai negeri sipil yang bersangkutan menerima Tunjangan Khusus yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SEKRETARIS JENDERAL TTD. DIDIK SUHARDI Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, TTD. Dian Wahyuni NIP 196210221988032001