BAB I PENDAHULUAN. setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonimis World Health Organization (WHO,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah salah satu masalah kesehatan yang masih. banyak ditemukan di setiap negara. Salah satunya adalah negara

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

Syarniah 1, Akhmad Rizani 2, Elprida Sirait 3 ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2005). Kesehatan terdiri dari kesehatan jasmani (fisik) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai. salah satunya adalah pembangunan dibidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mendasar bagi manusia. World Health Organization (WHO) sejaterah seseorang secara fisik, mental maupun sosial.

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dan tingkah laku seseorang sehingga menimbulkan penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia memiliki tiga komponen utama sehingga disebut. makhluk yang utuh dan berbeda dengan mahkluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan, pekerjaan dan pergaulan (Keliat, 2006). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. membuat arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. utuh dimana indikator sehat tidak sekedar dari fisik yang sehat melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. American Nurses

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 18 pasal 1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyeluruh dalam menjalankan fungsi-fungsinya, karena keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, serta sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonimis World Health Organization (WHO, 2015). Menurut undang-undang No.18 tahun 2014 pengertian kesehatan jiwa ialah kondisi seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (Kemenkumham, 2014). Dikatakan orang itu sehat jiwanya dimana suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang terlibat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang efektif, serta kestabilan emosional (Suharto, 2014). Dikatakan seseorang sehat jiwanya dimana kondisi mental sejahtera dalam kehidupanya serta harmonis dan seorang itu produktif sebagai bagian yang sangat utuh dari kualitas hidup seseorang itu sendiri (Afnuhazi, 2015). Gangguan jiwa dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom atau pola psikologis dan prilaku yang sangat penting secara klinis yang dapat terjadi pada seseorang yang dikaitkan dengan adanya distess serta disabilitas dapat disertai meningkatnya resiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan kebebasan. Gangguan jiwa merupakan gejala yang dapat dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik yang utama dari kerusakan fungsi prilaku dan psikologis yang secara umum dapat diukur dengan berbagai konsep norma dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dengan respon yang mungkin 1

2 diharapkan pada kejadian tertentu tetapi dapat juga dengan keterbatasan hubungan antara individu dan lingkungan sekitarnya. (Suharto, 2014) Menurut WHO sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan jiwa. Menurut laporan dari Human Rights Watch Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang sakit jiwa, Indonesia hanya memiliki 600-800 psikiater, sehingga satu orang harus menangani 300.000 sampai 400.000 pasien gangguan jiwa (Wijayanti dan Rahmandani, 2016). Gangguan jiwa di Indonesia menunjukan prevalensi 1,7 permil. Data gangguan jiwa berat yang pernah mengalami pemasungan sebanyak 14,3 persen. Pemasungan terbanyak terjadi di pedesaan 18,2 persen. Prevalensi gangguan mental emosional yang terjadi pada penduduk Indonesia 6,0 persen. Dari 33 rumah sakit jiwa (RSJ) di Indonesia jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai sekitar 2,5 juta jiwa. Studi penelitian (Wijayayanti dan Rahmandani, 2016), penyebaran orang dengan pasung di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011-2015 kebanyakan orang tersbut dibawa RSJ dr. Soerojo Magelang kasus orang yang dibawa berjumlah sekitar 260 kasus. Jumlah kunjungan pada orang dengan gangguan jiwa pada tahun 2015 sebanyak 31.504. kunjungan pada orang dengan gangguan jiwa terbesar dirumah sakit sebanyak 60,59 persen (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015). Sedangkan di Kabupaten Sukoharjo terdapat 2778 dengan kasus gangguan jiwa yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo (DKK Kabupaten Sukoharjo, 2013). Pasien pasung pada wilayah Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2013 yang masuk RSDJ Surakarta sebanyak 37 pasien data ini didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Menurut (Syarniah, Rizani A, Sirait E, 2014) gangguan kesehatan jiwa atau mental illnes ialah kesulitan yang perlu dihadapi oleh seseorang karena

3 hubunganya dengan orang disekitarnya, kesulitan dalam presepsinya tentang kehidupan dan sikap terhadap dirinya sendiri. Menurut Hidayat (2017) sebanyak 37 orang di berbagai kecamatan di Kabupaten Sukoharjo mengalami gangguan jiwa yang dipasung. Keluarga yang anggota keluarganya menderita gangguan jiwa yang pasien tersebut mengalami pemasungan maka keluarga tersebut memberikan penanganan yang khusus terhadap pasien gangguan jiwa yeng mengalami pasung. Dalam hal ini kader kesehatan diperlukan untuk membantu keluarga mengatasi permasalahan pada gangguan jiwa. Kader bertugas untuk mendata pasien jiwa sehingga dapat mengajak pasien jiwa dirumah sakit. Untuk itu kader juga diberikan promosi kesehatan, sehingga pengetahuan dan sikap penanganan gangguan jiwa semakin membaik (Zulkifli, 2003). Menurut Kholid (2012) Promosi Kesehatan meningkatkan kemampuan kader dan masyarakat melalui proses pembelajaran diri, sehingga dapat mencegah timbulnya masalah gangguan jiwa dilingkungan sekitarnya. Sebagai sasaran kesehatan harus sadar akan kondisi yang membahayakan banyak orang. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan yaitu resiko kondisi kemiskinan, pendidikan yang berkualitas, pangan dan peningkatan nutrisi, sikap dan perilaku masyarakat (Labonte, R 2016). Penyediaan pelayanan kesehatan untuk memberikan perawatan kesehatan dan sosial mempengaruhi orang-orang dalam masyarakat. Pelayanan teknologi media dan kesehatan komunikasi bertujuan untuk memberikan pemahaman pengetahuan sebagai alat promosi kesehatan dalam keterlibatan teknologi yang lebih modern. Dengan adanya pelayanan kesehatan yang baik sehingga dapat mengubah sikap yang positif dan memotivasi dalam bidang kesehatan (Quico,C., et all. 2014).

4 Pengetahuan jiwa tentang cara penyembuhan dan kekambuhan gangguan jiwa pada kader, memperbaiki tingkat pengetahuan kader kesehatan. Sehingga bisa meningkatkan kinerja kader secara profesional. Pengetahuan akan mempengaruhi yaitu: meliputi, tahu, memahani, aplikasi, analisa, sintesis, evaluasi (Notoatmodjo, 2012). Pemenuhan kebutuhan pengetahuan akan bedampak positif pada kader dan dapat memperoleh sikap yang baik dan perilaku pada penanganan pada gangguan jiwa. Sikap merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku para kader. Para kader harus memiliki sifat, menerima, merespons, menghargai, bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2012). Sikap negatif masyarakat leptospirosis saat ini tidaklah luput dari pengetahuan masyarakat yang rendah mengenai penyakit tersebut. Kader maupun masyarakat belum mengetahui tanda dan gejala penyakit gangguan jiwa serta penaganan tentang gangguan jiwa (Fuadi, 2016). Adanya pengalaman pribadi dan faktor kebudayaan yang mempengaruhi perilaku kader dalam penanganan gangguan jiwa (Azwar, 2013). Perilaku kader sebagai respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar dapat diartikan bahwa perilaku ialah pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Berdasarkan masalah pada studi pendahuluan diatas maka penelitian tertarik untuk melakuakan penelitian tentang promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kecenderungan berprilaku pada kader yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa dikabupaten sukoharjo. B. Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang diuraikan di atas dirumuskan masalah sebagai berikut:

5 Apakah ada pengaruh promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kecenderungan berperilaku pada kader yang ada anggota masyarakatnya mengalami gangguan jiwa di Kabupaten Sukoharjo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini terdiri dari dua tujuan penelitian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitaian untuk melakukan penelitian ini untuk mendapatkan hasil gambaran apakah dengan diadakan promosi kesehatan kader dapat mengerti tentang bagaimana merawat pasien yang mengalami pemansungan atau pernah mengalami gangguan sakit jiwa. 2. Tujuan Khusus Tujuan Khusus penelitian ini untuk: a. Mengetahui karakteristik personal kader dalam merawat pasien gangguan jiwa. b. Mengetahui distribusi pengetahuan, sikap, dan berkecenderungan berperilaku kader dalam merawat pasien gangguan jiwa. c. Mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan berkencenderungan berperilaku pada kader dalam merawat pasiwn merawat gangguan jiwa. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1. Secara teori atau keilmuan a. Untuk peneliti

6 Manfaat bagi peneliti untuk menambahkan wawasan dalam suatu penelitian, dan diharapkan penelitian ini bisa bermanfaat bagi pembaca penelitian ini dan bisa memperbanyak suatu wawasan keilmuan khususnya pada keilmuan kesehatan jiwa. b. Untuk instansi pendidikan Manfaat untuk instansi pendidikan ini guna untuk menambah referensi pada penelitian ini, dan diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi keluarga yang anggota keluarganya menderita gangguan jiwa pasung dan hasil penelitian ini bisa memberikan informasi untuk menjadikan penelitian selanjutnya. 2. Secara praktis a. Bagi kelurga Dapat membantu keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menerita gangguan jiwa yang dipasung. b. Bagi masyarakat Dijadikan penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat supaya masyarakat mengerti bangaimana merawat pasien yang gangguan jiwa dan menurunkan kejadian angka gangguan jiwa yang berbeda dalam suatu wilayah tersebut. E. Keaslian Penelitian 1. Syarniah, Rizani. A, Sirait. E. (2014) dengan judul studi deskriptif persepsi masyarakat tentang pasung pada klien gangguan jiwa berdasarkan karakteristik demografi di desa sungai arpat kecamatan karang intan kabupaten banjar. Penelitian ini menggunakan metode desaiin penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini terbagi menjadi 4 responden: 1. Karakteristik responden berdasarkan usia. 2. Karakteristik responden bedasarkan jenis

7 kelamin. 3. Karakteristik responden bedasarkan pendidikan. 4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan. Perbedaan yang terdapat dipenelitian ini adalah jenis penelitian, metode penelitian yang digunakan dan tempat yang diteliti. 2. Wijayanti dan Masykur, (2016), dengan judul penelitiannya lepas untuk kembali dikungkung: studi kasus pemasungan kembali eks pasien gangguan jiwa. Penelitian mengkaji dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil penelitian ini terbagi menjadi 5 periode: 1. Periode sebelum dipasung. 2. Periode ketika dipasung. 3. Periode lepas pasung. 4. Periode pengobatan alternatif. 5. Periode pemasungan kembali. Perbedaan yang terdapat dipenelitian ini adalah jenis penelitian, metode penelitian yang digunakan dan tempat yang diteliti.