EXECUTIVE SUMMARY ISLAM SYARI AT DAN ISLAM MA RIFAT DI HATUHAHA, KECAMATAN HARUKU, MALUKU TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB IV RESPON MASYARAKAT HINDU TERHADAP PERAYAAN HARI RAYA IDUL FITRI SUKU TENGGER WONOKERTO SUKAPURA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB VI KESIMPULAN. Kebijakan pengasingan telah dikenal sejak masa VOC, yang mana para

BAB VI KESIMPULAN. sosial-politik yang melingkupinya. Demikian pula dengan Islamisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB IV TINJAUAN KRITIS INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT YALAHATAN DALAM PLURALITAS AGAMA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. kelahiran, upacara perkawinan, dan upacara kematian. masyarakat Minagkabau. Tradisi mandoa merupakan bentuk akulturasi

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Qur'an 1433 H, Jakarta, 7 Agustus 2012 Selasa, 07 Agustus 2012

Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB V AIN NI AIN SEBAGAI PENDEKATAN KONSELING PERDAMAIAN BERBASIS BUDAYA

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

BAB V PENUTUP. Interaksi sosial pasca konflik yang terjadi di Maluku perlu mendapat perhatian

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS UD. A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

Pengaruh Islam dalam Kepemimpinan Indonesia

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan. 1) Gambaran umum tentang orang Tionghoa yang ada di Indonesia.

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

Pendidikan Agama Islam

BAB V PENUTUP. Al-Quran yang ditelaah melalui konsep Pendidikan Islam, penulis menemukan

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB III PENYAJIAN DATA. dan observasi yang diperoleh dari responden. Adapun Angket yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB VI PENUTUP A. Simpul-Simpul

BAB I PENDAHULUAN. identitas Indonesia adalah pluralitas, kemajemukan yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pengetahuan, kemampuan akhlak, juga seluruh pribadinya. 1

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

RATIOLEGIS HUKUM RIDDAH

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lain. Mereka terikat oleh norma-norma yang berlaku di dalam

BAB II DESA SENDANGDUWUR. Sebelah Selatan Wilayah Kecamatan Paciran serta memiliki Luas Wilayah + 22,5

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI

ETIKA. Membangun Masyarakat Islam Modern. Informatika. Dr. Rais Hidayat.

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu sendiri. Namun, adanya konflik tersebut bukan untuk dihindari tapi harus

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB IV ANALISIS PEMAHAMAN DAN IMPLEMENTASI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. maka dalam bab ini peneliti kemukakan secara garis besar mengenai

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Konflik merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

Pendidikan Agama Islam Bab 11 ISLAM DAN TOLERANSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

INDAHNYA PERSATUAN DARI MANA MENGENAL MAZHAB SYI'AH?

Makalah Pendidikan Pancasila

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BEDAH BUKU: KONTIUNUITAS ISLAM TRADISIONAL DI BANGKA 1 Oleh: Janawi 2

G. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SDLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah fanatisme cenderung dipandang oleh masyarakat Indonesia sebagai suatu

BAB III AJARAN DAN AMALIAH-AMALIAH TAREKAT SIDDIQIYYAH

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate dari masa ke masa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG

Suasana Hangat Warnai Halal Bi Halal Civitas UNAIR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECAMATAN RUMBAI PESISIR. orang jawa yang masuk dalam Wilayah Wali Tebing Tinggi. Setelah itu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

barakah sesuai dengan sosio-kultural yang membentuknya dan mendominasi cara

BAB I PENDAHULUAN. orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya. Ikatan suci ini adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Transkripsi:

EXECUTIVE SUMMARY ISLAM SYARI AT DAN ISLAM MA RIFAT DI HATUHAHA, KECAMATAN HARUKU, MALUKU TENGAH I slam dengan dengan berbagai pemahaman maupun polanya yang masuk di berbagai wilayah Nusantara sejak abad ke-8 M. telah mempengaruhi bentuk praktik beragama Islam saat ini. Ada dua pola penerimaan Islam di Nusantara yaitu, pola integrasi dan dialog. Para ulama memadukan ajaran Islam dengan nilai dan tradisi setempat secara damai namun tetap dinamis yang disebut kontekstualisasi. Relasi antara Islam dengan tradisi atau kontekstualisasi itu terjadi dalam bentuk penyesuaian nilainilai yang melahirkan nilai baru hasil perpaduan tersebut. Keberhasilan kontekstualisasi ini dalam konteks Jawa menghasilkan masyarakat Islam Santri (taat syari at) dan masyarakat Islam Abangan (tidak taat syari at) tetapi samasama menghargai dan melaksanakan tradisi Islam. Di Hatuhaha, Islamisasi tidak dapat disebut kontekstualisasi, sebab seluruh tradisi keagamaan berakar dari Islam, bukan hasil kontekstualisasi. Islamisasi di Hatuhaha menghasilkan varian muslim Syari at (taat syari at) dan varian muslim Ma rifat (didominasi ajaran sufi dan tarekat). Tradisi keagamaannya sangat kental dengan tasawuf, magis dan sangat dipengaruhi Ahlulbait. Dalam kajian tasawuf, tahapan maqam spiritual Islam ada empat, yaitu syari at, tarekat, hakekat dan ma rifat, yang ~ 1 ~

tidak dapat dipisahkan. Transformasi muslim syari at kepada muslim ma rifat menghadapi masalah. Akhirnya muncullah konflik antara orang Islam syari at (OIS) dan orang Islam ma rifat (OIM) yang menyebabkan OIS terusir dan direlokasi di wilayah yang disebut kampung satelit Ori di tahun 1930- an. Akibat perbedaan penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal OIM pecah menjadi 2 yaitu Orang islam Muka (OI-Muka) dan Orang Islam Belakang (OIB) dan terjadi konflik sejak 1980-an. OIB menyatakan jika 1 Ramadan dan 1 Syawal mengikuti pemerintah, berarti puasa masih di bulan Sya ban dan shalat Idzul Fitri masih di bulan Ramadhan. Jadi keduanya masih di hari kegelapan, karena dalam tradisi hitungan di Hatuhaha (hisab), belum jelas kemunculan bulanya, untuk dapat puasa Ramadan atau Idzul Fitri, yang berarti tidak dijinkan oleh para ruh Auliya penguasa dunia ghaib Hatuhaha. Islam ma rifat yang dipilih masyarakat Hatuhaha dan konflik berdarah antara OIM dan OIB sejak tahun 1980-an dan yang paling besar adalah konflik di tahun 2012 ini penting untuk dikaji, karena tidak masuk akal, bahwa ada sekelompok umat dengan mudah memilih tahapan maqam spiritual ma rifat tanpa syari at dan hanya perbedaan penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal dapat saling menghancurkan, banyak yang tewas, luka-luka dan saling membakar rumah, rumah Soa (mata rumah) yang sama-sama mereka hormati. Bagaimana sesungguhnya Islam dipahami masyarakat Uli Hatuhaha, dan mengapa ma rifat tanpa syari at dan harus terjadi konflik berdarah. Atas dasar itulah, ~ 2 ~

Puslitbang Kehidupan Keagamaan merasa perlu melakukan kajian, hingga diketahui masalah keagamaan yang mendasari pilihannya sebagai muslim ma rifat dan konflik antar komunitas yang sama-sama muslim ma rifat dan bersaudara itu yang rumahnyapun hampir tanpa sekat itu. Untuk menjawab masalah itu, maka yang digali adalah bagaimana Islam dipahami komunitas muslim Hatuhaha, sehingga ruang lingkupnya adalah pokok ajaran dan sumbernya, ritual dan tradisi keagamaan, aktifitas keagamaan, cara mempertahankan eksistensinya, masa depan ajaran yang dipahami muslim Hatuhaha, interaksi antar tokoh, dan pemicu konflik horizontal. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus dengan model penggalian data kajian pustaka, observasi, dan wawancara mendalam. Dari penelitian dapat ditemukan kesimpulan 1. Pemeluk agama Islam di Hatuhaha dapat dibelah menjadi 3, yaitu orang Islam syari at (OIS) dan orang Islam ma rifat (OIM). Sementara OIM juga dapat dibelah menjadi dua, yaitu orang Islam muka (OI-muka) dan orang Islam belakang (OIB). 2. Ciri khas kelompok Islam syari at (OIS) adalah taat dengan ajaran Islam apapun yang tersurat dalam al Qur an dan as Sunnah. Mereka melaksanakan rukun iman dan rukun Islam yang sama dengan umat islam Indonesia umumnya. OIS juga menjalankan tradisi keagamaan ~ 3 ~

seperti upacara daur hidup mirip yang dilakukan kaum Nahdiyin. OIS tidak menjalankan sebagian besar tradisi yang di lakukan oleh OIM. Islam syari at dianut oleh masyarakat pesisir negeri Pelau (masyarakat keturunan Buton), masyarakat Kampung Ori, seluruh masyarakat Negeri Kailolo, sebagian masyarakat Negeri Kebau dan sedikit masyarakat Negeri Rohomoni. Di luar itu hampir separuhnya memilih jalan Islam ma rifat. 3. Ciri khas muslim ma rifat (OIM), baik yang OI-muka maupun OIB, memandang bahwa beragama Islam itu ada empat jalan, yaitu Islam syari at, Islam tarekat, Islam hakekat, dan Islam ma rifat. Pilihannya adalah jalan ma rifat. Konsekuensinya adalah, OIM tidak menjalankan syari at seperti kelompok OIS, tapi sebagian OI- Muka sudah melaksanakan syari at seperti OIS. Sementara OIB memang tidak atau belum menjalani syari at, karena pilihanya terhadap Islam ma rifat. OI-Muka ini dianut sebagian besar masyarakat negeri Pelau, Kabau dan Rohomoni. Hanya sedikit saja masyarakat Kailolo yang masih menganut Islam ma rifat. 4. Bedanya, tradisi ini oleh muslim Hatuhaha baik dari OIS maupun OIM diyakini berasal dari tradisi Syi ah, bukan dari Hindu seperti diyakini di Jawa misalnya, karena dalam agama di Hindu tidak ada tradisi seperti itu, yang ada adalah tradisi Ngaben. 5. Akibat perbedaan itu telah terjadi konflik besar intern Islam di Hatuhaha sebanyak 2 kali yaitu; ~ 4 ~

a. Konflik pertama adalah tersingkirnya komunitas Islam syari at (OIS) oleh komunitas masyarakat Islam ma rifat (OIM) di tahun 1930-an ke kampung satelit Ori, karena masyarakat Pelau waktu itu masih didominasi muslim ma rifat (OIM) tidak mau hidup berdampingan dengan muslim syari at. b. Konflik kedua adalah konflik kecil-kecilan mulai terjadi sejak tahun 1980-an dan kemudian menjadi konflik horizontal yang dahsyat di tahun 2012, dan masih terjadi lagi konflik kecil-kecilan di tahun 2015 ini. Dalam konflik di tahun 2012 telah membumihangsukan sekitar 500 rumah, 35 rumah soa (mata rumah) yang sama-sama mereka sakralkan dan hormati, puluhan orang tewas dan luka-luka berat maupun ringan. Dari OIB ini sebanyak hampir 3.500 jiwa harus mengungsi ke berbagai negeri tetangga atau wilayah Maluku lainya dan entah kapan bisa kembali hingga hari ini. 6. Penyebab konfliknya adalah penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal oleh Raja (OI-muka) dan pengikutnya mengikuti penetapan pemerintah. Sementara Orang Islam Belakang (OIB) yang umumnya dipelopori kaum intelektual Pelau, malah menghendaki menggunakan hisapnya para opu yang sudah mentradisi ratusan tahun. Biasanya 1 Ramadhan dan 1 Syawal 3 atau 4 hari setelah OIS dan OIM berpuasa dan berlebaran. ~ 5 ~

7. Dari eksplorasi data dan informasi berkaitan dengan kehidupan keagamaan kaum muslim di Hatuhaha, kiranya dapat diperediksikan bahwa pertarungan wacana keagamaan di masa depan akan dimenangkan oleh Islam syari at. Penyebanya sangat logis, yaitu a. Anak-anak Hatuhaha semakin banyak yang meneruskan pendidikan di luar Haruku (di IAIN, UIN, STAIN, atau universitas negeri maupun swasta di Ambon, Jawa, Sulawesi dan sebagainya). b. Berdirinya banyak TPA di Pelau atas, pesisir dan semakin banyaknya orang Islam Muka (OI-muka) yang berubah haluan menjadi OIS, bahkan beberapa diantaranya menjadi tokohnya. c. Jika memang ma rifat sudah menjadi pilihan, mana mungkin mereka bis saling membumihnaguskan perumuhan, rumah-rumah Soa, membunuh tetangga dan saudaranya itu. Jadi ma rifatnya di mana? d. Shalatnya hanya pada hari jum at dan perempuan tidak boleh shalat dan sebagainya semakin sulit dipahami anak-anak muda berpendidikan agama tinggi, karena setiap insan akan bertanggungjawab atas amal perbuatanya sendiri, tidak ada istilah suarga nunut neraka katut. Rekomendasi Dari kesimpulan di atas, maka rekomendasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut ~ 6 ~

1. Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah hendaknya melakukan mediasi untuk mengembalikan pengungsi kalangan Islam Belakang yang sudah empat tahun tinggal di pengungsian. 2. Kementerian Agama Kabupaten Maluku Tengah sebaiknya melakukan mediasi terus menerus berkaitan dengan wacana keagamaan antara OIS dan OIM, dan mendorong kehidupan beragama yang lebih baik sesuai ajaran agama Islam. 3. Kementerian Agama Wilayah/Kabupaten bekerjasama dengan Ormas keagamaan setempat untuk melakukan pembinaan kepada kedua belah pihak agar menyadari bahwa berma rifat harus melalui syari at ~ 7 ~