BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan konsumen saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan daya tawar. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan adanya undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PENGAWASAN PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU OLEH BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DI KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMAKAI LAYANAN OPERATOR SELULAR TELKOMSEL CABANG PADANG. Oleh : FADLI ZAINI DALIMUNTHE BP :

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan konsumen membeli barang. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. itu ekonomi secara terus-menerus mengalami pertumbuhan dan perubahan. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik dalam bentuk perorangan ( natural person ) ataupun dalam bentuk badan

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut maka setiap manusia mengkonsumsi atau menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan hubungan tersebut tentunya berbagai macam cara dan kondisi dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. kas daerah, baik melalui sumber daya alam maupun dari sumber lainnya, dalam hal sumber

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB III KEKUATAN PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa, Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan. Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera,

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas dan. beragam,baikitukebutuhanprimer,kebutuhansekunder maupunkebutuhan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA SPEEDY PADA PT TELKOM, Tbk CABANG PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. barter merupakan suatu sistem pertukaran antara barang dengan barang atau

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau kecil dan besar, perairan yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal

BAB I PENDAHULUAN. rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat. 1 Bidang perumahan

BAB I PENDAHULUAN. pembelian/penjualan barang di pasar secara langsung (tunai), kemudian. akhirnya melalui pengadaan melalui proses pelelangan.

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan tekhnologi dan peningkatan taraf hidup manusia yang. semakin lama semakin berkembang. Manusia cenderung untuk memenuhi

METODE PENELITIAN. atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 1

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat secara merata oleh segenap lapisan masyarakat. 1. dibentuknya Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Oleh : Made Dwi Pranata A.A. Sri Indrawati Dewa Gede Rudy Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, seperti yang tercantum dalam Pasal I

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pelaku usaha sangat penting artinya bagi konsumen. Penyebarluasan informasi barang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang secara tegas dinyatakan pada Pasal

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan Indonesia dewasa ini dalam berbagai bidang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, agar tersedia tenaga listrik dalam jumlah yang cukup dan merata. tahun jumlah masyarakat semakin bertambah banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

Lex et Societatis, Vol. V/No. 3/Mei/2017. PERBUATAN MELAWAN HUKUM OLEH PRODUSEN TERHADAP MAKANAN DALUWARSA 1 Oleh: Yunia Mamarama 2

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. efektif hanya dalam kondisi jika Pelaku Usaha dan Konsumen mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Penyelesaian Sengketa (APS) atau Alternative Dispute Resolution (ADR). 3 Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan perlindungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan konsumen saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen, di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan dengan adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapat menciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur. Konsumen dapat diartikan sebagai orang yang mendapatkan barang dan/atau jasa yang digunakan untuk tujuan tertentu, entah itu untuk diperdagangkan lagi atau untuk digunakan sendiri. 1 Konsumen jika telah menjatuhkan keinginanya untuk memilih barang dan/atau jasa yang ditawarkan, maka telah terjadi transaksi perdagangan antara pihak pelaku usaha dan konsumen, transaksi tersebut merupakan hubungan jual beli yang didalamnya sudah terikat dengan adanya perjanjian. Permasalahan yang sering kali timbul dari adanya hubungan antara pelaku usaha dengan konsumen yang berkaitan dengan perjanjian atau transaksi yang telah dilakukan kedua belah pihak ternyata barang yang dibeli tidak bagus/ tidak bisa digunakan, dimana merugikan salah satu pihak. Permasalahan tersebut biasanya menyangkut hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, dalam hal ini permasalahan antara pelaku usaha dan konsumen biasanya juga tejadi karena 1 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar Cet-3, Jakarta: Diadit Media, 2009, hlm. 29.

konsumen tidak berhati-hati dalam memilih barang dan/atau jasa yang ditawarkan kepadanya. Hal ini dapat menjadikan konsumen sebagai pihak yang dirugikan oleh para pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab. Kegiatan bisnis antara pelaku usaha dan konsumen sebagai pengguna jasa tercipta dari perjanjian yang menimbulkan sejumlah hak dan kewajiban diantara keduanya 2. Hak dan kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan konsumen saat ini tidak dapat dipisahkan dari perdagangan, menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan menimbulkan keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan konsumen, perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupun formal makin terasa penting, terutama dalam perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. 3 Kesepakatan kedua belah pihak dalam melakukan jual beli sehingga menimbulkan hak dan kewajiban yang mengikat bagi kedua belah pihak dalam melakukan jual beli tersebut, dapat kita lihat ketika telah terjadinya transaksi jual-beli barang tersebut maka penjual menyerahkan barang yang dijual sedangkan pembeli membayar barang yang dibeli. 160. hlm. 5. 2 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis ( BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm. 3 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2009,

Jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikat dirinya untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah diperjanjikan, yang dijanjikan oleh pihak yang satu (pihak penjual), menyerahkan atau memindahkan hak miliknya atas barang yang ditawarkan, sedangkan yang dijanjikan oleh pihak yang lain, membayar harga yang telah disetujui. Jual beli diatur dalam buku III KUHPerdata, BAB V tentang Jual Beli dalam Pasal 1457 KUHPerdata dijelaskan bahwa yang dimaksud jual beli adalah suatu persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan suatu barang/benda (zaak) dan pihak lain bertindak sebagai pembeli mengikat diri berjanji untuk membayar harga, sedangkan menurut Wirjono Prodjodikoro jual-beli adalah suatu persetujuan dimana satu pihak mengikat diri untuk wajib mengikatkan suatu barang dan pihak lain membayar harga, yang dimufakati mereka berdua. Salah satu sifat yang penting dari jual beli menurut KUHPerdata adalah bahwa perjanjian jual beli hanya obligatoir saja artinya jual beli itu memindahkan hak milik, ia baru memberikan hak dan menetapkan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan kepada si pembeli hak untuk menuntut diserahkannya hak milik atas barang yang dijual. Apa yang dikemukakan disini mengenai jual beli tampak jelas dari Pasal 1459KHUPerdata, yang menerangkan bahwa hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah pada pembeli selama penyerahannya belum dilakukan (menurut ketentuan-ketentuan yang bersangkutan). 4 Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikemukan lebih lanjut bahwa-perjanjian jual beli merupakan perjanjian timbal balik, dimana kewajiban penjual merupakan 4 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta: Intermasa, 2004, hlm. 80.

hak dari pembeli dan sebaliknya kewajiban pembeli merupakan hak dari penjual. Dalam hal ini penjual berkewajiban untuk menyerahkan suatu kebendaan serta berhak untuk menerima pembayaran, sedangkan pembeli berkewajiban untuk melakukan pembayaran dan berhak untuk menerima suatu kebendaan. Suatu perjanjian adakalanya salah satu pihak tidak memenuhi kewajiban sebagaimana yang tercantum dalam perjanjan tersebut. Konsumen sering kali rugikan oleh pelaku usaha yang tidak bertikad baik dalam menjalankan usahanya, serta sewenang-wenang saja dalam melakukan usahanya sehingga banyak konsumen yang dirugikan, akibat perbuatan pelaku usaha selain dirugikan juga membuat konsumen kecewa akibat barang yang dibeli tidak sesuai sebagiamana yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut, telah menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana penyelesaian masalah melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen Kota Padang yang menyebabkan timbulnya kerugian terhadap konsumen. Pemerintah Indonesia menerbitkan UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, diundangkanya UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen tersebut diharapkan bahwa konsumen tidak lagi diperlakukan sebagai objek dalam bisnis, tetapi sebagai subjek yang memiliki kedudukan yang seimbang dengan pelaku usaha. Namun tetap saja dengan telah adanya Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen masih banyak saja Konsumen yang dirugikan oleh Pelaku Usaha yang tidak beritikad baik dalam melakukan usahanya. Dari kasus ini penjual barang yaitutoko Maily Motor menjual Silinder Head/ Dexel Mobil yang mana barang yang dijual tersebut tidak bisa digunakan atau tidak

layak pakai, ketika dibeli oleh sipembeli yang bernama Sumitro Siregar (konsumen), setelah dicoba barang yang dibeli tersebut dicoba dibengkel sipembeli, Silinder Head/Dexel Mobil tersebut tidak bisa digunakan, lalu dikembalikan lagi kepada penjual dan penjual memberikan penggantian barang yang sama dan bentuk yang sama, diganti oleh sipenjual tetapi tetap saja barang tersebut tidak bisa digunakan. Sehingga pembeli mengembalikan kembali barang tersebut ke sipenjual, dan sipenjual menerimanya akan tetapi sipenjual menolak untuk mengembalikan uang. Sebagaimana diketahui dalam suatu perjanjian jual beli masing-masing pihak memiliki hak dan kewajibannya masing-masing. Sipembeli berhak atas barang dengan jaminan kualitas yang baik dan memiliki kewajiban membayar harga sesuai dengan barang yang dibeli, sedangkan sipenjual berhak menerima pembayaran sesuai dengan nilai tukar barang yang di perdagangkan dan berkewajiban menjamin kualitas atas barang dan memberikanya kepada sipembeli. Dasar gugatan konsumen harus berdasarkan dalil-dalil atau alasan-alasan yang menggambarkan adanya hubungan yang menjadi dasar atau uraian dari suatu gugatan. Dalam sengketa konsumen ini dasar gugatan yang diajukan konsumen yaitu dengan alasan konsumen merasa dirugikan tidak adanya tanggungjawab lebih lanjut atau solusi dari masalah tersebut. Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengatur bahwa sengketa antara Kosumen dengan Pelaku Usaha dapat diselesaikan menggunakan jalur litigasi dan non litigasi. Penyelesaian sengketa konsumen menggunakan jalur litigasi merupakan penyelesaian sengketa melalui pengadilan yang mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum. Berdasarkan Pasal 45 ayat

(2) UUPK meyatakan penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. Penyelesaian non litigasi atau di luar pengadilan melalui BPSK. BPSK menurut Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah Badan yang bertugas menagani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen. Dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disebut UUPK disebutkan bahwa Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan. Apabila penyelesaian sengketa konsumen dilakukan di luar pengadilan menurut Pasal 52 huruf a Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah melaksanakan penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen, dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi. Sumitro siregar merasa dirugikan secara moril, materil dan tidak terpenuhinya hak sebagai Konsumen sesuai dengan Pasal 4 huruf d dan h UUPK yaitu hak untuk didengar pendapat atau keluhan atas barang dan atau jasa yang digunakan dan hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau sebagaimana mestinya. Sehingga mengajukan permohonan penyelesaian sengketa tersebut secara tulisan ke BPSK Kota Padang pada tanggal 3 Agustus 2015. Permohonan penyelesaian sengketa tersebut dicatat oleh sekretariat BPSK yaitu Bapak Nurmatias, dalam suatu formulir pengaduan konsumen yang telah disediakan. Setelah formulir diisi

Konsumen wajib menandatangani formulir tersebut, kemudian Sekretariat BPSK memberikan bukti tanda terima kepada konsumen. Selanjutnya berkas permohonan tersebut dicatat oleh sekretariat BPSK sebagai formulir pengaduan konsumen No: 053/P3K/VIII/2015 tanggal 3 Agustus 2015 untuk proses hukum terhadap perkara tersebut yang sama-sama menguntungkan bagi kedua pihak. Gugatan yang sudah diajukan ke BPSK harus ditindaklanjuti oleh BPSK, dan BPSK wajib memberikan putusan. Putusan tesebut berdasarkan Pasal 54 ayat (3) UUPK bersifat final dan mengikat. Dari kasus ini maka penyelesaian sengketa dipilih para pihak secara sukarela dengan cara melalui arbitrase. Arbitrase adalah penyelesaian sengketa konsumen diluar pengadian melalui cara ini, pelaksanaanya berbeda dengan cara mediasi dan konsiliasi. Majelis bertindak aktif untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa. Dari paparan diatas, telah menimbulkan ketertarikan bagi peneliti untuk mengadakan penelitian dengan judul PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SILINDER HEAD/DEXEL MOBIL DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA PADANG (STUDI KASUS NO: 053/P3K/VIII/2015) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Silinder Head/Dexel Mobil Antara Sumitro Siregar Dengan Toko Maily Motor?

2. Bagaimana Pertimbangan Hukum Dari Majelis Terhadap Putusan Yang Ditetapkan Oleh BPSK Kota Padang Dalam Sengketa Konsumen Nomor 053/P3K/VIII/2015? 3. Bagaimana Pelaksanaan Putusan Oleh Para Pihak Dalam Sengketa Konsumen Nomor 053/P3K/VIII/2015? C. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari peneliti dalam penulisan Karya Ilmiah ini, antara lain adalah : 1. Untuk Mengetahui Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Silinder Head/Dexel Mobil Antara Sumitro Siregar Dengan Toko Maily Motor. 2. Untuk Mengetahui Pertimbangan Hukum Dari Majelis Terhadap Putusan Yang Ditetapkan Oleh BPSK Kota Padang Dalam Sengketa Konsumen Nomor 053/P3K/VIII/2015. 3. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Putusan Oleh Para Pihak Dalam Sengketa Konsumen Nomor 053/P3K/VIII/2015. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Untuk memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khsususnya dalam bidang hukum perdata bisnis b. Sumbangan pemikiran untuk pengembangan hukum perlindungan konsumen. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat yang mengalami sengketa konsumen dapat mengetahui penyelesaian sengketa kosumen di BPSK Kota Padang. b. Merupakan sumbangan penegak hukum, terutama dalam penyelesaian sengketa konsumen dibidang perdagangan barang. c. Bagi pemerintah dapat mengambil kebijakan serta upaya penanggulangan mengenai permasalahan sengketa konsumen. E. Metode Penelitian Penelitian merupakan saran yang dipergunakan manusia untuk memperkuat, membina mengembangkan ilmu pengetahuan. Inti dari metode penelitian dalam setiap penelitian adalah menguraiakan tentang cara bagaimana suatu penelitian hukum itu dapat dilakukan 5. Penelitian pada umumya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap objek penulisan atau suatu karya ilmiah guna mendapatkan datadata pokok-pokok pikiran, serta pendapat lainya dari pakar yang sesuai dengan ruang lingkup yang ditulis 6. Dalam hal ini diperlukan suatu metode yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanan penelitian. 1. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis empiris, menurut soejono soekanto yuridis empiris adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk menganalisis tentang sejauh manakah suatu Peraturan/Perundang-Undangan atau hukum yang sedang berlaku secara efektif, dengan pokok pembahasan yang menekankan pada 5 Bambang Waluyo, Peneltian dalam Praktik, Jakarta: Sinar Grafika, 1996, hlm. 17. 6 Soejono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, Jakarta: Universitas IndonesiaPress : 2009, hlm. 3.

aspek hukum (Perundang-Undangan) yang berlaku, dikaitkan dengan praktiknya dilapangan. 7 2. Sifat Penelitian Berdasarkan dengan rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian, maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif. Diharapkan dapat diperoleh gambaran yang menyeluruh, lengkap dan sistematis mengenai penyelesaian sengketa konsumen dalam perjanjian jual beli Silinder Head/Dexel Mobil di BPSK Kota Padang. 3. Sumber Data Sumber data yang dipakai dalam penulisan Skripsi ini adalah : a. Penelitian Lapangan atau Field Research Dengan penelitian lapangan ini data yang diperoleh dan digunakan adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan dilapangan. Data diperoleh dengan mengadakan wawancara secara terstruktur, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu. Penelitian dilapangan dilaksanakan dengan jalan mengujungi BPSK Kota Padang, serta melakukan wawancara dengan pihak Penggugat dan Tergugat yang bertujuan untuk memperoleh data yang mendukung penelitian ini. b. Penelitian kepustakan ( library research) Data penelitian ini dilakukan dengan cara mencari literatur yang ada, seperti buku-buku, karangan ilmiah, peraturan perundang-undangan, dan peraturan terkait lainya. 4. Jenis Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder 8 : 7 Soejono Soekanto, Ibid., hlm.13.

a. Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan guna memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data diperoleh dengan langsung melihat prakteknya dilapangan dengan mengadakan wawancara secara terstrukur terlebih dahulu, dengan kedua belah pihak dalam kasus tersebut, selanjutnya pencatatan hasil wawancara. b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang peneliti lakukan dengan mempelajari buku-buku (library research) yang relevan dengan penelitian ini. Data sekunder ini diperoleh dari: 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan peraturan lainya yang berkaitan 9, diantaranya : a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa 8 Molenong. J.Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 157. 9 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta:PT: Raja Grafindo Persada, 2003, Cet-5 hlm. 25.

e) Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor: 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaiaan Sengketa Konsumen. 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan penelitian yang berasal dari literatur, makalah dan/atau jurnal hukum, teori-teori ataupun pendapat dari para ahli hukum, termasuk bahan putusan dari BPSK Kota padang. 10 3) Bahan Hukum Tersier Bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari kamus bahasa indonesia dan kamus terminologi hukum. Data tersier diperoleh dari : a) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang. b) Perpustakaan Pusat Universitas Andalas Padang. c) Beberapa literatur dan bahan kuliah yang penulis miliki. d) Situs atau website hukum. 5. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Studi Dokumen, yaitu dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang penulis teliti (Putusan BPSK). b. Wawancara, yaitu tanya jawab yang dilakukan dengan teknik semi terstruktur, artinya dari jawaban yang telah diberikan oleh responden dimungkinkan berkembang kepertanyaan susulan, pertanyaan yang telah dirumuskan tersebut 10 Ibid., hlm.12.

dapat saja dikembangkan kepertanyaan baru. 11 Responden dalam hal ini BPSK Kota Padang, Penggugat, Tergugat. c. Pengolahan dan analisis data 1) Pengolahan data Data yang digunakan atau yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan cara Editing, yaitu meneliti kembali catatan-catatan yang ada untuk mengetahui apakah catatan-catatan tersebut telah cukup baik dan lengkap untuk mendukung pemecahan masalah yang dirumuskan. 2) Analisis data Setelah data diolah, kemudian akan dilakukan dengan kualitatif yaitu analalisis berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan dan menggunakan kalimat-kalimat yang merupakan teori para ahli. F. Sistematika Penulisan Isi dari skripsi yang akan penulis buat terdiri atas empat empat bab dan tiap-tiap bab terdiri dari sub bab. Bab-bab tersebut adalah : BAB I : PENDAHULUAN 11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (jilid II). Andi Yogyakarta: Andi. 2004, hlm.82.

Pada bab ini memuat tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAN Pada bab ini memuat beberapa kajian antara lain : Tinjauan umum tentang pegertian konsumen, tinjauan umum tentang jual beli, tinjauan umum tentang penyelesaian sengketa konsumen, tinjauan umum tentang badan penyelesaian sengketa konsumen. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi gambaran umum tentang Penyelesaian Sengketa Konsumen Dalam Perjanjian Jual Beli Silinder Head/Dexel Mobil Di Badan Penyelesaian SengketaKonsumen (BPSK) Kota Padang (Studi Kasus No: 053/P3K/VII/2015) BAB IV : PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan yang diteliti dan saran yang akan diberikan terhadap sengketa konsumen yang akan diteliti.