BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (1992), sehat dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sedangkan menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, pada pasal 1 menyebutkan Hygiene Sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mugkin menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Penanganan makanan jajanan adalah kegiatan yang meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan, pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan, penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman. Menurut Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri tapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah sehat-sakit atau kesehatan tersebut. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun masyarakat untuk hal ini Hendrik L. Blum menggambarkan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor yaitu keturunan, pelayanan kesehatan, lingkungan dan perilaku.
Menurut Depkes RI, 2009 upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Air sangat berperan dalam mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat menjadi media penularan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari harus terhindar dari pencemaran dan khususnya untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Es batu merupakan air yang dibekukan, yang didinginkan di bawah 0 C. Es batu digunakan sebagai pelengkap minuman atau sebagai bahan tambahan minuman. Studi di beberapa negara menunjukkan bahwa es batu yang digunakan dalam makanan dan minuman yang dibuat pabrik es mengandung Escherichia coli,dan baktericoliform. Kehadiran kumankuman tersebut disebabkan rendahnya kualitas sumber air atau kurangnya higiene dalam pembuatan dan pengelolaan (Anonim, 2005). Salah satu contoh es dari delapan China Buffet (rumah makan prasmanan) mengandung positif bakteri E. coli yang merupakan bakteri coliform spesifik penyebab penyakit gastrointestinal (Segall, 2008). dianapolis Weather (WTHR) mengumpulkan sampel es dari 25 bar dan restoran terkenal, kemudian menganalisisnya di laboratorium. Hasil yang didapat menunjukkan 13 dari 25 bar dan restoran yang diuji, satu
sampel es mengandung bakteri coliform (Segall, 2008). Sebanyak 87,2% air yang digunakan untuk memproduksi es positif terkontaminasi E.coli dalam kadar yang jauh melebihi ambang batas yang diperkenankan, sedangkan produksi es yang terkontaminasi mencapai 46,4% (Taniawati, 2001). Tes laboratorium mikrobiologi oleh badan POM dengan es balok yang dicairkan juga dilakukan di Jakarta. Publikasi di media elektronik melaporkan adanya pencemaran bakteri E.coli dalam es batu yang diproduksi dan dijual. Minuman merupakan air yang dapat langsung diminum. Agar minuman dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka perlu diperhatikan kualitas minuman melalui ketersediaan zat-zat gizi yang terkandung didalamnya dan bebas dari cemaran mikroba. Minuman yang terkontaminasi oleh mikroorganisme akan mengakibatkan gangguan kesehatan karena mikroorganisme tersebut dapat memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit (Mulia, 2005). Hygiene sanitasi minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menyebabkan minuman terkontaminasi. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan maka perlu diadakan pengawasan terhadap hygiene sanitasi makanan dan minuman yang diutamakan pada usaha yang bersifat umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004). Minuman dan makanan jajanan merupakan minuman dan makanan yang diolah oleh pengrajin minuman dan makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai minuman dan makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan oleh jasa boga, rumah makan atau restoran, dan hotel (Depkes RI, 2003).
Makanan dan minuman jajanan ini masih mengandung resiko yang cukup potensial menyebabkan terjadinya penyakit atau ganguan kesehatan. Oleh karena itu, makanan dan minuman jajanan yang kita konsumsi haruslah terjaga kebersihannya. Salah satu jenis minuman jajanan yang beredar di masyarakat adalah berbagai jenis es yang memakai es batu. Es merupakan jenis minuman jajanan yang digemari masyarakat. Harga yang relatif murah dan keberadaannya yang mudah dijangkau membuat banyak orang tertarik untuk mengkonsumsinya, apalagi pada saat cuaca panas. Umumnya pedagang es menjajakan dagangannya di pinggir-pinggir jalan raya, pasar tradisional dan sekolah-sekolah. Tempat penjualan yang tidak terkoordinir dan tidak menetap menyebabkan dagangan yang dijual tidak memenuhi syarat kesehatan. Kondisi yang demikian memungkinkan es dapat tercemar. Pencemaran juga dapat terjadi pada semua tahap proses produksi yang dilalui baik pada proses pengolahan hingga penyajian ke tangan konsumen. Sejauh ini, hampir semua kalangan hanya menyoroti masalah minuman-minuman yang mengandung alkohol, suplemen berbahaya, zat warna, serta unsur-unsur lain yang membahayakan tubuh saja. Dan melupakan bahaya bahan minuman serta bahan pendingin minuman yang kelihatannya putih bersih dan menyegarkan. yang biasa di campurkan dalam minuman-minuman, hampir dapat dipastikan penyegar minuman ini selalu disediakan di warung pinggir jalan sampai di restoran siap saji. Penyegar minuman yang putih bersih ini adalah es batu. Apakah kita pernah berfikir, bagaimana dan air apa es batu itu di produksi oleh pabriknya. Dan apa bahaya yang ditimbulkan bila kita campurkan ke minuman lalu kita minum. Melalui survei pendahuluan es batu balok yang beredar di pasar-pasar tradisional kota medan berasal dari Pabrik es batu balok yang berada di Pelabuhan Belawan. Dalam proses pengolahannya pihak pabrik mengambil air dari air laut yang umumnya pabrik pembuatan es
batu balok berada di dekat laut lalu disaring dan dijernihkan kemudian dibekukan dalam bentuk cetakan balok. Jelas bahwa es batu balok tidak layak dikonsumsi karena tidak memenuhi syarat kualitas air minum. Es batu balok diperuntukan hanya untuk pengawetan hasil tangkapan nelayan dan pendingin dalam makanan atau minuman dalam kemasan tetapi faktanya sekarang es batu balok dikonsumsi sebagai es batu dalam minuman. Air yang tidak dimasak atau air mentah mudah tercemar oleh berbagai macam mikroorganisme seperti Bakteri Escherichia coli. Bakteri merupakan salah satu zat pencemar yang berpotensi dalam kerusakan makanan dan minuman. Pada suhu dan lingkungan yang cocok, satu bakteri akan berkembang biak lebih dari 500.000 sel dalam 7 jam dan dalam 9 jam telah berkembang menjadi 2.000.000 sel, kemudian dalam 12 jam sudah menjadi 1.000.000.000 sel. Karena pertumbuhannya yang sangat cepat, maka kemungkinan untuk menjadi penyebab penyakit besar sekali. Bakteri Escherichia coli yang terdapat pada makanan atau minuman yang masuk kedalam tubuh manusia dapat menyebabkan penyakit seperti tifoid, kolera, disentri, gastroenteritis, diare dan berbagai penyakit saluran pencernaan lain (Nurwantoro, 1997). Namun bakteri ini secara relatif mudah dibunuh dengan pemanasan yaitu akan mati pada suhu 60ºC selama 30 menit (Depkes RI, 1991). Berdasarkan penelitian Rajagukguk (2008) diketahui bahwa kandungan E. coli dalam dalam es batu di pasar Kota Medan tidak memenuhi persyaratan kualitas bakteriologis air minum. Sebab dari 10 sampel yang diuji, hanya satu sampel yang tidak mengandung E. coli dalam es batu. Dari penelitian lain yang dilakukan Misbah (2008) pada minuman jagung mendapatkan 3 sampel (30%) tidak memenuhi syarat kesehatan karena mengandung E. coli. Menurut Bastian (2003) menemukan minuman jajanan yaitu es cendol dan sirup yang dijual di pasar pagi kota Bireuen (Aceh Utara) positif terkontaminasi Salmonella sp. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboraturium, 4 dari 15 sampel (26,6 %) positif mengandung Salmonella sp.
Sub Direktorat Surveilans Departemen Kesehatan tahun 1990-1994 melaporkan demam tifoid rata-rata 395 kasus per 10.000 penduduk sedangkan dari rumah sakit dan pusat kesehatan, data penyakit demam tifoid juga meningkat dari 92 kasus pada tahun 1994 menjadi 125 kasus pada tahun 1996 per 100.000 penduduk. Angka kematian demam tifoid di beberapa daerah adalah 2-5%. Untuk itu diagnosis dini demam tifoid perlu segera ditegakkan (Muliawan et al, 1999). Menurut survei pendahuluan yang dilakukan bahwa masih banyak pedagang minuman yang menggunakan es batu balok, padahal jelas bahwa es batu balok tidak layak untuk dikonsumsi. Sehingga timbul pertanyaan faktor apa saja yang berhubungan dengan pedagang minuman dalam memilih es batu. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan pedagang minuman dalam memilih es batu di pasar tradisional sentral kota medan tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pedagang minuman dalam memilih jenis es batu di pasar tradisional sentral kota medan tahun 2012. 1.3.2 Tujuan khusus Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pedagang minuman berdasarkan tingkat pendidikan.
2. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pengetahuan pedagang minuman dalam memilih jenis es batu. 3. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan sikap pedagang minuman dalam memilih jenis es batu. 4. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan pedagang minuman dalam memilih jenis es batu. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi instansi terkait untuk peningkatan pengawasan terhadap kesehatan makanan dan minuman yang dijual pedagang. 2. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat tentang keamanan dalam memilih es batu dalam minuman es. 3. Untuk menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti. 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya.