BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik adalah dengan mengukur tingkat investasi yang dimiliki oleh daerah

SISTEM PELAYANAN TERPADU: STRATEGI PERBAIKAN IKLIM INVESTASI DI DAERAH (Oleh : Asropi )

I. PENDAHULUAN. disebut sebagai desentralisasi. Haris dkk (2004: 40) menjelaskan, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk

Diterbitkan di Manajemen Pembangunan No. 59/III/Tahun XVI, 2007

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB I PENDAHULUAN. memberikan tanggapan dan respon secara aktif terhadap kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. 10 hambatan terbesar kegiatan investasi perusahaan adalah tidak memadainya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) yang dapat membantu meningkatakan kualitas daerah tersebut. Maka

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjadikan Indonesia semakin maju. Maksud dari otonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ruang lingkup pelayanan publik meliputi berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PIDIE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan salah satu upaya renovasi yang dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prins (1976) Izin( vegunning) adalah keputusan administrasi Negara berupa peraturan

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pembangunan yang telah ada, sehingga merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. yang lebih sesuai dengan karakteristik wilayah serta pengembangan

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang berkualitas dan terus meningkat dari waktu ke waktu.

Kata Kunci : Efektivitas, Pelayanan Publik. A. Pendahuluan : 1. Latar Belakang Masalah :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 09 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN BERINVESTASI DI KABUPATEN MAROS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan diberlakukannya undang-undang otonomi daerah, maka berbagai aturan di

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Manusia hidup serta

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang pelayanan pemerintah menjadi sorotan umum,

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

Dalam kajian ini sampel pemerintahan daerah dipilih dengan menggunakan data hasil

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. membawa nuansa baru dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI DAN HIPOTESIS

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

diungkapkan Riduansyah (2003: 49), yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan gerak yang tidak dapat dibendung akibat sistem penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan kesejahteraan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat membutuhkan pelayanan yang cepat tepat dan efisien. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Diberlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 (UU No. 32/2004)

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

2016 PENGARUH EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik ( good governance ) yang merupakan. salah satu isu yang sangat mengemuka.

SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN TERHADAP PENANAMAN MODAL DALAM PENANAMAN MODAL DI KOTA PADANG

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

BAB I PENDAHULUAN. melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang ditandai dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberi sinyal dan warna baru dalam penyelenggaraan tata Pemerintahan di Indonesia. Salah satu esensi dari desentralisasi adalah perbaikan pelayanan publik, berarti Pemerintahan yang dekat dengan rakyat, tanggap, responsif dan konsisten dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah. Dalam Undang-undang ini diberikan penegasan tentang makna otonomi daerah, seperti pada pasal 1 ayat 5 yaitu otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan Perundang-undangan. Untuk itu, otonomi daerah bermakna untuk memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada masyarakat dalam mencapai kesejahteraan. Seiring dengan perubahan zaman dan kondisi masyarakat yang semakin dinamis, Pemerintah terus menata sistem Pemerintahannya menuju ke arah demokratisasi dan peningkatan pelayanan publik, dimana wujud konkritnya adalah diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri (PERMENDAGRI N0. 24 Tahun 2006) menginstruksikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membentuk sebuah badan pelayanan perizinan dengan tujuan memaksimalkan pelayanan dan menyederhanakan birokrasi, yang berbunyi penyelenggaraan perizinan yang proses 1

2 pengelolaannya mulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Secara umum masyarakat selalu menginginkan agar pelayanan yang diberikan oleh birokrasi Pemerintah Daerah dilakukan dengan baik, yaitu tepat, berarti apa yang diberikan atau dilaksanakan benar-benar mengenai apa yang dibutuhkan. Cepat, berarti pemenuhan dilakukan dengan cepat dan tidak menyita waktu yang lama, serta tidak berbelit-belit. Murah, bahwa masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari pemerintah daerah dapat diperoleh dengan biaya yang seminimal mungkin. Ramah, artinya pelayanan yang diberikan oleh birokrasi pemerintah daerah kepada masyarakat yang dilayaninya senantiasa mengutamakan kesopanan, sehingga masyarakat merasa benar-benar dihargai harkat dan martabatnya sebagai warga negara. Hal ini terlihat bahwa masyarakat tidak hanya memandang kualitas pelayanan dari segi hasil (out-put) saja, tetapi juga bagaimana proses pemberian pelayanan yang diterima. Salah satu tugas utama dari aparatur adalah melayani masyarakat. Namun pada kenyataannya komitmen aparatur Pemerintah dalam memberikan pelayanan publik masih relatif rendah atau masih jauh dari harapan. Hal ini terutama dalam proses izin usaha yang banyak dihadapi dalam ketidakpastian. Tanpa disadari bahwa perizinan merupakan salah satu kunci sukses kreatifitas dan kearifan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan tujuan otonomi Daerah serta meningkatkan PAD. Sudah menjadi fenomena umum dan tidak sedikit fakta yang diaplikasikan media mulai dari tingkat Nasional, Propinsi maupun Kabupaten/Kota yang mengatakan bahwa ketika

3 berurusan dengan birokrasi hampir dipastikan akan berhadapan dengan banyak meja. Masih sering dijumpai pelayanan aparatur dengan prosedur berbelit-belit, diskriminasi, lamban, tidak adanya kepastian waktu ditambah dengan perilaku aparatur yang cenderung cuek serta adanya indikasi pungutan liar dan kolusi, korupsi dan nepotisme. Banyak pengguna jasa Pemerintah sering dihadapkan pada begitu banyak ketidakpastian ketika mereka berhadapan dengan aparat birokrasi, (Dwiyanto 2005:8). Kondisi tersebut di atas bukan hanya retorika belaka. Banyak penelitian yang mengatakan bahwa Indonesia salah satu Negara dengan proses perizinan paling kompleks, lama dan korup di Asia (Rustina 2008), dan lebih buruk dari Vietnam dan Thailand dengan peringkat 133 dari jumlah Negara di Dunia. Birokrasi perizinan yang rumit menyebabkan 80% keluhan pelaku usaha domestik baik formal maupun informal. Selanjutnya survey dan riset yang dilakukan oleh para akademisi dan praktisi, menunjukkan bahwa pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur Pemerintah masih jauh yang diharapkan. Studi Bank Dunia (world bank) di 5 (lima) Propinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia, Jawa tengah, Jawa timur, Kalimantan timur, Jakarta dan Sumatera Utara menunjukkan bahwa rata-rata waktu untuk memperoleh tanda daftar perusahaan (TDP), surat izin perdagangan (SIUP), mencapai 107 hari dengan biaya mencapai Rp. 931.000. situasi ini membuat peringkat daya tarik investasi Indonesia merosot drastis.

4 Merujuk instruksi dari Pemerintah Pusat, melalui Permendagri Nomor 24 tahun 2006 serta fenomena dan tuntutan masyarakat Kabupaten Nias yang semakin dinamis, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Nias sebagai salah satu daerah otonom ikut andil dalam menjawab tuntutan dan harapan masyarakat dalam pelayanan publik. Pembentukan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) berdasarkan Peraturan Daerah NO.10 Tahun 2007, yang operasionalnya telah dimulai pada tanggal 3 agustus 2007. Namun setelah adanya PP. 41 tahun 2007 tentang struktur perangkat daerah maka seiring dengan itu pula Pemerintah Kabupaten Nias merubah nama BPTSP menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Nias. Tujuan pembentukan badan ini pada dasarnya sebagai wujud konkrit Pemerintah Kabupaten Nias untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah, yaitu menyederhanakan birokrasi perizinan, mempercepat waktu pelayanan serta mengurangi tahapan-tahapan dalam pelayanan dan membina koordinasi yang lebih baik antara penyelenggara pelayanan dengan pengguna jasa. Badan ini pada dasarnya dapat dikatakan sebagai terobosan baru atau inovasi manajemen Pemerintahan di Daerah yang diharapkan mampu memberikan hasil berupa produktivitas secara kualitas maupun kuantiítas. Dalam meningkat pelayanan perizinan terpadu (BPPT) ini pada hakekatnya memberikan manfaat, baik bagi Pemerintah maupun pelaku usaha dan masyarakat; Dari sisi Pemerintah Daerah :

5 1. Menyederhanakan birokrasi. Adanya BPPT membuat kerja birokrasi lebih efisien dan efektif sehingga beban administrasi Pemerintah Daerah secara keseluruhan menjadi berkurang. Adanya BPPT sangat memungkinkan untuk mensentralisasi berbagai data yang menyangkut aktivasi masyarakat di wilayah tersebut, sehingga beban pendataan di instansi lain berkurang dan pemerintah daerah pun dapat menghindari terjadinya duplikasi kegiatan pendataan yang tidak perlu. 2. Meningkatkan investasi di Daerah. Kemudahan yang diberikan BPPT akan meningkatkan minat investor asing maupun domestik untuk menanamkan modalnya di Daerah yang bersangkutan. Selama ini pelayanan dokumen yang dibutuhkan investor telah menjadi alasan utama para pelaku untuk menghentikan kegiatan usahanya atau memindahkannya ketempat lain. 3. Meningkatkan jumlah formalisasi usaha. Berdasarkan data Nasional jumlah pelaku usaha yang memformalkan usahanya cenderung menurun. Kemudahan usaha yang diberikan BPPT akan merangsang pelaku usaha untuk melakukan formalisasi usahanya. 4. Meningkatkan pendapatan Daerah. Secara tidak langsung kemudahan pelayanan perizinan juga berdampak positif terhadap pendapatan daerah melalui mekanisme pajak dan retribusi. 5. Meningkatkan citra positif Pemda. Selama ini saluran komunikasi antara pemda dan masyarakat yang dilayaninya. BPPT dapat dijadikan sebagai

6 saluran bagi pemda untuk memberikan semua informasi yang dibutuhkan masyarakat. Dari Sisi Dunia Usaha dan Masyarakat : 1. Terhindar dari biaya ekonomi tinggi. Pelaku usaha membutuhkan kepastian dan legalitas hukum atas usaha yang dijalankannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Melalui BPPT pengurusan administrasi perizinan usaha menjadi mudah dan murah. Hal ini membuat pelaku usaha terhindar dari pungutan liar yang biasanya terjadi pada saat pengurusan izin. 2. Masyarakat memperoleh segala haknya sebagai warga negara, memperoleh pelayanan publik yang lebih baik serta memberikan kepastian dan jaminan hukum dari formalitas yang dimiiki Adapun alasan penulis memilih implementasi bidang perizinan usaha perikanan dan penangkapan ikan di Kabupaten Nias adalah dengan dasar pertimbangan bahwa Kabupaten Nias merupakan daerah kepulauan sehingga sektor perikanan mempunyai potensi sangat besar untuk dikembangkan, baik ikan untuk dikonsumsi maupun diperdagangkan. Ironisnya, meski potensi perikanan di Kabupaten Nias sangat besar, namun karena lemahnya kebijakan pengawasan dan pengendalian terhadap sumber daya kelautan serta perikanan yang ada, pencurian ikan masih menjadi kendala program pembangunan perikanan di daerah ini. Belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolahan sumber daya kelautan dan perikanan

7 antara lain disebabkan terjadinya praktik-praktik pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara tidak bertanggung jawab, serta melanggar peraturan sehingga terjadi kehilangan sumber daya yang cukup besar setiap tahunnya. Eksploitasi potensi perikanan laut yang tidak terkendali, apalagi dibarengi dengan cara-cara penangkapan ikan di luar batas, misalnya bom ikan, jelas akan menjadi bumerang di belakang hari. Hal ini sangat bertentangan dengan semangat dan tujuan pengelolaan perikanan berdasarkan UU NO 31/2004 tentang Perikanan adalah untuk menjaga sumberdaya ikan agar tetap lestari dan tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan dimana sistem perizinan menjadi istrumen pengendalian yang utama. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk mengkaji dan mengetahui bagaimana penerapan pelayanan publik dalam pengurusan izin usaha perikanan dan penangkapan ikan di Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Nias. Untuk menemukan jawabannya maka penulis akan melakukan penelitian yang dituangkan dalam judul Implementasi pelayanan publik bidang izin usaha perikanan dan penangkapan ikan di badan pelayanan perizinan terpadu dalam pengelolaan sumber daya berkelanjutan terpadu Kabupaten Nias.

8 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Pelayanan Publik Bidang Izin Usaha Perikanan dan Penangkapan Ikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Berkelanjutan di Kabupaten Nias.? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui implementasi pelayanan bidang izin usaha perikanan dan surat penangkapan ikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Nias melalui pendekatan proses 2. Mengetahui implementasi pelayanan bidang izin usaha perikanan dan penangkapan ikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Nias melalui pendekatan dampak 1.4.Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Secara praktis, sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Nias, khususnya BPPT Kabupaten Nias dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat dalam bidang perizinan. 2. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah pengetahuan di bidang kebijakan publik dan menjadi acuan oleh penelitian lain yang

9 3. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah dan untuk menerapkan taor-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara 1.5.Kerangka Pemikiran Kemudahan dalam Memproses Satu Jenis Pelayanan Tuntutan Masyarakat akan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Proses Proses pelayanan yang lebih sederhana Menghindari Biaya Pengurusan yang Lebih Besar IMPLEMENTASI PELAYANAN PUBLIK BIDANG IZIN USAHA PERIKANAN DAN PENANGKAPAN IKAN DI BPPT Pengelolaan Sumberdaya Berkelanjutan Kepastian hukum dan kepastian berusaha di bidang perikanan Dampak Meminimalisir kegiatan menyimpang dan melanggar peraturan Perlindungan Pembinaan Investasi