BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal. Mulai dari pengusaha, pegawai, buruh,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia otomotif kini semakin pesat khususnya di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi perusahaan yang lebih kompetitif dan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah transaksi perusahaan yang go public, dan jumlah investor domestik. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memaksimalkan hasil (return) yang diharapkan dalam batas risiko yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi perusahaan juga memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan. kekayaan pemegang saham. Melihat bahwa kekayaan pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat bisnis. Tujuan semua investasi dalam berbagai bidang dan jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. dari tantangan-tantangan yang harus di hadapi, para pelaku bisnis property di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, pasar modal memungkinkan pemilik dana memeproleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan perusahaan dapat dijadikan sebagai dasar dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Berdirinya suatu perusahaan harus memiliki suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan perusahaan di Indonesia yang semakin lama semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB 1 PENDAHULUAN. lembaga profesi yang berkaitan dengan efek. dividen atau Capital Gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi perekonomian yang semakin berkembang pada saat ini menuntut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia (Kristiana dan Sriwidodo, 2012). Pasar modal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di suatu Negara bisa menjadi acuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan makin berkembangnya dunia bisnis yang didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi pihak makro dan mikro Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal Indonesia telah menjadi perhatian banyak pihak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan di dalam meningkatkan perekonomian dimana dana-dana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia khususnya dalam bidang investasi saham. Pasar modal merupakan sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Husnan, 2004:1)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan sebuah keputusan investasi. Karena hal ini mempunyai dampak

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Harga saham menjadi indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perdagangan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. pertemuan antara pihak yang kelebihan dana (lender) dengan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam jenis salah satunya adalah pasar modal (capital market), pasar

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 perusahaan sehingga menjadi faktor penentu dalam berinvestasi.

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi adalah kegiatan untuk menanam modal pada satu asset

BAB I PENDAHULUAN. tambahan bagi perusahaan dalam mengimplementasikan rencana strategis

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembangnya perekonomian Indonesia. Pengerahan dana dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya agar dapat tetap bertahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penawaran dan permintaan jangka panjang dalam bentuk efek. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. ROA merupakan salah satu indikator untuk mengukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat dengan adanya persaingan global dalam dunia usaha yang berlangsung saat ini menunjukkan bahwa kepercayaan pemodal atau investor untuk menginvestasikan dananya di pasar modal cukup baik dan kebutuhan akan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan juga meningkat serta perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Dengan adanya kondisi persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk mengembangkan usahanya agar dapat bersaing dan bertahan mengikuti kondisi yang terus berkembang. Pada tahun 2014, tercatat pertumbuhan ekonomi terus menurun hingga menyentuh level 5,12% (parahita.wordpress.com). Memasuki petengahan tahun 2015, dianggap sebagai periode yang cukup kelam bagi sebagian pelaku pasar yang merasakan dampaknya secara langsung terhadap lesunya perekonomian global, khususnya negara-negara dunia yang dilanda krisis ekonomi berkepanjangan (Kompasiana.com). Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,79 persen dimana kondisi tersebut terendah selama 6 tahun terakhir (Badan Pusat Statistik). Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), IHSG per tanggal 29 Desember 2015 ditutup pada posisi 4.569,36 melemah sebesar 12,58% dibandingkan posisi penutupan tahun lalu. Bahkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga 28 Desember 2015 mencatat laju IHSG menjadi yang terburuk ketiga di kawasan Asia Tenggara. Kinerja IHSG yang menurun ini disebabkan karena perlambatan perekonomian global yang memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi domestik yang juga menjadi lambat. 1

2 Pasar modal merupakan faktor penting dalam mendorong perekonomian suatu negara. Pasar modal adalah tempat bagi para investor untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham, obligasi, dan surat berharga lainnya. Bentuk sekuritas yang banyak dikenal dan diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten (Darmawan, 2016). Dengan demikian jika seorang investor membeli saham, maka ia pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan. Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan mengalami kenaikan maka investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola usahanya (Zuliarni, 2012). Harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan yang menerbitkan saham dipasar modal. Pergerakan harga saham ditentukan menurut hukum permintaan dan penawaran. Semakin banyaknya investor yang ingin membeli saham, maka harga saham tersebut cenderung begerak naik. Sebaliknya, semakin banyak investor yang ingin menjual sahamnya, maka harga saham tersebut akan bergerak turun. Investor yang menginvestasikan dananya ke dalam saham tentu memiliki harapan yaitu memperoleh keuntungan dari suatu investasi yang dilakukannya, keuntungan yang mereka dapatkan berupa capital gain atau dividend. Sehingga saat akan memutuskan untuk menginvestasikan dananya, investor harus melakukan beberapa penilaian terhadap perusahaan atau emiten. Pada umumnya, harga saham dipengaruhi oleh persepsi pasar terhadap kondisi perusahaan saat ini dan prestasi yang mereka harapkan di masa yang akan datang. Selain itu, terdapat juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga saham yang dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan (Wuryaningrum, 2015).

3 Dilihat dari perkembangannya, diantara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di BEI, menurut Islamy (2016) perusahaan manufaktur merupakan salah satu sektor perusahaan yang diharapkan mempunyai prospek cerah dimasa yang akan datang karena semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi di negara Indonesia yang menjadikan sektor perusahaan manufaktur sebagai lahan paling strategis untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi dalam berinvestasi. Namun, perkembangan kinerja perusahaan manufaktur pada sektor consumer goods industry mengalami penurunan terlihat dari harga saham sektor tersebut. Di Indonesia terdapat sekitar 40 perusahaan pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Saham yang diperjualbelikan oleh perusahaan pada bursa efek selama periode lima tahun mengalami fluktuatif tetapi cenderung menurun pada harga sahamnya. Berikut ini adalah data rata-rata harga saham pada perusahaan di sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016, dapat dilihat pada gambar 1.1. Rata-Rata Harga Saham 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 2012 2013 2014 2015 2016 Harga Saham 47697 69112 28773 11017 7594 Sumber : Data Sekunder, Diolah Gambar 1.1 Rata-Rata Harga Saham Sektor Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI Periode 2012-2016

4 Gambar 1.1 memperlihatkan pergerakan harga saham sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 mengalami fluktuatif tetapi cenderung menurun. Pada tahun 2012 rata-rata harga saham sektor consumer goods industry adalah Rp. 47.697. Mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebesar Rp. 69.112. Tetapi pada tahun 2014 hingga 2016 mengalami penurunan menjadi Rp. 28.773 di tahun 2013, lalu Rp.11.017 di tahun 2015 dan Rp.7.595 di tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut kurang baik. Pada akhir tahun 2016 Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) melemah 5,855 poin (0,11%) ke posisi 5296,711. Beberapa sektor yang mengalami kenaikan yaitu sektor aneka industri yang memimpin penguatan 1,74% disusul perdagangan jasa yang menguat 1,20%, keuangan 0,36%, perkebunan 0,30% dan infrastruktur utilitas menguat 0,23%. Sedangkan sektor yang mengalami pelemahan yaitu pada sektor konsumer mencapai 1,82%, disusul industri dasar yang melemah 0,69%, properti 0,24% dan pertambangan turun 0,08% (eddyelly.com). Dalam pengambilan keputusan keuangan diperlukan informasi keuangan. Informasi tersebut di perusahaan disajikan oleh laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan faktor internal yang mempengaruhi harga saham. Laporan keuangan dalam manajemen perusahaan yang biasanya disajikan dalam memprediksi saham meliputi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan selama periode berjalan tersebut menguntungkan atau tidak. Hal tersebut akan lebih relefan jika mengukurnya menggunakan analisis rasio keuangan yang biasanya menjadi alat ukur kinerja keuangan (Ika, 2013). Apabila ditinjau dari faktor internal perusahaan maka harga saham dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain likuiditas, leverage, dan profitabilitas perusahaan.

5 Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. (Kasmir, 2015). Alat ukur likuiditas perusahaan yang digunakan adalah Current Ratio (CR). Current Ratio merupakan analisis yang menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya, Current Ratio diukur dengan membagi assets lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal, rasio ini melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Harahap, 2013). Alat ukur leverage perusahaan yang digunakan adalah Debt to Assets Ratio (DAR) dan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Assets Ratio menunjukkan seberapa besar dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh hutang. Sedangkan Debt to Equity Ratio adalah rasio yang mengukur pertimbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin besar tingkat leverage, akan semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin besar. Rasio Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan dan sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut (Kasmir, 2015). Rasio ini juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Alat ukur profitabilitas perusahaan yang sering digunakan adalah Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM). Return On Equity menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri secara efektif, mengukur tingkat pengembalian bagi pemilik modal yang menginvestasikan uangnya ke dalam perusahaan. Maka jika ROE tinggi dapat menjadi daya tarik para investor untuk berinvestasi dan semakin baik kedudukan pemilik perusahaan.

6 ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Bagi investor, rasio profitabilitas yang lain yang penting dalam melihat kinerja keuangan perusahaan adalah Net Profit Margin. NPM menggambarkan seberapa besar keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. Semakin tinggi NPM yang diperoleh, maka semakin baik operasi suatu perusahaan dan semakin baik profitabilitas perusahaan sehingga investor tertarik untuk menanamkan modal. Berikut ini adalah fenomena dalam data rata-rata harga saham, Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Net Profit Margin Sektor Consumer Goods Industry periode 2012-2016, dapat dilihat pada gambar 1.2. Sumber : Data Sekunder, Diolah Gambar 1.2 Rata-Rata Harga Saham, Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Net Profit Margin Sektor Consumer Goods Industry yang terdaftar di BEI Periode 2012-2016

7 Berdasarkan gambar 1.2, rata-rata Current Ratio pada sektor consumer goods dari tahun 2012-2016 mengalami fluktuatif tetapi cenderung meningkat. Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan dari 362,38% menjadi 246,01%, sementara pada harga saham dari tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2014 hingga 2016 rata-rata CR mengalami peningkatan yaitu 247,93% di tahun 2014, 259,85% di tahun 2015, dan 288,77% di tahun 2016, sementara harga saham pada tahun 2014 hingga 2016 mengalami penurunan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Wuryaningrum (2015), dimana semakin tinggi nilai Current Ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini menunjukkan semakin tinggi Current Ratio maka semakin tinggi harga saham. Begitu pula sebaliknya, apabila CR turun maka harga saham pun turun, tetapi pada kondisi ini peningkatan CR tidak diikuti oleh peningkatan harga sahamnya sehingga bertolak belakang dengan teori yang ada. Rata-rata Debt to Assets Ratio yang tergabung dalam sektor consumer goods industry dari tahun 2012-2016 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan dari 0,42 menjadi 0,45, dan pada harga saham dari tahun 2012 ke 2013 juga mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2014 hingga 2016 rata-rata DAR mengalami penurunan yaitu 0,44 di tahun 2014, 0,43 di tahun 2015, dan 0,42 di tahun 2016, pada harga sahampun mengalami penurunan di tahun 2014 hingga 2016. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Wuryaningrum (2015), dimana jika nilai Debt to Assets Ratio tinggi maka semakin buruk harga saham perusahaan. Hal ini karena semakin banyaknya pendanaan dengan utang yang artinya semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Begitu pula sebaliknya, apabila DAR turun maka harga saham akan meningkat, tetapi pada kondisi ini penurunan DAR tidak diikuti oleh peningkatan harga sahamnya sehingga bertolak belakang dengan teori yang ada.

8 Rata-rata Debt to Equity Ratio yang tergabung dalam sektor consumer goods industry dari tahun 2012-2016 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan dari 1,61 menjadi 3,22, dan pada harga saham dari tahun 2012 ke 2013 juga mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2014 dan 2016 mengalami penurunan yaitu -0,22 di tahun 2014 dan 0,95 di tahun 2016, pada harga sahampun di tahun 2014 dan 2015 mengalami penurunan. Kondisi tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Novianti (2015), dimana DER yang terlalu tinggi maka harga saham perusahaan akan menurun dikarenakan keuntungan yang diperoleh cenderung digunakan untuk membayar hutang dibandingkan dengan membagi dividen. Begitu pula sebaliknya, jika DER turun maka harga saham akan meningkat, tetapi dalam kondisi ini penurunan DER tidak diikuti oleh peningkatan harga sahamnya sehingga bertolak belakang dengan teori yang ada. Rata-rata Return On Equity yang tergabung dalam sektor consumer goods industry dari tahun 2012-2016 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan dari 22,66% hingga 19,65%, sementara pada harga saham dari tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2013 ke 2014 ROE mengalami peningkatan menjadi 27,91%, sementara harga saham pada tahun tersebut mengalami penurunan. Kemudian pada tahun 2015 ke 2016 ROE mengalami peningkatan dari 23,04% menjadi 23,07%, sementara harga saham pada tahun tersebut mengalami penurunan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Wuryaningrum (2016), dimana jika nilai ROE meningkat artinya perusahaan mampu mengahasilkan laba yang besar dari kepemilikan modal perusahaan pada para pemegang saham, maka semakin tinggi ROE suatu perusahan akan menjadi daya tarik bagi investor luar untuk berinvestasi di suatu perusahaan. Dengan banyaknya investor yang ingin berinvestasi maka akan berdampak pada harga saham yang semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, apabila ROE turun maka harga saham pun akan turun, tetapi pada kondisi ini peningkatan ROE tidak diikuti oleh peningkatan harga sahamnya sehingga bertolak belakang dengan teori yang ada.

9 Rata-rata Net Profit Margin yang tergabung dalam sektor consumer goods industry dari tahun 2012-2016 cenderung fluktuatif. Pada tahun 2012 ke 2013 mengalami penurunan dari 8,82% hingga 8,48%, sementara pada harga saham dari tahun 2012 ke 2013 mengalami peningkatan. Sedangkan pada tahun 2014 hingga 2016 mengalami peningkatan dari 7,74% di tahun 2014, 7,76% di tahun 2015, dan 8,01% di tahun 2016, sementara harga saham pada tahun tersebut mengalami penurunan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Safitri (2016), dimana apabila NPM naik maka harga saham pun juga ikut naik, karena dengan laba yang tinggi secara teoritis akan mampu membagikan dividen yang besar pula, hal inilah yang menarik para investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Begitu pula sebaliknya, apabila NPM turun maka harga sahamnya akan turun, tetapi pada kondisi ini peningkatan NPM tidak diikuti oleh peningkatan harga sahamnya sehingga bertolak belakang dengan teori yang ada. Banyak penelitian terdahulu yang dilakukan untuk menguji pengaruh antara kinerja keuangan terhadap harga saham dengan menggunakan berbagai alat ukur.diantaranya yaitu penelitian Reni Wuryaningrum (2015) yang menggunakan Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Earning Per Share, hasil penelitian ini Current Ratio, Debt to Assets Ratio, dan Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan Debt to Equity Ratio berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham. Penelitian Sekar Salma Salsabila (2017) yang menggunakan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Net Profit Margin, hasil penelitian ini hanya Return On Equity yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Current Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Net Profit Margin tidak berpengaruh terhadap harga saham. Penelitian Winna Arifannisa dan Arie Apriadi Nugraha (2017) yang menggunakan Current Ratio, Net Profit Margin, Return on Equity, Return on Assets, Debt to Equity Ratio, indeks harga saham individual dan perdagangan saham, hasil penelitian ini bahwa Net Profit Margin, Return on Equity, Return on Assets dan indeks harga saham individual yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan Debt to Equity Ratio, Current Ratio dan volume perdagangan saham yang tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

10 Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian antara beberapa peneliti mengenai pengaruh variabel CR, DAR, DER, ROE dan NPM. Peneliti bermaksud untuk melakukan studi lebih lanjut melalui fenomena-fenomena yang ada dan penelitian-penelitian terdahulu yang cukup menarik untuk di kaji ulang agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2016, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham (Studi Kasus Pada Sektor Consumer Goods Industry Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka identifikasi masalah ini harga saham pada sektor consumer goods industry dipengaruhi oleh Current ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, dan Net Profit Margin, maka masalah penelitian yang diidentifikasi, yaitu : 1. Bagaimana perkembangan harga saham, Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin pada sektor consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. 2. Bagaimana pengaruh Current ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin terhadap harga saham pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

11 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas untuk menghindari perluasan pembahasan dalam penelitian ini, maka pada penelitian ini dibatasi pada faktorfaktor yang mempengaruhi harga saham yaitu Current Ratio (CR), Debt to Assets Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) terhadap harga saham pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. Dalam penelitian ini current ratio dipilih karena tingkat likuiditas perusahaan sangat diperhatikan oleh para investor. Menurut Suharno (2016) likuiditas perusahaan dalam jangka pendek yang tinggi akan memberikan keyakinan kepada investor terhadap kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividen. Menurut Houston dan Brigham (2013), bahwa harga saham perusahaan salah satunya tergantung pada faktor proporsi hutang perusahaan terhadap equitas (DER). Menurut Suharno (2016) debt to equity ratio mewakili solvabilitas digunakan untuk mengukur tingkat leverage yang menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya. Semakin besar jumlah hutang yang digunakan untuk struktur modal perusahaan, maka akan semakin besar jumlah kewajibannya. Peningkatan jumlah hutang akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena pembayaran hutang lebih diutamakan daripada pembayaran dividen. Debt to assets ratio merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Sama dengan debt to equity ratio, manfaat dari analisis debt to asset ratio. Karena kedua rasio ini merupakan rasio leverage (solvabilitas) yang untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah menggunakan beberapa perhitungan. Seperti diketahui bahwa penggunaan modal sendiri atau dari modal pinjaman akan memberikan dampak tertentu bagi perusahaan.

12 Menurut Kasmir (2015) Return On Equity adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu, dan rasio ini merupakan indikator ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Sehingga ROE tinggi dapat menjadi daya tarik para investor untuk berinvestasi dan semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Menurut Sulistyo (2011) Net Profit Margin bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Kemampuan NPM dalam memprediksi perubahan laba dan harga saham sangat dimungkinkan karena rasio ini berhubungan dengan efisiensi perusahaan dalam memproduksi, administrasi, pemasaran, pendanaan dan penentuan harga sehingga rasio ini layak untuk dijadikan prediktor laba. Marjin laba merupakan indikator strategi penetapan harga suatu perusahaan dan seberapa baik pengendalian biaya. 1.4 Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu mengumpulkan data yang dapat diproses dan dianalisis untuk memenuhi tugas akhir/skripsi pada program studi Manajemen S1 Fakultas Bisnis dan Manajemen di Universitas Widyatama. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis perkembangan harga saham, Current Ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. 2. Untuk menganalisis pengaruh Current ratio, Debt to Assets Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Equity, Net Profit Margin terhadap harga saham pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016.

13 1.5 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang diperoleh mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham pada sektor consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bagi Akademik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk menambah wawasan pengetahuan khusus bidang keuangan dan mengenai harga saham, current ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio, return on equity, dan net profit margin. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan untuk memberikan informasi tentang pengaruh current ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio, return on equity, dan net profit margin terhadap harga saham dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, khusunya bagi investor yang tertarik untuk berinvestasi agar mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan investasi. 4. Bagi Penulis Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan dari proses pembelajaran dalam mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah diproses selama perkuliahan bagi penulis terutama mengenai harga saham, current ratio, debt to assets ratio, debt to equity ratio, return on equity, dan net profit margin serta untuk memenuhi syarat dalam mengajukan skripsi program studi manajemen pada fakultas bisnis dan manajemen Universitas Widyatama. 5. Bagi Peneliti Sebelumnya Penelitian ini sebagai bahan kajian dan referensi untuk menambah wawasan maupun pengembangan penelitian selanjutnya.

14 1.6 Sistematika Skripsi Langkah-langkah penulisan yang terdapat dalam laporan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah dan identifikasi masalah, yang menjadi acuan penelitian dan landasan penelitian. Terdapat batasan masalah, agar penelitian yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan yang diharapkan. Terdapat tujuan penelitian, yang merupakan fokus orientasi penelitian, pencapaian yang diharapkan dari keseluruhan proses penelitian. Terdapat manfaat penelitian, serta yang terakhir dalam bab ini adalah sistematika penulisan, yang berisi uraian singkat proses penulisan laporan penelitian ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai teori-teori yang berhubungan dengan pembahsan penelitian yang menjadi landasan berpikir serta dasar penyusunan penelitian. Teori-teori tersebut diperoleh dari buku-buku referensi serta sumber informasi lain yang terkait dengan pembahsan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada. Pada bab ini dideskripsikan secara lebih rinci dan runtut rancangan penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan sampel dan kriterianya, penetapan variabel penelitian dan definisi operasional dalam penelitian, teknik analisis dan metode lainnya. Metode penelitian dalam skripsi terdiri dari tujuh bagian yaitu, objek penelitian, unit analisis, populasi dan teknik sampling, jenis dan sumber data, operasional variabel dan metode analisis.

15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis dari hasil pengamatan, pengumpulan, serta pengolahan data hingga hasil yang dicapai selama penelitian dan pembuatan laporan penelitian ini. Serta pembahasan secara detail dijabarkan secara satu persatu dengan menerapkan konsep sesudah adanya sistem yang diusulkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Daftar pustaka berisi daftar referensi (buku, jurnal, internet, dan lain-lain) yang digunakan dalam penelitian ini. LAMPIRAN Lampiran berisi tentang penjelasan tambahan berupa gambar, tabel, grafik, perhitungan-perhitungan, laporan keuangan, dan lain-lain yang merupakan penjelasan rinci dari apa yang disajikan di bagian-bagian yang terkait sebelumnya.