BAB I PENDAHULUAN. Segala sesuatu kehidupan yang ada di dunia ini pastilah sudah ditentukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkanya. Perkawinan sebagai jalan untuk bisa mewujudkan suatu keluarga

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Perkawinan Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat Batak Simalungun. Soerbakti (2000:65) mengatakan,

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1). Menurut hukum adat, atau merupakan salah satu cara untuk menjalankan upacara-upacara yang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan satuan sosial yang paling sederhana di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pasangan muda yang usianya masih dibawah 15 tahun. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

Lingkungan Mahasiswa

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

TINJAUAN TEORITIS ASAS MONOGAMI TIDAK MUTLAK DALAM PERKAWINAN. Dahlan Hasyim *

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Sedangkan menurut

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. pada kejahatan dan dibiarkan seperti binatang, ia akan celaka dan binasa.

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu kehidupan yang ada di dunia ini pastilah sudah ditentukan secara berpasang-pasangan, seperti siang dengan malam, panas dengan hujan dan lain sebagainya. Demikan halnya dengan manusia, mahluk yang paling sempurna yang diciptakan Tuhan, yang sudah ditentukan pasangannya yaitu perempuan dengan laki-laki. Mahkluk hidup dalam kehidupannya, mengalami perkembangan sesuai dengan fase-fase pertumbuhan, oleh karena itu manusia dalam proses perkembangannya mempunyai suatu keinginan yaitu memiliki pasangan hidup. Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang sangat penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial biologis, psikologis maupun secara sosial. Perkawinan merupakan sarana untuk menyalurkan hasrat seksualnya manusia, dengan pasangan hidupnya sesuai dengan ketentuan Agama. Sementara itu secara mental mereka yang telah menikah lebih bisa mengendalikan emosinya dan mengenadalikan nafsu seksnya. Kematangan emosi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, untuk menjaga kelangsungan sebuah perkawinan. Keberhasilan rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh kematangan emosi, baik suami ataupun istri. Namun satu hal yang harus diperhatikan dengan dilangsungkannya perkawinan, maka status sosialnya pun dalam kehidupan masyarakat diakui sebagai pasangan suami istri dan sah secara hukum.

2 Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, Agama, suku bangsa, miskin atau kaya, bertempat tinggal di desa atau kota, oleh karena itu perkawinan harus benar-benar dilaksanakan dengan segala kematangan, baik fisik maupun mental. Perkawinan bukanlah bersifat sementara, akan tetapi untuk seumur hidup. Maka dari itu, sangat disayangkan tidak semua orang dapat memahami hakekat dan tujuan dari perkawinan yang seutuhnya, yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam biduk sebuah keluarga dengan berumah tangga. Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Perkawinan diartikan sebagai ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Suatu perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera lahir dan bathin. Namun bagaimana jika perkawinan itu, dilakukan oleh seorang anak yang belum dewasa yaitu masih di bawah umur, karena masa-masa tersebut merupakan masa lepas anak-anak tetapi belum sampai pada kedewasaan yang sebenarnya. Masa anak-anak yaitu masa yang masih labil artinya masa ingin bermain, dan belum mengerti tentang arti sebuah perkawinan. Pada masa-masa seperti itu, jiwa seseorang masih mencari identitas diri dalam usahanya membuktikan dirinya. Banyak keinginan, impian serta gagasan-gagasan yang ingin diwujudkan, sedangkan kenyataan-kenyataan tidak semudah yang diinginkan, karena pada usia muda pada dasarnya pengalaman masih terbatas, wawasan berfikir belum luas dan

3 perhatian masih banyak tertuju pada kepentingan dirinya sendiri, dan rasa tanggung jawab belum banyak diharapkan. Menurut Abu Yusuf Al-Islami (2009: 24) bagi siapa saja yang bermaksud berkeluarga, sekurang-kurangnya harus mempunyai empat macam persiapan, antara lain : 1. Mempunyai persiapan fisik yang sehat. Kesiapan fisik adalah suatu kesiapan yang menyangkut masalah usia, yakni harus sudah mencapai usia dewasa sekurang-kurangnya 16 tahun bagi wanita dan 19 tahun bagi pria. Faktor usia dapat berpengaruh keutuhan sebuah perkawinan atau rumah tangga, dikarenakan kepribadian yang belum matang, pendidikan belum maksimal, penghasilan masih terbatas, serta penyesuaian diri pada masing-masing keluarga baik fihak istri maupun suami. 2. Mempunyai persiapan mental yang baik. 3. Sehat fisik, sehat mental dan sehat sosial. 4. Memilih calon pasangan yang baik. Dewasa ini, masih banyak terjadi kasus-kasus perkawinan di bawah umur, padahal ketentuan umur untuk melangsungkan perkawinan telah ditentukan dalam Undang-undang perkawinan. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, bahwa perrnikahan dini atau perkawinan di bawah umur sangat menghawatirkan dan meresahkan peneliti, karena batas umur perkawinan telah ditetapkan pada pasal 7 ayat (1) No 1 Tahun 1974, yaitu perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Namun pada kenyataannya, didalam kehidupan masih banyak ditemukan kasus-kasus perkawinan di bawah umur atau usia muda, yang terjadi di Indonesia khususnya di daerah-daerah pada mayarakat pedesaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, ada beberapa faktor pendorong yang memnyebabkan terjadinya perkawinan di bawah umur. Faktor-

4 faktor tersebut yaitu pendidikan, kultur (kebudayaan), serta ekonomi. Ketiga faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya, khususnya pada masyarakat pedesaan. Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan mereka, sangat mempengaruhi pada pola pikir dalam memahami dan mengerti tentang hakekat dan tujuan perkawinan. Sehingga ada kecendenrungan untuk mengawinkan anaknya yang masih di bawah umur. Selain itu, faktor ekonomi atau tempat mereka tinggal juga mempengaruhi untuk terjadinya perkawinan di bawah umur. Yang mana keadaan keluarga yang hidup di bawah garis kemiskinan, dan untuk meringankan beban hidupnya maka anaknya tersebut harus dikawinkan kepada orang yang mampu. Selain kedua faktor di atas, faktor lain yang menyebabkan terjadinya perkawinan di bawah umur, yaitu menyangkut kultur atau budaya masyarakat khususnya masyarakat pedesaan. Ada beberapa pandangan keluarga mengenai anak gadis, yaitu sebuah keluarga tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah. Dikarenakan, orang-orang di sekitar tempat ia tinggal, akan menganggap si gadis tersebut sebagai perawan tua, dan hal tersebut sangat mengganggu pikiran serta hati orang tua. Tidak hanya itu, orang tua juga khawatir akan kena aib, karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang terlalu dekat, sehingga harus dinikahkan. Selain itu, apabila si anak belum mendapatkan jodohnya, maka orang tua harus ikut membantu mencarikan jodoh untuk anaknya tersebut. Dengan catatan bahwa jodoh yang dipilih untuk anaknya disetujui. Salah satu faktor lainnya, yaitu pergaulan anak-anak yang terlalu bebas dalam kehidupan kesehariannya, disekitar dimana ia tinggal. Pergaulan bebas

5 tersebut yang membawa pengaruh buruk terhadap sikap dan prilaku anak-anak, sehingga menimbulkan terjadinya perkawinan di bawah umur. Berdasarkan latar belakang diatas, oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang perkawinan di bawah umur ditinjau dari UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain : 1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkawinan di bawah umur? 2. Bagaimana dampak yang dialami oleh orang-orang yang melakukan perkawinan di bawah umur dalam kelangsungan hidupnya? 3. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan pemerintah dalam meminimalisir perkawinan di bawah umur yang terjadi di Desa Karyamukti Kecamatan Cililin? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana perkawinan di bawah umur bisa terjadi dalam kehidupan masyarakat, padahal pemerintah telah menentukan batas umur untuk melakukan suatu perkawinan.

6 2. Tujuan Khusus Sedangkan secara khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkawinan di bawah umur. b. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang dialami oleh orang-orang yang melakukan perkawinan di bawah umur dalam kelangsungan hidupnya. c. Untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan pemerintah dalam meminimalisir perkawinan di bawah umur yang terjadi di Desa Karyamukti Kecamatan Cililin. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini yaitu akan memberikan wawasan keilmuan dan pengetahuan yang lebih luas bagi peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung, serta memberikan konsep-konsep baru yang mana diharapkan dapat menunjang kehidupan masyarakat. 2. Secara Praktis Sedangkan manfaat penelitian ini, secara praktis diharapkan bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Yang mana, dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat desa Karyamukati kecamtan Cililin, untuk mempertimbangkan ketercukupinya umur untuk melangsungkan suatu perkawinan. Manfaat praktis tersebut yaitu :

7 a. Dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya perkawinan di bawah umur. b. Dapat mengetahui bagaimana dampak yang di alami oleh orang-orang yang melakukan perkawinan di bawah umur dalam kelangsungan hidupnya. c. Dapat mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh tokoh masyarakat dan pemerintah dalam meminimalisir perkawinan di bawah umur yang terjadi di Desa Karyamukti Kecamatan Cililin.. E. Penjelasan Istilah Supaya dalam penelitian ini terdapat kesesuaian pemikiran antara penulis dan pembaca maka akan dijelaskan istilah yang yang di ambil dari judul proposal ini yaitu sebagai berikut : 1. Perkawinan Perkawinan menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974 pasal 1 perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suatu ikatan suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah-tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut hukum Agama perkawinan adalah suatu perbuatan yang suci (sakramen, samsakara) yaitu perkawinan adalah suatu perikatan antara dua belah pihak yaitu pihak laki-laki dan pihak perempuan dalam memenuhi perintah dan anjuran yang Tuhan Yang Maha Esa, agar kehidupan keluarga dan berumahtangga serta berkerabat bisa berjalan dengan baik dengan anjuran agamanya.

8 Menurut hukum Islam perkawinan adalah akad atau persetujuan antara calon suami dan calon istri karenanya berlangsung melalui ijab qobul atau serah terima. Apabila akad nikah tersebut telah dilangsungkan, maka mereka telah berjanji dan bersedia menciptakan rumah tangga bersama-sama (Thoha Nasrudin, 1976;10). 2. Di Bawah Umur Selain istilah perkawinan yang peneliti ambil dalam penelitian ini ada istilah lain yaitu di bawah umur. Yang dimaksud dengan di bawah umur peneliti mengambil beberapa konsep yaitu berdasarkan Undang-undang seperti UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 7 menyatakan Bahwa anak yang belum mencapai umur bagi laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun masih dikatakan dibawah umur. Dan dalam pasal 7 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan bahwa batas umur untuk melakukan perkawinan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapi umur 16 tahun. Serta dalam pasal 6 ayat 2 UU No 1 tahun 1974 menyatakan bahwa Untuk melaksungkan suatu perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin dari kedua orang tua. F. Metode Penelitian Metode adalah cara atau jalan yang dilakukan dengan upaya ilmiah. Sedangkan metodologi penelitian adalah ajaran mengenai metode-metode yang dipergunakan sebagai cara-cara untuk mencapai tujuan penelitian melalui proses

9 berpikir. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan bersifat deskriftif. Dalam penelitian dengan menggunakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian akan mendapatkan data deskriftif, berupa lisan atau kata-kata dari gejala yang diamati atau diteliti. Menurut Kirt dan Miler mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental tergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya (Rachman, 1999:118) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 1990:3). Metode Penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriftif. Namun selain itu, peneliti juga menggunakan pendekatan studi kasus. Pendekatan tersebut digunakan karena peneliti menganggap bahwa metode penelitian tersebut lebih mudah dan menunjang dalam mendapatkan data serta informasi mengenai perkawinan di bawah umur. G. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Subjek Penelitian Dalam hal ini, perlu terlebih dahulu dijelaskan tentang apa subjek penelitian itu. Menurut Nasution (1992 : 32) subjek penelitian adalah sumber

10 yang dapat memberikan informasi, disiplin secara purposive dan pertalian dengan purposive atau tujuan tertentu. Berdasarkan uraian diatas maka yang akan dijadikan sebagai subjek peleitian dalam penelitian antara lain a. Petugas KUA Kecamatan Cililin, Desa Karyamukti b. Para pasangan yang melakukan perkawinan di bawah umur c. Para orang tua dari pasangan yang menikah di bawah umur. d. Para tokoh masyarakat desa Karyamukti 2. Lokasi / Wilayah Lokasi penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Desa Karyamukti, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat. Peneliti memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut masih banyak yang melakukan perkawinan di bawah umur. H. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap kegiatan penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang akurat, teperinci dan dapat dipercaya serta dapat dipertanggung jawabkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini harus tepat sesuai dengan masalah penelitian. Agar memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan penelitian maka teknik pengumpulan data yang menurut peneliti

11 tepat yaitu dengan observasi, wawancara serta studi dokumentasi. Ketiga teknik ini dianggap paling tepat, karena sesuai dengan permasalahan. Dalam penelitian kualitatif ini, pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan antara dua arah, dimana pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancara menjawab atas pertanyaaan-pertanyaaan tersebut (Moleong, 1994:135) Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi dengan cara tanya jawab yang dikerjakan dengan sistemamatis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Wawancara ini digunakan untuk mengungkapkan masalah yang sedang diteliti. Dengan demikian wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang open ended (wawancara dimana jawaban tidak terbatas pada satu tanggapan saja) dan mengarah pada pedalaman informasi serta dilakukan tidak secara formal. Wawancara ini dilakukan dengan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi. Wawancara ditujukan kepada lima orang pasangan suami istri yang melangsungkan perkawinan di bawah umur, lima orang tua yang anaknya menikah di bawah umur, dua orang petugas atau pegawai yang bekerja di Kantor Urusan Agama Kecamatan Cililin, dua orang tokoh masyarakat di Desa Karyamukti Kecamatan Cililin. Wawancara dalam penelitian ini, digunakan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi yang ada dengan jawaban-jawaban yang

12 sejujur-jujurnya, mengenai perkawinan di bawah umur yang terjadi di Kecamatan Cililin khususnya di Desa Karyamukti. 2. Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan masalah penelitian (Rachman, 1993:9) Dokumentasi yang peneliti gunakan yakni berupa data-data yang ada Kantor Urusan Agama di Kecamatan Cililin, serta dokumntasi kependudukan mengenai masyarakat Kecamatan Cililin. 3. Observasi Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan seluruh alat indera. Arikunto (1996 : 129) berpendapat bahwa Observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen. Observasi yang dilakukan peneliti adalah meninjau ke lokasi terjadinya perkawinan di bawah umur yang banyak terjadi di daerah Kecamatan Cililin tepatnya di Desa Karyamukti.. 4. Studi Literatur Studi literatur yaitu alat pengumpul data untuk mengungkapkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi atau diteliti sebagai bahan

13 pembahasan hasil penelitian yang diambil dari berbagai buku yang dianggap relevan terhadap isi buku. Faisal (1992:30 ) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang diteliti, termasuk latar belakang mengapa masalah tersebut penting diteliti. Studi literatur yang dimaksud peneliti adalah yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di Kecamatan Cililin tentang perkawinan di bawah umur..