TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar termasuk tanaman pangan yang potensial untuk diversifikasi dalam rangka memenuhi kebutuhan kalori. Beberapa varietas merupakan sumber vitamin C dan β_caroten yang sangat baik serta kaya serat kasar. Ubi jalar termasuk tanaman dikotiledon, kedudukan dalam sistematika adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dikotiledoneae : Convolvulales : Convolvulaceae : Ipomoea : Ipomoea batatas (L.) Lam. Batang tanaman ubi jalar tidak berkayu dan banyak percabangannya. Bentuk batang bulat, berbuku-buku dan tipe pertumbuhannya tegak atau menjalar. Panjang batang bertipe tegak anatar 1-2 m, sedangkan pada tipe menjalar antara 2-3 m (Yusuf, 2004). Daun berbentuk bulat atau seperti jari tangan dengan warna bervariasi dari hijau tua sampai hijau kekuningan. Bentuk umbi ada yang bulat besar, lonjong kecil 7
memanjang atau bentuknya tidak beraturan, warna kulit umbi dan dagingnya ada yang ungu kemerahan sampai kuning, putih dan kuning jingga (Sarwono, 2002). Menurut Yufdy dkk., (2006), varietas ubi jalar cukup banyak. Namun, baru 142 jenis yang sudah diidentifikasi oleh para peneliti. Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) Berdaya hasil tinggi, di atas 30 t/ha b) Berumur pendek antara 3-4 bulan c) Rasa ubi enak dan manis d) Tahan terhadap hama penggerek umbi (Cylas sp) dan penyakit kudis. e) Kadar karotin tinggi di atas 10 mg/100g f) Keadaan serat ubi relatif rendah. Beberapa varietas unggul yang telah dilepaskan ke lapangan memiliki umur yang berbeda, demikian juga dengan tingkat ketahanan hama boleng Cylas sp. Deskripsi beberapa varietas ubi jalar dapat dilihat pada Lampiran 19-23. 2.2 Keragaan Tanaman Ubi Jalar Keragaan fenotipe ubi jalar sangat luas baik sulur, bentuk daun, umbi dan warna umbi. Ubi jalar yang rimbun tumbuhnya dapat mengurangi serangan hama boleng (Pracaya, 2007). Varietas yang berkulit tebal dan bergetah memiliki kecenderungan tahan terhadap serangan hama boleng (Yusuf, 2004). Varietas boko (Gambar 1) daunnya bercuping tiga dengan warna tulang daunnya ungu, bentuk umbi elips panjang dengan warna kulit umbi merah dan daging umbi berwarna krem.
Gambar 1. Varietas Boko umur 90 hari Varietas Kidal (Gambar 2) warna daun muda hijau, dengan ungu pada tepi daun, kerangka daun berbentuk hati, umbi membulat, warna daging umbi kuning tua dan kulit umbi berwarna merah. Gambar 2. Varietas Kidal umur 90 hari Varietas Jago bentuk daunnya menjari dengan membentuk cuping lima, warna tulang daun hijau, bentuk umbi membulat.warna kulit umbi putih dan warna daging umbi kuning muda serta tangkai umbinya pendek (Gambar 3).
Gambar 3. Varietas Jago umur 90 hari Varietas Sewu pertumbuhannya menjalar dengan panjang sulur mencapai 2-2.5 meter, warna pucuk ungu, bentuk daun berbentuk hati, bentuk umbi oblong memanjang, warna kulit umbi kuning kecoklatan dan warna daging umbi oranye (Gambar 4). Gambar 4.Varietas Sewu umur 90 hari Varietas Lokal (Gambar 5) memiliki bentuk daun yang lonjong bergerigi, warna daun hijau, umbi berbentuk lonjong, warna kulit umbi merah dan daging umbi berwarna jingga.
Gambar 5. Varietas Lokal umur 90 hari Menurut Heriyanto dkk., (1999), keragaan produksi ubi jalar masih terdapat kesenjangan hasil yang cukup besar antara hasil potensial dan hasil aktual di tingkat petani. rata-rata hasil di tingkat petani 10 t/ha. Produksi ubi jalar di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kab.Aceh Besar, sangat bervariasi dari tahun ke tahun baik luas tanam maupun hasilnya. Pada tahun 2004 luas tanam 255 ha, hasil rata-rata 9.3 t/ha, tahun 2005 luas tanam 289 ha, hasil rata-rata 9.0 t/ha. Tahun 2006 luas tanam 299 ha, hasil rata-rata 9.3 t/ha, sedangkan tahun 2007 luas tanam 116 ha, hasil rata-rata 9.4 t/ha.
2.3 Pembumbunan Pembumbunan merupakan suatu perlakuan terhadap tanaman dengan tanah sebagai media tumbuhnya terutama pada tempat tumbuh berbentuk guludan. Pencegahan rekahan tanah guludan pertanaman ubi jalar dapat dilakukan dengan pembumbunan, sehingga tanah merekah yang menjadi jalan bagi imago hama boleng untuk meletakkan telur pada umbi dapat tertutup (Http://www.Pustaka.Deptan.go.id,2007). Menurut Nonci (2005), retakan tanah merupakan jalan utama bagi hama boleng untuk mencapai umbi dan akar untuk meletakkan telur. Umbi yang bertambah besar menyebabkan tanah menjadi retak. Pembumbunan dapat menggemburkan tanah di sekitar perakaran agar umbi terbentuk dengan sempurna sekaligus menutupi umbiumbi yang terbuka (Rukmana, 1997). Pembumbunan tanah pada tanaman ubi jalar 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang pada saat tanaman berumur 2 bulan (Yufdy. dkk., 2006). Pembumbunan guludan dapat mengendalikan hama boleng dengan cara menjaga kondisi guludan agar tidak retak-retak (Sarwono, 2005). 2.4 Biologi Hama Hama boleng terdapat dihampir seluruh pertanaman ubi jalar. Hama ini relatif sulit dikendalikan karena imago berada di dekat permukaan tanah sementara larva dan pupa terdapat di dalam batang atau umbi ( Http://www.Pustaka.Deptan. go.id,2007).
Hama boleng atau lanas termasuk ordo Coleoptera, dengan ciri-cirinya, kumbang berukuran kecil dengan panjang 5-6,5 mm, thorax dan kaki berwarna merah, kepala dan elytra berwarna biru larva berukuran ± 8 mm dan pupa 5-6,5 mm. Siklus hidupnya 6-7 minggu dan imago dapat hidup hingga 3 bulan, imago betina dapat menghasilkan telur sampai 200 butir dengan menempatkan 2 butir/ hari, dalam satu umbi larva dapat ditemukan sampai 200 ekor (Kalshoven, 1981). Menurut Nonci dan Sriwidodo (1993), bahwa siklus hidup C. formicarius memerlukan waktu 1-2 bulan secara umum 35-40 hari pada musim panas. Generasinya tidak merata demikian juga jumlah generasi selama setahun. Serangga dewasa tidak mengalami diapause pada musim dingin tetapi mencari tempat berlindung dan tidak aktif hingga keadaan menguntungkannya (Capinera, 2006). Di Taiwan hama ini dalam satu tahun dapat mencapai 7-8 generasi (Chen, dan Huang, 2006). Telur diletakkan dalam rongga kecil yang dibuat oleh kumbang betina dengan cara menggerek pangkal batang atau umbi. Telur diletakkan di bawah kulit atau epidemis secara tunggal pada satu rongga dan ditutup kembali sehingga sulit dilihat (Morallo dan Rajesus, 2001 dalam Nonci, 2005). Panjang telur 0,7 mm dan lebar 0,5 mm lama fase telur 5 hari pada musim panas dan 11-12 hari pada musim dingin. Di laboratorium hama ini mampu meletakkan telur 122-250 butir (Capinera, 2006). Larva yang baru menetas berwarna putih tanpa kaki, larva langsung menggerek batang atau umbi. Larva yang menyerang batang membuat saluran
gerekan ke arah umbi (Nonci, 2006). Larva terdiri dari tiga instar (Gambar 6) dengan periode instar pertama 8-16 hari, instar kedua 12-21, instar ketiga 35-36 hari (Capinera, 2006). Gambar 6. Larva C.formicarius Instar ke 3 Pupa terbentuk di dalam umbi atau batang berwarna putih tetapi seiring waktu perkembangannya berubah warna menjadi abu-abu dengan kepala dan mata gelap (Gambar 7), panjang pupa 6,5 mm dengan periode pupa 7-10 hari (Capinera, 2006). Gambar 7. Pupa C. formicarius
Menurut Kalshoven (1981), kumbang dewasa aktif pada malam hari serangga jantan dan betina dapat dibedakan dari antenanya dimana jantan berbentuk lurus dan betina ujung bulat seperti korek api (CIP., 1999), serangga dewasa (Gambar 8), panjangnya 5-6,5 mm dengan ciri-ciri kepala berwarna hitam, antena, thorax dan tungkai berwarna oranye sampai coklat kemerahan, abdomen dan sayap luar berwarna biru metalik sedangkan kaki dan dadanya berwarna coklat (Capinera, 2006). Gambar 8. Imago C. formicarius Gejala serangan dapat dilihat pada pangkal batang berupa benjolan-benjolan yang berlubang sedangkan pada umbi (Gambar 9) terdapat lubang-lubang kecil bekas gerekan yang ditutupi oleh kotoran berwarna hijau dan berbau menyengat (Http://www.Pustaka.Deptan.go.id,2007).
Gambar 9. Gejala Serangan Pada Umbi Gejala yang nampak pada permukaan umbi berupa lubang-lubang kecil apabila dibelah terlihat lubang berbentuk terowongan yang memanjang, apabila ditelusuri terus akan dapat ditemukan larva, pupa dan serangga dewasa yang masih muda (Hasyim dkk., 1995). Hama boleng biasanya menyerang tanaman yang sudah berumbi, bila terbawa ke gudang penyimpanan bersama umbi sering merusak umbi hingga menurunkan kualitas dan kuantitas produksi secara nyata (Rukmana, 1997). Umbi yang terserang hama ini berlubang kecil-kecil tidak merata pada permukaan kulit (Juanda dan Cahyono, 2000 dalam Yusuf, 2008). 2.5 Ekologi Hama Siklus hidup hama boleng sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan, dalam arti semakin tinggi suhu siklus hidupnya semakin pendek. Cuaca yang panas dan kering sangat mendorong pertumbuhan boleng terutama bila tanah retak dapat memudahkan hama menyerang umbi ubi jalar (CIP, 1999).
Siklus hidup hama ini sangat singkat, sehingga dalam satu musim periode penanaman ubi jalar dapat menghasilkan beberapa generasi. Fase telur antara 5-15 hari, fase larva antara 10-15 hari, fase pupa antara 11-33 hari, dan fase imago 7-28 hari (Sarwono, 2005). Menurut Nonci (2005), periode inkubasi telur beragam sesuai dengan suhu, yakni 4 hari pada suhu 30 0 C dan 7-9 hari pada suhu 20 0 C. Perkembangan larva mencapai 10 dan 35 hari berturut-turut pada suhu 30 0 C dan 24 0 C (Capinera, 2006). Periode pupa pada cuaca dingin dapat mencapai 28 hari. Serangga dewasa akan hidup lebih lama pada suhu 15 0 C, sehingga penyimpanan umbi pada suhu 15 0 C belum dapat memusnahkan populasinya (Nonci, 2005). Menurut Mullen (1981) dalam Yusuf (2008), mengemukakan bahwa perkembangan hama boleng dipengaruhi oleh suhu lingkungan, pada suhu 24 C membutuhkan waktu 32.9 hari untuk menyelesaikan siklus hidupnya, sedangkan pada Suhu 20 C dibutuhkan waktu 84.5 hari. Suhu rata-rata di atas tanah dan di bawah permukaan tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 18.