BAB II LANDASAN TEORI. penelitian ini. Secara ringkas berikut uraian mengenai penelitian relevan itu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

1. Paragraf dalam Bahasa Indonesia a. Macam-macam paragraf 1. Berdasarkan sifat dan tujuan (a) Paragraf pembuka (b) Paragraf penghubung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

ANALISIS WACANA MONOLOG TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

ANALISIS WACANA CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA: TINJAUAN DARI SEGI KULTURAL, SITUASI, SERTA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL SKRIPSI

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PRATIWI AMALLIYAH A

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Tarigan (1987 : 27), Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

ANALISIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMKN 12 MALANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam pikiran kepada orang lain yaitu dengan bahasa, baik secara lisan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan pendapat yang diutarakan oleh Keraf (2000:1) bahwa retorika adalah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Seperti yang dinyatakan (Sumarlam, 2008:1) Sarana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun tulisan. Bahasa juga memegang peranan penting dalam kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANDA KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA TAJUK RENCANA SURAT KABAR SEPUTAR INDONESIA EDISI MARET 2009

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

ANALISIS RETORIKA TEKSTUAL WACANA PADA NASKAH BERITA SEPUTAR PERISTIWA OLAH RAGA TERKINI RRI SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2008) dalam bukunya yang berjudul Metode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

PENANDA KOHESI SUBTITUSI PADA WACANA KOLOM JATI DIRI JAWA POS EDISI BULAN JANUARI 2008

Mata Kuliah : Kajian wacana Jurusan/Prodi : PBSI/ (Non. Reg.)

PENANDA HUBUNGAN REFERENSI DALAM WACANA BERITA PADA SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa tulis seoarang penulis tidak hanya mewujudkan apa yang dipikirkan

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

KAJIAN PEMAKAIAN DEIKSIS SOSIAL DALAM TAJUK RENCANA HARIAN SOLOPOS EDISI JANUARI-FEBRUARI 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah lambang bunyi yang arbitrer, digunakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu surat kabar yang beredar di masyarakat adalah Satelit Post. Surat

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PADA SISWA KELAS V SD

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan bahasa tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. keinginan dan sebagainya melalui bahasa, sehingga bahasa merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai hal manusia melahirkan ide-ide kreatif dengan

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

MAKALAH PENELITIAN. diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh Ujian Sarjana Pendidikan pada program studi PBS Indonesia dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. saatnya menyesuaikan diri dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Hubungan kemampuan membaca skema dengan kemampuan menulis paragraf persuasive oleh Siswa Kelas XI SMA Swasta Katolik Budi Murni 2. Verawaty R.

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.

BAB I PENDAHULUAN. rubrik kesehatan, rubrik iklan maupun slogan iklan kendaraan yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

KEUTUHAN STRUKTUR WACANA OPINI DALAM MEDIA MASSA CETAK KOMPAS EDISI BULAN MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan pemiliknya. Sebagai salah satu milik, bahasa selalu muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

Transkripsi:

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Dhina Dwi Filiani (2013) dan Neneng Sulistianingrum (2015). Penelitian relevan tersebut mempunyai perbedaan dan persamaan dengan penelitian ini. Secara ringkas berikut uraian mengenai penelitian relevan itu. Dhina Dwi Filiani Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2013, melakukan penelitian dengan judul Metode Pengembangan Topik Wacana Argumentasi Pada Rubrik Gaul Ilmiah (Tabloid Gaul Edisi 20-29 tahun 2012). Tujuannya adalah mendeskripsikan metode pengembangan topik yang terdapat pada rubrik Gaul Ilmiah edisi 20-29. Hasil penelitian menunjukkan adanya metode pengembangan topik yang bervariasi. Beberapa metode pengembangan topik wacana argumentasi tersebut diantaranya yaitu metode genus dan definisi, metode pertentangan, metode perbandingan, metode persamaan atau analogi, metode sebab akibat, metode akibat sebab, metode generalisasi, metode keadaan atau sirkumstansi, metode kesaksian atau autoritas. Relevansi penelitian Dhina Dwi Filiani dengan penelitian ini adalah samasama meneliti metode pengembangan topik. Persamaan lain adalah menggunakan jenis penelitian deskripstif kualitatif. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Dhina Dwi Filiani. Perbedaannya terdapat pada data dan sumber data. Data yang diteliti berupa wacana argumentasi pada rubrik dan sumber data yang digunakan oleh Dhina Dwi Filiani yaitu Tabloid Gaul Edisi 20-29 tahun 2012. Sedangkan 8

9 penelitian ini menggunakan data berupa wacana argumentasi pada tajuk rencana dan sumber data dari harian Suara Merdeka edisi Februari sampai Maret 2017. Neneng Sulistianingrum mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, melakukan penelitian dengan judul Analisis Metode-Metode Pengembangan Topik Wacana Argumentasi Rubrik Opini Harian Kompas Edisi 13-22 Januari 2014. Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mendeskripsikan metode pengembangan topik yang digunakan pada wacana argumentasi yang terdapat dalam rubrik Opini harian Kompas edisi 13-22 Januari 2014. Hasil penelitiannya yaitu menunjukkan bahwa metode pengembangan topik wacana argumentasi rubrik Opini harian Kompas edisi 13-22 Januari 2014 terdapat lima metode pengembangan topik yang digunakan. Metode pengembangan topik tersebut diantaranya metode pertentangan, metode keadaan atau sirkumstansi, metode sebab akibat, metode perbandingan, metode akibat sebab. Relevansi penelitian Neneng Sulistianingrum dengan penelitian ini adalah tentang metode pengembangan topik dalam wacana argumentasi, serta kesamaan jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Adapun perbedaan pada sumber data. Penelitian Neneng menggunakan sumber data dari harian Kompas edisi 13 sampai 22 Januari 2014 sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data dari harian Suara Merdeka edisi Februari sampai Maret 2017. Berdasarkan dua pnelitian relevan di atas, terdapat persamaan dan perbadaan dalam penelitian ini. Persamaan yang peneliti temukan yaitu membahas tentang metode pengembangan topik dan jenis penelitian menggunakan deskriptif kualitatif. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu data dan sumber data. Penelitian terdahulu datanya berupa wacana argumentasi pada rubrik dan wacana

10 argumentasi pada opini, sedangkan penelitian ini datanya berupa wacana argumentasi pada tajuk rencana. Sumber data dalam penelitian ini yaitu harian Suara Merdeka edisi Februari-Maret 2017, sedangkan penelitian terdahulu sumber datanya yaitu Tabloid Gaul edisi 20-29 tahun 2012 dan harian Kompas edisi 13-22 Januari 2014. B. Wacana 1. Pengertian Wacana Sobur (2009:10) mengartikan wacana sebagai kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan yang teratur dan semestinya, dan komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur. Bentuk paparan lisan dan tulisan yang utuh berarti wacana tersebut berisi konsep, gagasan, pikiran atau ide yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun (Chaer, 2007:267). Pada pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat (Eriyanto,2009:3). Menurut Kridalaksana (2008:259), berpendapat bahwa wacana merupakan satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah satuan gramatikal tertinggi berupa lisan maupun tulisan yang digunakan untuk menyampaikan ide agar dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar tanpa keraguan apapun. 2. Kedudukan Wacana Wacana memiliki posisi paling tinggi dalam satuan bahasa. Hal tersebut disebabkan karena wacana sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik yang mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala

11 bentuk komunikasi. Pada bagan di bawah ini wacana mencakup semua aspek seperti fonem, morfem, kata, frasa, klausa dan kalimat (Mulyana, 2005:6). Wacana Kalimat Klausa Frasa Kata Morfem Fonem Bagan di atas menunjukkan bahwa semakin ke atas, satuan kebahasaan akan semakin besar. Dari mulai aspek terkecil yaitu fonem hingga aspek terbesar yaitu wacana. Artinya, satuan kebahasaan yang ada di bawah akan tercakup dan menjadi bagian dari satuan bahasa yang ada di atasnya. Hal tersebut terjadi hingga mencakup satuan bahasa yang terbesar yaitu wacana. Jadi, wacana dianggap memiliki kedudukan tertinggi dalam aspek kebahasaan karena mencakup seluruh aspek yang berada di bawahnya. 3. Unsur-unsur Wacana Wacana memiliki dua unsur pendukung, yaitu unsur internal dan unsur eksternal. Unsur internal suatu wacana terdiri atas satuan kata atau kalimat yang berposisi sebagai kalimat, atau juga bisa dikenal dengan sebutan kalimat satu kata. Untuk menjadi satuan wacana yang besar, satuan kata atau kalimat tersebut akan bertalian dan bergabung membentuk wacana. Unsur eksternal wacana terdiri atas implikatur, presuposisi, referensi, inferensi, dan konteks. Kehadiran unsur eksternal

12 ini sebagai pelengkap dalam keutuhan wacana (Mulyana, 2005: 7-11). Menurut Tarigan (2008:24), terdapat enam unsur terpenting dalam wacana yaitu satuan bahasa, terlengkap dan terbesar atau tertinggi, di atas kalimat atau klausa, koherensi, lisan dan tulis, awal dan akhir yang nyata. 4. Keutuhan Struktur Wacana Wacana yang utuh pada umumnya memiliki unsur kohesi dan koherensi. Jika ke duanya terdapat di dalam suatu wacana maka wacana tersebut dapat dikatakan sebagai wacana yang utuh. Kohesi merupakan kepaduan di bidang bentuk (Ramlan, 2001:10). Menururt Halliday dan Hasan (1985: 65) kohesi adalah perangkat sumbersumber kebahasaan yang dimiliki sebagai bagian dari metafungsi tekstual untuk mengaitkan satu bagian teks dengan bagian lainnya. Menurut Mulyana (2005:26) kohesi memiliki arti sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kohesi adalah sumber kebahasaan yang berfungsi sebagai kepaduan untuk mengaitkan ikatan antara bagian teks. Menurut Alwi dkk, (2003:428) koherensi yaitu hubungan perkaitan antar proposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secara eksplisit atau nyata dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang mengungkapkannya. Koherensi berarti hubungan timbal balik yang serasi antar unsur dalam kalimat (Keraf, 2007: 38). Menurut Ramlan (2001:10), koherensi adalah keaduan di bidang makna. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, koherensi adalah suatau hubungan perkaitan yang implisit dalam suatu teks.

13 5. Tema Wacana Tema merupakan panduan motivasi pada satu perayaan atau kegiatan dan panduan wacana (Parera, 2004: 232). Menurut Mulyana (2005: 37) tema merupakan perumusan dan kristalisasi topik-topik yang akan disajikan landasan pembicaraan atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut. Tema adalah gambaran umum dari suatu teks, bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks (Eriyanto, 2009: 229). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide pokok yang menjadi dasar dalam sebuah pembahasan. Tema memiliki cakupan yang luas, oleh karenanya tema dapat diperinci menjadi topik. Topik juga dapat diperinci lagi menjadi topik-topik kecil yang nantinya akan menghasilkan judul pada sebuah wacana. Topik berasal dari bahasa Yunani topio, yang artinya tempat ( Keraf, 2007:107). Secara mendasar, topik diartikan sebagai pokok pembicaraan (Mulyana, 2005:39). Menurut Alwi dkk (2003:435) topik merupakan proposisi yang berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa topik adalah bagian dari tema, namun cakupan topik lebih luas dari pada judul dalam sebuah wacana karena topik berisikan pokok yang diperbincangkan dalam sebuah wacana. 6. Jenis Wacana Jenis wacana dibagi menjadi enam, yaitu jenis wacana ditinjau berdasarkan bentuk, media penyampaian, jumlah penutur, sifat, isi, gaya dan tujuan. Berdasarkan bentuk terdapat enam wacana, antara lain wacana naratif, prosedural, ekspositori, hortatori, epistoleri dan wacana dramatik. Berdasarkan media penyampaian ada dua

14 yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Berdasarkan jumlah penutur terdapat wacana monolog dan wacana dialog. Berdasarkan sifat terbagi dua wacana fiksi dan nonfiksi. Berdasarkan isi terdapat wacana politik, sosial, ekonomi, budaya, militer, hukum dan kriminalitas, serta wacana olahraga dan kesehatan. Berdasarkan gaya dan tujuan terdapat wacana iklan (Mulyana, 2005:47). C. Wacana Argumentasi 1. Pengertian Wacana Argumentasi Wacana argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembaca (Keraf, 2007:3). Menurut Marwoto (1987:174), wacana argumentasi adalah wacana yang isinya terdiri dari paparan alasan dan penyintesisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Pada wacana tersebut, argumentasi dibangun untuk meyakinkan kebenaran pendapat, gagasan, atau konsepsi sesuatu berdasarkan data dan fenomenaa fenomena keilmuan yang dikemukakan. Argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekedar mana suka atau pendekatan emosional (Rahayu, 2007:168). Argumentasi tidak lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai suatu hal. Berdasarkan pengertian di atas wacana argumentasi adalah wacana yang mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca dengan cara memberikan alasan disertai bukti kebenaran pendapatnya, sehingga dapat bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis atau pengarang.

15 2. Ciri-ciri Wacana Argumentasi Ciri khas dari argumentasi yang dikemukakan oleh Keraf (2007:120), yaitu usaha membuktikan suatu kebenaran sebagai yang digariskan dalam proses penalaran pembicara atau penulis. Menurut Tarigan (2008:116) dan Zainurrahman (2011: 51-52), ciri-ciri wacana argumentasi adalah sebagai berikut: Perlakuan terhadap suatu masalah dilakukan secara cermat, teliti, dan bernada faktual. Pokok permasalahan menjadi hal penting. Maksud dan tujuannya adalah memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan kejujuran. Argumentasi menuntut orang-orang yang bertanggung jawab untuk menerima apa yang layak dan yang didasarkan pada fakta yang masuk akal. Sarana untuk berargumen mengenai suatu isu. Berfungsi untuk menjelaskan kepada pembaca alasan-alasan, argumen, ideologi, dan kepercayaan agar pembaca dapat mengadopsi posisi yang diambil oleh penulis. Berusaha membujuk, mengajak, atau mendesak pembaca agar mengubah pola pikir dan asumsi mereka mengenai sebuah isu kontroversial. 3. Proses Penalaran Penalaran (jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan (Keraf, 2007: 5). Hubungan fakta-fakta tersebut diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan atau bentuk kalimat berita. Kalimat yang berisi pernyataan tentang hubungan fakta-fakta itu disebut proposisi (Rahayu, 2007: 39). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses penalaran adalah suatu proses berpikir yang menghubungkan fakta-fakta yang ada untuk menarik sebuah kesimpulan.

16 4. Dasar dan Sasaran Wacana Argumentasi Berdasarkan pendapat Keraf (2007: 101-102), dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah: Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subjek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya. Bersedia mempertimbangkan pandanganpandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri. Berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas, ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai dimana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya. Menurut pendapat Keraf (2007, 103-104) untuk mengatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah, argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan. Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah, sedangkan tujuan argumentasi adalah menghilangkan ketidaksepakatan. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan, dengan demikian arah dan sasaran tulisan hanya dipusatkan kepada titik perbedaan itu.

17 5. Bagian Wacana Argumentasi Menurut Rahayu (2007:169-170) bagian dalam sebuah wacana argumentasi terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, tubuh argumentasi, serta kesimpulan dan ringkasan. Bagian wacana argumentasi juga dikemukakan oleh Keraf (2007: 104) yang terdiri dari pendahuluan, tubuh argumen, serta kesimpulan dan saran. Pendapat ini didukung oleh (Alfiansyah, 2009), menurutnya dalam sebuah argumentasi terdapat tiga bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa wacana argumentasi terdiri dari tiga bagian yaitu pendahuluan, isi atau tubuh argumen, dan kesimpulan atau penutup. Bagian pertama adalah pendahuluan, bahwa penulis argumen harus yakin dengan apa yang akan disampaikan kepada pembaca karena untuk menarik perhatian pembaca sehingga harus menunjukkan dasar-dasar argumentasi (Keraf, 2007:104). Pengertian dari Rahayu (2007: 169) menyatakan bahwa pendahuluan merupakan bagian untuk menarik pembaca, memusatkan perhatian pembaca pada argumenargumen yang akan disampaikan serta menunjukkan dasar-dasar mengapa argumen itu harus dikemukakan dalam kesimpulan tersebut. Fakta-fakta harus benar diseleksi supaya penulis tidak mengemukakan hal-hal yang justru bersifat argumentasi. Menurut Alfiansyah (2009), bagian pendahuluan berisi latar belakang masalah, dan permasalahan. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendahuluan adalah bagian awal dalam wacana argumentasi berisi latar belakang masalah yang harus menunjukkan dasar-dasar argumen dengan tujuan untuk menarik perhatian pembaca. Bagian kedua adalah tubuh argumentasi. Bagian ini merupakan keseluruhan uraian yang berusaha menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam pendahuluan

18 (Alfiansyah, 2009). Tubuh Argumentasi juga berisi pembuktian untuk meyakinkan pembaca atau pendengar bahwa hal yang dikemukakan oleh pengarang itu merupakan hal yang benar, sehingga konklusi yang disimpulkan juga merupakan konklusi yang benar. Menurut Keraf (2007: 106), terdapat beberapa kemahiran yang dapat digunakan untuk mengungkap kebenaran dalam jalan pikiran dan konklusi yaitu kecermatan mengadakan seleksi fakta yang benar, penyusunan bahan secara baik dan teratur, kekritisan proses berpikir, penyuguhan fakta, evidensi, kesaksian, premis dengan benar. Menurut Rahayu (2007:170), tubuh argumentasi yaitu seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya dalam meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakan itu benar sehingga kesimpulannya juga benar. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian tubuh argumentasi yaitu bagian yang berisi uraian untuk mengungkap kebenaran dan meyakinkan pembaca bahwa yang diungkapkan itu benar terjadi. Bagian ketiga adalah kesimpulan dan ringkasan. Rahayu (2007: 170) menyatakan bahwa kesimpulan harus tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai serta mengapa kesimpulan itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Keraf (2007:107) menjelaskan dengan tidak mempersoalkan topik mana yang dikemukakan dalam argumentasi, pengarang harus menjaga agar konklusi yang disimpulkannya tetap memelihara tujuan, dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah diterima sebagai sesuatu yang logis. Bagian penutup juga dapat diartikan sebagai bagian yang berupa ikhtisar atau penutup ( Alfiansyah, 2009). Kesimpulan dari penjelasan bagian kesimpulan dan ringkasan adalah bagian akhir yang perlu ditulis untuk memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca.

19 6. Metode Pengembangan Topik pada Wacana Argumentasi Wacana argumentasi yang baik harus memiliki topik yang jelas, agar permasalahan yang disajikan dalam wacana dapat tersusun secara teratur dan terarah. Selain itu, penyajian topik yang jelas juga dapat membantu untuk mempengaruhi pembaca agar tertarik dan sependapat dengan argumen yang diungkapkan oleh penulis. Berdasarkan hal tersebut maka topik dalam sebuah wacana argumentasi harus dikembangkan dengan menggunakan metode pengembangan. Penggunaan metode dalam mengembangkan sebuah argumen harus tepat atau sesuai dengan tujuan. Pemilihan metode pengembangan topik yang sesuai dengan tujuan akan mempermudah pembaca dalam memahami maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Menurut Keraf (2007: 108-114) terdapat tujuh metode pengembangan topik dalam wacana yaitu, genus dan definisi, sebab dan akibat, keadaan atau sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan serta kesaksian atau autoritas. Tidak berbeda jauh dari pendapat Rahayu (2007: 170-171) yang menyatakan bahwa metode pengembangan topik wacana terdapat tujuh yaitu, genus dan definisi, sebab dan akibat, keadaan atau sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian atau autoritas. Menurut Lesmana (2011), terdapat lima metode pengembangan topik dalam wacana argumentasi yaitu genus dan definisi, sebab akibat, persamaan, perbandingan, dan pertentangan. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh metode pengembangan dalam wacana argumentasi yaitu genus dan definisi, sebab dan akibat, keadaan atau sirkumstansi, persamaan, perbandingan, pertentangan, kesaksian atau autoritas. Ketujuh metode tersebut memiliki persamaa yaitu ketujuh metode tersebut digunakan untuk mengembangkan

20 topik wacana argumentasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada teknik atau cara yang digunakan untuk mengembangkan topik tersebut. a. Genus dan Definisi Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:473), genus berarti jenis, definisi berarti batasan arti, dapat pula diartikan sebagai keterangan singkat (2008:330). Metode Genus terdapat semua argumen atau bukti yang dimiliki oleh semua anggota kelasnya. Disini pengarang harus mengajukan argumen-argumen atau fakta-fakta mengenai genus, sehingga dapat meyakinkan semua orang bahwa benar kelas itu memiliki ciri-ciri tersebut atau ciri-ciri tersebut merupakan ciri kelas itu. Semakin sempit kelasnya, argumen-argumen yang dikemukakan akan semakin mengandung pertentangan pendapat (Keraf, 2007:108). Menurut Rahayu (2007:170) mencontohkan penjelasan mengenai genus dan definisi, Manusia adalah makhluk fana. Dari pernyataan itu, diperoleh semua orang India adalah manusia. Jadi orang India adalah manusia yang berakal budi, bebas berpikir, bebas menentukan nasibnya sendiri. Penulis harus merangsang pembaca mempercayai dan menerima hal itu merupakan ciri manusia. Genus dan definisi dalam metode pengembangannya memiliki ciri struktur. Diantaranya terdapat argumen atau bukti yang dimiliki pula oleh anggota kelasnya, apa yang dianggap benar mengenai kelas tersebut berlaku pula bagi anggota lainnya, tiap anggota kelas akan memiliki ciri genus dari kelas yang dimasukinya, menggunakan definisi sebagai landasan geraknya, genus dan definisi menggunakan wujud barang/ klasifikasi yang sudah ada. Argumentasi yang mempergunakan definisi sebagai landasan geraknya, biasanya cenderung untuk mengadakan uraian panjang lebar mengenai objek dan kelasnya. Argumen-argumen yang mempergunakan genus

21 dan definisi memiliki hakikat yang sama, sebab keduanya mempergunakan wujud barang atau klasifikasi yang sudah ada. b. Sebab dan Akibat Topik yang didasarkan pada sebab-akibat selalu mempergunakan proses berpikir yang bercorak kausal. Proses berpikir ini menyatakan, bahwa suatu sebab tertentu akan mencakup sebuah sebab yang sebanding, atau sebuah akibat tertentu akan mencakup pula sebab yang sebanding. Sebab itu, bila terdapat sebuah sebab yang hebat, akan lahir pula sebuah akibat yang dahsyat, dan jika kita menghadapi suatu situasi yang sangat parah, maka harus dicari kembali pada sebuah sebab yang hebat Keraf (2007:110). Menurut Rahayu ( 2007:171) kekuatan retorika ini terletak pada persoalan, bagaimana kita menerima kebenaran hubungan sebab akibat yang dinyatakan oleh premis mayornya. Menurut Lesmana (2011), metode ini dilakukan dengan menggunakan proses berpikir kualitas, suatu sebab akan menimbulkan akibat, sebab menjadi ide pokok dan akibat sebagai penjelas. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode sebab akibat adalah hubungan antara sebab dan akibat dalam sebuah persoalan, apabila terdapat sebab yang hebat akan lahir pula akibat yang dahsyat. Metode sebab akibat memiliki tiga ciri dalam mengembangkan topik yaitu menggunakan proses berpikir kausal. Dalam metode sebab akibat penulis harus berusaha mengajukan fakta-fakta mengenai akibat-akibat yang ditimbulkan setelah sebab yang ada. Penulis meyakinkan pembaca dengan jalan menyusun argumenargumen yang ada dan menarik sebuah kesimpulan. Jika pengarang mampu menyusun argumen-argumen berdasar pada fakta dengan benar, maka apa yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembacanya akan lebih mudah dipahami.

22 c. Keadaan atau Sirkumstansi Menurut Keraf (2007:111), keadaan atau sirkumstansi adalah suatu proses yang digolongkan dalam proses sebab-akibat, tetapi tindakan yang dilakukan seseorang tidak dapat dibenarkan melalui prinsip-prinsip logis. Ia terpaksa melakukan tindakan itu karena fakta-fakta yang tidak memungkinkan Ia berbuat lain. Penulis harus berusaha menyodorkan situasi yang terpaksa itu, untuk membenarkan tindakannya. Kalau penyajian keadaan itu tidak meyakinkan sebagai keadaan terpaksa, maka argumentasinya akan ditolak. Suasana terpaksa tidak boleh menghasilkan alternatif-alternatif, maka keadaan itulah yang akan dijadikan argumen. Keadaan adalah proses dalam sebab akibat, kalau penyajiannya tidak meyakinkan sebagai keadaan tidak terpaksa, argumen akan ditolak, suasana terpaksa tidak boleh menghasilkan alternatif. Sejauh tidak ada altenatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen (Rahayu, 2007:171). Berdasarkan penjelasan di atas terdapat tiga ciri-ciri dalam metode pengembangan topik keadaan atau sirkumstansi. Metode ini tergolong relasi kausal, sejauh tidak ada altenatif lain, maka keadaan itulah yang dijadikan argumen. Penulis harus berusaha menyodorkan situasi mendesak yang dialami pelaku untuk membenarkan tindakannya. Mampu menunjukkan bukti bahwa pelaku terpaksa melakukan hal tersebut karena situasi mendesak dan tidak ada yang bisa dilakukan. d. Persamaan Metode ini dilakukan dengan cara mengemukakan kesamaan antara dua hal (Lesmana, 2011). Menurut Keraf (2007:111) kekuatan argumentasi dengan mempergunakan metode persamaan terletak pada suatu pernyataan mengenai

23 kesamaan antara dua barang. Dalam analogi, sebagai suatau upaya logika, dikatakan bahwa jika dua barang atau hal mirip dalam sejumlah aspek tertentu, maka ada kemungkinan mereka mirip pula dalam aspek lainnya. Persamaan antara dua benda, kekuatannya terletak pada hubungannya dengan kebenaran yang terdapat dalam topik yang diperbandingkan. Kalau persamaannya itu lemah atau meragukan, maka kekuatan retorikanya juga lemah (Rahayu, 2007:171). Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa metode persamaan adalah mengemukakan suatu pernyataan antara dua hal atau dua barang. Metode persamaan digunakan untuk menyamakan antara dua barang. Hal yang dikemukakan harus disamakan berdasarkan fakta yang ada sehingga tidak dapat disangkal kebenarannya.penulis menarik sebuah kesimpulan untuk mengungkapkan kemungkinan persamaan dari dua hal yang disamakan. Argumentasi yang ingin diungkapkan oleh pengarang harus mengandung fakta atau kebenaran atas hal yang dibandingkan. e. Perbandingan Menurut Lesmana (2011), metode ini dilakukan dengan mengemukakan persamaan dan perbedaan antara dua hal. Hal yang dijadikan dasar perbandingan merupakan ide pokok. Menurut Rahayu (2007:171), menyatakan dalam metode perbandingan salah satu yang diperbandingkan lebih kuat dari hal lain yang menjadi dasar perbandingan. Pada metode argumentasi ini pengarang menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan kedua memiliki peluang atau kepastian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kemungkinan yang pertama, sehingga jika pengarang menyetujui kemungkinan yang pertama maka sudah pasti pengarang menyetujui

24 kemungkinan yang kedua (Keraf, 2007: 112). Jadi, dalam metode ini pengarang mengembangkan topik dengan memperbandingkan dua hal yang berlainan. Jika pengarang menyetujui kemungkinan pertama maka sudah pasti pengarang menyetujui kemungkinan yang kedua, sebab dalam metode perbandingan kemungkinan kedua memiliki tingkat kemungkinan yang lebih tinggi. f. Pertentangan Argumentasi dengan menggunakan metode pertentangan atau kebalikan berasumsi. Jika kita memperoleh keuntungan dari fakta atau situasi tertentu, maka fakta atau situasi yang bertentangan akan membawa bencana. Argumentasi yang menggunakan cara ini termasuk dalam argumnetasi yang didasarkan pada relasi antar berbagai fakta dan peristiwa, seperti halnya dengan persamaan dan perbandingan. Kegagalan atau ketidakpuasan sekarang mencakup keinginan akan situasi yang berlawanan dari situasi sekarang (Keraf, 2007: 113). Menurut Rahayu (2007:171), jika kita memperoleh keuntungan dari fakta dan situasi tertentu maka fakta dan situasi yang bertentangan akan memperoleh kelemahan atau sebaliknya. Metode ini dapat dilakukan dengan cara mengemukakan suatu hal atau pendapat kemudian diberikan hal atau pendapat yang sebaliknya (Lesmana, 2011). Jadi dalam metode ini, cara mempertentangkan dua hal atau pendapat yang berbeda untuk memperoleh simpulan fakta dan situasi yang menguntungkan dan yang merugikan. g. Kesaksian atau Autoritas Menurut Keraf (2007:114) kesaksian atau autoritas merupakan topik atau sumber yang bersifat dari luar. Sumber yang bersifat dari luar, karena premis atau

25 proposisi yang digunakan merupakan pencerapan atau persepsi orang lain yang siap kita gunakan. Fakta-fakta bagi sumber tersebut harus kita gali sendiri, harus ditemukan sendiri, yang kemudian coba disusun dalam suatu proposisi yang menyingkapkan kebenaran yang nyata. Ia merupakan persepsi kita senidiri mengenai serangkaian fenomena. Kesaksian maupun autoritas tidak memiliki tenaga dalam dirinya sendiri (Intrinsik), tetapi tenaga yang ada padanya tergantung pada kepercayaan atas saksi dan kualitas autoritas. Kesaksian biasanya diterima baik, jika saksi dianggap tahu betul fakta dan kejadiannya, dan ia sendiri tidak mempunyai kepentingan dengan hasil argumen itu. Kesaksian atau autoritas tidak memiliki tenaga atau kekuatan dalam dirinya sendiri, tetapi kekuatannya tergantung pada kepercayaan atas saksi dan kualitas autoritas. Sebuah kesaksian dapat diterima dengan baik jika saksi dianggap tahu betul fakta dan kejadiannya, dan dia tidak mempunyai kepentingan dengan hasil argumen (Rahayu, 2007: 171). D. Tajuk Rencana Menurut Sumadira (2011: 7) tajuk rencana merupakan opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal dan atau kontroversial yang berkembang di masyarakat. Tajuk rencana adalah bentuk karangan atau tuturan yang mengungkapkan ide, pemikiran atau opini, bahkan biasanya dikembangkan dengan mengajukan saran-saran atas jalan pemecahan permasalahannya (Suhandang, 2004:151). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana adalah bentuk karangan yang mengungkapkan opini yang berisi sikap resmi suatu media terhadap persoalan aktual, fenomenal dan kontroversial yang berkembang di masyarakat. Hal ini biasanya dikembangkan dengan mengajukan saran sebagai jalan pemecahan masalah.

26 E. Harian Suara Merdeka Suara Merdeka adalah salah satu surat kabar di Jawa Tengah yang didirikan pada 11 Februari 1950. Pendiri Suara Merdeka adalah perempuan hebat yaitu H. Hetami. Kantor suara merdeka berada di bawah PT Masscom Graphy yang terhimpun dalam Suara Merdeka Network atau SM Network. Selain Suara Merdeka, Suaramerdeka.com, Koran Pagi Wawasan, dan lainnya juga terhimpun dalam Suara Merdeka Network. Menurut beberapa lembaga survei, Harian Suara Merdeka merupakan salah satu surat kabar yang memiliki jam terbang tinggi dibandingkan surat kabar lainnya yang berada di Jawa Tengah. Suara Merdeka memuat berbagai informasi mulai dari berita, cerpen, iklan, tajuk rencana dan lain sebagainya.

27 F. Kerangka Berpikir METODE PENGEMBANGAN TOPIK DALAM WACANA ARGUMENTASI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SUARA MERDEKA EDISI FEBRUARI- MARET 2017 WACANA CIRI-CIRI WACANA WACANA ARGUMENTASI METODE PENGEMBANGAN TOPIK WACANA ARGUMENTASI Pertentangan Sebab Akibat Genus dan Definisi Perbandingan Keadaan atau Sirkumstansi WACANA ARGUMENTASI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SUARA MERDEKA edisi FEBRUARI-MARET 2017