2016 INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP ILMIAH SISWA BERBASIS PEER ASSESSMENT PADA PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nuraini S., 2015

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran proses sains dalam konteks kurikulum 2013 dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN AUTENTIK ASSESMEN BERUPA PENILAIAN PROYEK DENGAN PRODUK MIND MAPPING PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hermansyah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

2015 SKALA UNTUK MENILAI SIKAP-SIKAP SISWA SMA KELAS XI DALAM PEMBELAJARAN HIDROKARBON

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT SIKAP ILMIAH BERBASIS SELF ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pemerintah menetapkan tiga arah pengembangan pendidikan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia haruslah memberi landasan dan penguatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

2015 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS SD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (student centered active learning). Siswa ditempatkan sebagai subyek. belajarnya dengan bantuan fasilitator (guru).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi bagi siswa. Kontribusi yang diharapkan dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi diiringi dengan produk yang dihasilkannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem pembelajaran. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membentuk kualitas sumber daya manusia memperoleh

III. METODE PENELITIAN. LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Siti Sya adah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Namun biasanya penilaian ini lebih ditujukan hanya untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan Proses Sains Berbentuk Tes Esai untuk Mata Pelajaran Fisika SMA Kelas X

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2014 IDENTIFIKASI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH YANG MUNCUL MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATERI NUTRISI KELAS XI

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. baru serta teori baru kedalam kurikulum sekolah. 1 Pendidikan merupakan

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

KAJIAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA DENGAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS MELALUI PENDEKATAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung

I. PENDAHULUAN. Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian Tingkat perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kemajuan dan perkembangan suatu pendidikan baik dari guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan serta kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah dalam bidang pendidikan. Salah satu kebijakan pemerintah yang dilakukan untuk mewujudkan pendidikan di Indonesia semakin lebih baik, yaitu perubahan kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dirancang dengan beberapa karakteristik, salah satu karakteristiknya ialah mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik (Kemendikbud, 2013, hlm. 3). Artinya kurikulum 2013 dirancang untuk menyelaraskan hasil dari pembelajaran tidak hanya dari aspek pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada aspek sikap. Hal ini senada dengan ungkapan Sudjana (2013, hlm.3), yaitu hasil belajar siswa pada hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku yang merupakan tujuan pengajaran (instruksional), yang mana dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laku siswa telah terjadi melalui proses belajarnya. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian yang dilakukan di sekolah dalam menentukan pencapaian hasil belajar siswa pada umumnya adalah penilaian pada aspek pengetahuan dan keterampilan, oleh sebab itu perlu dikembangkan instrumen penilaian pada aspek sikap untuk menentukan pencapaian hasil belajar. 1

2 Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajar mengajar (Sudjana, 2013, hlm.9). Artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap saat proses belajar mengajar. Agar diperoleh hasil belajar yang objektif dalam arti menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus menggunakan berbagai alat yang sifatnya komprehensif. Dengan sifat komprehensif dimaksudkan aspek yang dinilai tidak hanya pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap. Keberhasilan pembelajaran pada ranah pengetahuan dan keterampilan dipengaruhi oleh kondisi sikap siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sejumlah sikap positif sesuai dengan yang diungkapkan Popham dalam (Basuki dan Hariyanto, 2015, hlm. 188), siswa akan merasa senang bahkan tertantang untuk mempelajari mata pelajaran tertentu sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut Basuki dan Hariyanto (2015, hlm. 196) ada lima instrumen penilaian aspek afektif, yaitu instrumen sikap, instrumen minat, instrumen nilai, instrumen moral, dan instrumen konsep diri. Penelitian ini difokuskan pada penilaian aspek sikap yang masih jarang dilakukan di sekolah. Peneliti mengembangkan instrumen penilaian sikap karena mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kurikulum SMA, bahwa penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajaran, kompetensi muatan, kompetensi program, dan proses. Teknik dan instrumen yang digunakan dalam penilaian kompetensi sikap antara lain; observasi, penilaian diri, penilaian antar peserta didik (peer assessment), dan jurnal. Pengembangan instrumen penilaian sikap berbasis observasi telah dikembangkan oleh Wahyuningtyas (2015), penelitiannya menghasilkan instrumen penilaian sikap dengan validitas di atas nilai CVR kritis 0,622 untuk tujuh validator dan nilai reliabilitas 1,000 merupakan kategori sangat tinggi menggunakan korelasi pearson sehingga intrumen penilaian sikap yang dikembangkan dinyatakan valid dan reliabel. Hasil penelitian tersebut hanya

3 sebatas pengembangan instrumen penilaian sikap yang dilakukan secara self assessment, sedangkan keterlibatan siswa diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Oleh karena itu, peneliti mengembangkan instrumen penilaian sikap berbasis peer assessment untuk mengetahui apakah teknik penilaian berbasis peer assessment valid dan reliabel untuk menilai sikap ilmiah siswa atau tidak. Penelitian terkait juga pernah dilakukan oleh Dwisiswi dan Fatahilah (2013), yaitu Pengembangan Instrumen Penilaian Afektif melalui Peer Assessment dalam Pembelajaran Fisika Siswa SMA/MA kelas X menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Hasil dari penelitian ini nilai validitas instrumen dan reliabilitas, yaitu valid dan reliabel dan hasil pelaksanaan peer assessment sebesar 88,76% untuk kelompok asal dan 86,64% untuk kelompok ahli. Presentase antara kelompok asal dan ahli tidak jauh berbeda, dikatakan bahwa pelaksanaan peer assessment dalam kategori baik. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian serupa pada bidang ilmu kimia. Peer Assessment merupakan suatu bentuk penilaian seorang siswa terhadap siswa lainnya. Dalam peer assessment, siswa dilibatkan secara langsung dalam proses penilaian. Pada penerapan peer assessment ini diharapkan siswa dapat membangun kritik dan masukan langsung kepada siswa yang dinilai, karena biasanya jika penilaian hanya sebatas dari guru saja akan terkendala dengan jumlah siswa yang banyak guru kesulitan untuk mengkritisi kesalahan dan menilai sikap siswa satu per satu. Hal ini diungkapkan oleh beberapa guru kimia yang ada di kota Bandung melalui wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti. Penerapan peer assessment dapat menjadi sarana pembelajaran bagi siswa melakukan penilaian dengan membandingkannya terhadap kriteria penilaian, dan mengembangkan nilai-nilai sikap ilmiah pada diri siswa, seperti kerja sama, rasa ingin tahu, nilai kejujuran dalam menilai, sikap terbuka dalam memberi penilaian artinya siswa dapat bersikap objektif. Sikap kritis siswa juga dapat dilatih ketika siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan siswa mengevaluasi ini terdapat pada taksonomi Bloom pada jenjang evaluasi (C5).

4 Pengembangan instrumen ini akan diaplikasikan pada proses pembelajaran kimia, yang menekankan pada pemberian pengalaman melalui keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendikbud, 2013, hlm. 3-6). Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran berpusat pada siswa. Artinya siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, termasuk dalam penilaian hasil belajar. Sebagai inovasi baru peneliti mengembangkan instrumen penilaian sikap ilmiah berbasis peer assessment, siswa melakukan penilaian terhadap temannya. Menurut Sudjana (2013, hlm. 80) sikap ilmiah akan bermakna bila dihadapkan kepada objek tertentu, maka sikap ilmiah siswa perlu digali untuk mengetahuinya. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian sikap ilmiah siswa berbasis peer assessment akan bermakna jika penilaian sikap dilakukan dengan metode praktikum. Sikap siswa juga turut memegang peran penting dalam berlangsungnya proses pembelajaran menggunakan praktikum. Menurut Syah (2006: 149) sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Berdasarkan hal tersebut sikap ilmiah siswa akan lebih mudah diamati pada saat melaksanakan pembelajaran dengan metode praktikum. Materi kimia yang dipilih pada penelitian ini adalah kesetimbangan kimia Pada kesetimbangan kimia terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pergeseran arah kesetimbangan kimia, yaitu perubahan konsentrasi, suhu, dan tekanan. Penelitian ini dilakukan pada praktikum pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan kimia. Pengaruh perubahan konsentrasi dipilih karena fenomena yang terjadi saat praktikum pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran arah kesetimbangan lebih mudah untuk diamati dibanding faktor perubahan suhu dan tekanan, sehingga dapat digunakan untuk mengaplikasikan peer assessment pertama kali pada peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengembangkan instrumen untuk menilai sikap ilmiah siswa pada saat praktikum dengan menggunakan peer assessment, sehingga dipilih penelitian yang berjudul Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Siswa Berbasis Peer Assessment pada Praktikum Kesetimbangan Kimia

5 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam konteks penelitian Bagaimana Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Siswa Berbasis Peer Assessment pada Praktikum Kesetimbangan Kimia? Secara khusus rumusan masalah penelitian ini diuraikan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah instrumen penilaian sikap ilmiah menggunakan peer assessment yang dikembangkan memenuhi kriteria valid untuk menilai sikap ilmiah siswa SMA dalam praktikum kesetimbangan kimia? 2. Apakah instrumen penilaian sikap ilmiah menggunakan peer assessment yang dikembangkan memenuhi kriteria reliabel untuk menilai sikap ilmiah siswa SMA dalam praktikum kesetimbangan kimia? 3. Bagaimana keterlaksanaan peer assessment dalam menilai sikap ilmiah siswa dalam praktikum kesetimbangan kimia? C. Batasan Masalah Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini adalah pada hal-hal berikut: 1. Materi dalam penelitian ini dibatasi pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan kimia, yaitu konsentrasi. 2. Sikap ilmiah yang dikembangkan terdiri dari lima komponen (Bekerjasama, Jujur, Terbuka, Rasa Ingin Tahu, dan Berpikir Kritis D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menyediakan instrumen penilaian sikap ilmiah siswa yang valid dan reliabel, melatih siswa melakukan peer assessment sehingga dapat digunakan guru dalam menilai sikap siswa pada praktikum kesetimbangan kimia

6 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan, antara lain : 1. Bagi siswa a. Melatih sikap jujur dan objektif b. Melatih kepercayaan diri siswa dalam menilai orang lain khususnya temannya c. Melatih siswa mampu menganalisis sikap ilmiah temannya terhadap pembelajaran 2. Bagi guru a. Mengetahui bentuk instrumen penilaian sikap ilmiah siswa yang dapat digunakan dalam menilai sikap siswa dalam pembelajaran b. Mengenalkan kepada siswa pentingnya keterlibatan siswa dalam penilaian c. Membantu mempermudah guru dalam melakukan penilaian sikap ilmiah terhadap siswa 3. Bagi peneliti Memperoleh informasi validitas dan reliabilitas dari instrumen penilaian sikap ilmiah siswa berbasis peer assessment yang dikembangkan dan keterlakasanaannya ketika diuji cobakan pada praktikum kesetimbangan kimia. F. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab. Urutan penulisan skripsi setiap bab adalah sebagai berikut : 1. Bab I dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan strukutur organisasi skripsi 2. Bab II dipaparkan mengenai tinjauan pustaka (yang meliputi penilaian sikap, sikap ilmiah, skala likert dan pengaruh konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan kimia), dan kerangka pemikiran 3. Bab III dipaparkan mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, dan teknik analisis data

7 4. Bab IV dipaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan 5. Bab V dipaparkan mengenai kesimpulan dan saran