dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yaitu sebesar 32

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

GAMBARAN SIKAP IBU TENTANG PENANGANAN IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan melibatkan individu secara total, melibatkan keseluruhan status

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB I LATAR BELAKANG. nifas, bayi baru lahir, dan kontrasepsi (Manuaba, 2014; h.28).

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NEONATUS DI PUSKESMAS II KARANGASEM BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dari kehamilan dengan risiko usia tinggi (Manuaba, 2012: h.38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

Gambaran Sikap Ibu Tentang Penanganan Ikterus ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HIPERBILIRUBIN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MENJEMUR BAYI DI KELURAHAN SANGKRAH

BAB I PENDAHULUAN. Hiperbilirubinemia merupakan peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara gram,

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan medik maupun paramedik serta sebagai pelayanan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

HUBUNGAN INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA VAKUM EKSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi per 1000 kelahiran hidup (Hinchliff dalam pandiangan 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kematian ibu dan angka kematian perinatal. Di dunia, setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

2 hidup, 25% menjadi buta dan 50-60% setengah buta (Almatsier, 2002, p.153) Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penangg

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KELUARGA DENGAN SIKAP IBU DALAM MEMBERIKAN KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organitation (WHO) dalam program Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keadaan ibu post partum masih sangat memprihatinkan, karena

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH BAYI BARU LAHIR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI PUJI LESTARI MAWUNG TRUCUK

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kejang pada bayi baru lahir, infeksi neonatal. 1 Hiperbilirubinemia merupakan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikterus merupakan salah satu penyakit hati terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbillirubin. Billirubin itu sendiri merupakan pemecahan sel darah merah (hemoglobin) (Rumahzakat, 2007). Kadar tinggi billirubin ini bersifat racun, yang sulit larut dalam air dan sulit dibuang. Untuk menetralisirnya, organ hati akan mengubah billirubin indirect (bebas) menjadi direct yang larut dalam air. Hal ini karena organ hati pada bayi baru lahir belum bisa berfungsi optimal untuk mengeluarkan billirubin bebas tersebut (Dhafinshisyah, 2008). Ikterus adalah salah satu kegawatan yang terdapat pada bayi baru lahir. Kejadian ikterus sebanyak 52-50% pada bayi cukup bulan dan 80% terjadi pada bayi berat lahir rendah (Nanny, dkk, 2012). Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) kejadian ikterus didunia pada setiap tahunnya kirakira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi. Bayi lahir yang mengalami ikterus neonatorum, hampir 1 juta bayi meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi baru lahir (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi baru lahir yang meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir adalah bayi berat lahir rendah, asfiksia,trauma lahir, ikterus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008). Angka Kematian Neonatal (AKN) di Jawa Tengah sebesar 10,75/1000 kelahiran hidup, hal ini disebabkan karena Asfiksia 38%, BBLR 30%, ikhterik 9%, kelainan kongenital 2%, sepsis 11%, dan hipotermi 10%.(Kemenkes, 2012). RSI Kendal merupakan salah satu rumah sakit yang terdapat fasilitas perawatan bayi. Survey yang dilakukan dalam 3 bulan terakhir ini diperoleh 1

2 data yang menunjukan bahwa jumlah bayi dari ibu nifas yang perlu dilakukan perawatan di ruang perina adalah 120 pasien. Bayi yang dilakukan perawatan dari 5 kasus, yaitu hiperbillirubin (49%), Asfiksia (21%), BBLR (14%), ISPA (8%) dan Diare (8%). Kasus hiperbilirubin tersebut (95%) termasuk fisoligis dan (5%) dengan patologis. Ikterus neonatorum biasanya ditandai perubahan-perubahan pada bayi. Terdapat beberapa perbedaan tanda dan gejala antara ikterus fisiologis dan ikterus patologis. Tanda-tanda ikterus fisiologi seperti perubahan warna kuning pada kulit bayi baru lahir, malas minum, dan BAK yang lebih dari 6 kali. Tanda-tanda ikterus patologis biasanya klien disertai demam/berat badan yang tidak bertambah dan kadar billirubin dalam darah meningkat dalam waktu bayi berusia >14 hari (Maryanti, 2008). Penatalaksanaan ikterus harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar akibat buruk dapat dihindari (Admin, 2007). Tujuan ini harus segera dilakukan untuk mencegah agar kadar billirubin indirek dalam darah tidak mencapai kadar yang neurotoksik. Tatalaksana ini meliputi pemberian Air Susu Ibu (ASI), fototherapi, dan tranfusi tukar. Penggunaan fototherapi adalah sebagai salah satu therapy hiperbillirubin yang efektif menurunkan insiden kerusakan otak (kern ikterus) akibat hiperbillirubin. Fototherapi ini dilakukan apabila dengan pemberian ASI dan dijemur pagi tapi kadar billirubin masih tinggi. Pada ibu nifas banyak hal yang dapat menimbulkan kecemasan pada bayinya, karena kurangnya pengetahuan tentang ikterus neonatorum, kurang memperhatikan bayinya dan sebagian ibu nifas juga masih sibuk dengan perubaan fisiologis yang dialaminaya. Kurangnya pengetahuan ibu tentang ikterus dapat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam menghadapinya. Masalah yang sering di dapatkan dari bayi yang terkena ikterik neonatorum adalah kurangnya cairan dan nutrisi karena bayi yang malas untuk minum,

3 Resiko terjadinya kernikhterus adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang penyebab dan bahayanya ikterus. Berdasarkan penelitian Fitriani (2012) yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pidie Kabupaten Pidie didapatkan hasil bahwa dari 45 orang ibu yang mempunyai bayi baru lahir, dimana diantaranya 12 orang ibu tidak pernah mengetahui tentang ikterus neonatorum, 3 orang ibu mengatakan bahwa bayi baru lahir mengalami ikterus merupakan hal biasa, dan 2 orang ibu mengatakan tahu tentang ikterus tetapi tidak mengetahui bagaimana perawatannya dan 1 ibu tidak ada tanggapan sama sekali tentang ikterus pada bayi baru lahir. Peneliti melakukan study pendahuluan melalui wawancara terhadap ibu nifas di ruang perina untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan mereka teradap penyakit tersebut. Sebagian besar mereka mengatakan bahwa anaknya mengalami penyakit kuning (Hepatitis) seperti orang dewasa. Berdasarkan kejadian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Ikterus Neonatorum di Ruang Aisyah RS Islam Kendal. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Ikterus Neonatorum di Ruang Aisyah RS Islam Kendal C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan ikterus neonatorum di Ruang Aisyah RS Islam Kendal.

4 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengertian ikterus neonatorum. b. Mengidentifikasi penyebab ikterus neonatorum. c. Mengidentifikasi tanda dan gejala ikterus neonatorum. d. Mengidentifikasi manifestasi klinis ikterus neonatorum. e. Mengidentifikasi cara pencegahan ikterus neonatorum. f. Mengidentifikasi perawatan ikterus neonatorum. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti Dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan ikterus neonatorum di bangsal nifas RS Islam Kendal. 2. Manfaat bagi pelayanan kesehatan a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada RS Islam Kendal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memahami gambaran pengetahuan ibu nifas tentang perawatan ikterus neonatorum, sehingga dapat digunakan untuk menyusun strategi pencegahan dan penanggulangan hiperbillirubin. 3. Manfaat bagi Masyarakat Diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan khususnya ibu nifas tentang ikterus neonatorum agar mereka mudah untuk mendeteksi munculnya tanda-tanda adanya hiperbillirubin dan dapat menangulangi dengan cepat.

5 4. Manfaat bagi Pendidikan Keperawatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi pendidikan keperawatan tentang gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan ikterus neonatorum. E. Bidang Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian bidang kesehatan yang memfokuskan pada bidang keperawatan anak dan maternitas. F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Nama/Tahun Judul Metode/Sampel Hasil 1. Ulfa Ayu Gambaran Jenis penelitian ini Hasil penelitian Rahmawati, Heni pengetahuan Ibu menggunakan mengemukakan bahwa Hirawati Pranoto Nifas tentang penelitian deskriptif sebagian ibu nifas dan Ari Ikterus dengan pendekatan cukup tahu tentang Widaningsih Neonatorum di cross sectional, ikterus neonatorum tapi (2013) wilayah kerja dengan populasi 56 kurang memahami Puskesmas Ngadirjo Kabupaten Temanggung. ibu nifas yang diambil dengan teknik total sampling tentang penyebab,tanda dan gejala,penanganan serta komplikasinya. 2. Ida Nursanti (2013) Cegah Ikterus dengan Meningkatkan Pengetahuan Ibu Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional denan desain cross sectional.pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Ada perbedaan proporsi risiko ikterus neonatal antara ibu yang menerima pendidikan kesehatan yang baik dan mereka yang mendapat pendidikan kesehatan yang tidak memadai.ibu yang menerima pendidikan kesehatan yang tidak memadai lebih cenderung memiliki kemungkinan ikterus neonatal sebesar 2,1 kali dibanding dengan ibu yang mendapat pendidikan kesehatan memadai.

6 No. Nama/Tahun Judul Metode/Sampel Hasil 3. Nur Inzana (2010) Gambaran Jenis penelitian ini Sebagian besar ibu Pengetahun menggunakan nifas memiliki tentang Ikterus penelitian deskriptif pengetahuan kurang Bayi Baru Lahir dengan pendekatan tentang Ikterus Bayi Pada Ibu Nifas cross sectional, Baru Lahir. di RSIA Siti Fatimah dengan populasi 90 ibu nifas yang diambil Makassar dengan teknik purposif sampling didapatkan sampel yaitu sebanyak 42 orang 4. Santi Widyastuti (2014) Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Ikterus Pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta Jenis penelitian deskriptif. Sampel diambil dengan teknik Accidental sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 34 orang Secara keseluruhan pengetahuan ibu bayi baru lahir tentang penatalaksanaan ikterus pada bayi baru lahir di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta mayoritas kategori kurang sebanyak 17 orang (50%). 5. Sheilla Merlyana (2015) Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Ikterus Neonatorum di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Metode deskriptif, sampel diambil dengan teknik Accidental sampling, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 44 orang Pengetahuan ibu nifas tentang ikterus neonatorum adalah cukup yaitu sebanyak 27 orang (61.36 %). a. Penelitian tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Ikterus Neonatorum disimpulkan bahwa pengetahuan ibu nifas tentang ikterus neonatorumdalam kategori cukup yaitu 25 responden (44,7%), tentang pengertian ikterus neonatorum dalam kategori baik yaitu 31 responden (55,4%),tentang penyebab ikterus neonatorum dalam kategori kurang yaitu 26 responden (46,4%), Jadi dalam penelitian ini dapat kita simpulkan bahwa ibu nifas yang ada di kabupaten temanggung sebagian mereka mengerti apa itu ikterus tapi mereka tidak paham bagaimana penyebab, tanda dan gejala serta penanganannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah sampel penelitiannya. Penelitian ini mengambil sampel ibu nifas sedangkan penelitian yang akan dilakukan

7 mengambil sampel semua ibu yang anaknya mengalami ikterus neonatorum dan penelitian Nur Inzana (2010) tentang Gambaran Pengetahun tentang Ikterus Bayi Baru Lahir Pada Ibu Nifas di RSIA Siti Fatimah Makassar didapatkan hasil sebagian besar ibu nifas memiliki pengetahuan kurang tentang ikterus bayi baru lahir. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah sampel penelitiannya. Penelitian ini mengambil sampel ibu nifas sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil sampel semua ibu yang anaknya mengalami ikterus neonatorum. b. Penelitian Santi Widyastuti (2014) tentang Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Ikterus Pada Bayi Baru Lahir, dismpulkan secara keseluruhan pengetahuan ibu bayi baru lahir tentang penatalaksanaan ikterus pada bayi baru lahir di Puskesmas Sewon II Bantul Yogyakarta mayoritas kategori kurang sebanyak 17 orang (50%). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah variabel penelitiannya. Penelitian ini mengkhususkan pada penatalaksanaan ikterus pada bayi baru lahir sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengkhususkan pada perawatan ikterus neonatorum. di kuatkan dengan penelitian Sheilla Merlyana (2015) tentang Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Ikterus Neonatorum di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin didapatkan hasil pengetahuan ibu nifas tentang ikterus neonatorum adalah cukup yaitu sebanyak 27 orang (61.36 %). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah sampel penelitiannya. Penelitian ini mengambil sampel ibu nifas sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil sampel semua ibu yang anaknya mengalami ikterus neonatorum.