BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan yang sehat merupakan hak azasi setiap anggota masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan kemerdekaan yang salah satunya adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Salah satu segmen anggota masyarakat yang perlu mendapat perhatian dalam bidang kesehatan adalah remaja, karena remaja merupakan kelompok masyarakat yang cukup besar jumlahnya dan mempunyai pola kehidupan yang spesifik, yaitu masa tumbuh yang pesat menuju kematangan, yang berlangsung dalam tahap perkembangan kehidupan antara masa anak dan dewasa (Mourbas, 2001). Saat ini diperkirakan 27% - 30% dari penduduk dunia berusia antara 10 24 tahun dan 83 % dari mereka berada di negara berkembang. Di Indonesia jumlah penduduk berusia 10 24 tahun diperkirakan berjumlah 31 % dari total penduduk, sedang khusus bagi remaja usia 10 19 tahun berjumlah 49 juta jiwa atau 21 % dari total penduduk. Jumlah penduduk remaja yang cukup besar tersebut membawa konsekuensi yang tidak ringan bagi Indonesia, karena untuk mempersiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas tidak dihasilkan melalui proses yang cepat, tetapi memerlukan proses yang berkelanjutan (Sudrajat, 2002). Remaja merupakan sosok manusia yang belum matang, hal ini dikarenakan mereka pada fase perkembangan antara anak-anak dan dewasa. Karena kondisi itu mereka disebut sebagai tahapan usia belum matang (Widiarti, 2003).
1 Masa remaja dibagi menjadi 3 tahap, yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Pada remaja awal terjadi perkembangan seorang anak ke arah kematangan seksual yang disebut masa pubertas yaitu remaja putri yang berumur antara 12 15 tahun. Dimana umur tersebut digolongkan pada masa awal remaja dan masa tersebut merupakan masa rentan dan kritis bagi mereka terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya (perubahan fisik, kematangan alat reproduksi, emosi, perilaku) karena dengan datangnya perubahan tersebut menimbulkan kecenderungan remaja ingin bebas, suka mencoba-coba, berkelompok dan mudah terpengaruh (Kusumawati, 2003). Pada masa peralihan yang berkisar pada rentang usia 12 15 tahun inilah yang rawan bagi remaja pubertas, karena mereka harus mengalami perubahanperubahan yang cepat dan melibatkan perubahan fisik meliputi perubahan ukuran tubuh dan perubahan proporsi tubuh, serta perubahan seksual yang meliputi perubahan berupa perkembangan ciri seks primer dan sekunder (Monks, 1992). Menurut Suryanah (1996), pada usia ini perkembangan anak berada dalam tingkat pemahaman terhadap diri terutama dalam hal fisik dan seksualnya. Remaja disebut juga sebagai usia pencarian identitas atau jati diri. Dalam proses pencarian tersebut, mereka selalu mencoba apa yang cocok pada dirinya. Masa remaja juga merupakan masa sulit karena mereka harus melewati masa penuh gejolak. Salah satu gejolak yang terjadi pada masa remaja adalah gejolak perubahan biologis. 2
Dalam perubahan biologis mereka mengalami perubahan fisik yang membedakan remaja laki-laki dan perempuan. Dalam psikologi, masa pubertas ditandai dengan perubahan sikap dan perilaku seperti kegelisahan, rasa cemas, malu, dan mulai tertarik pada lawan jenis. Perubahan lain yang paling jelas adalah perubahan yang diakibatkan oleh perkembangan sistem reproduksinya yang ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Pada saat tersebut remaja dihadapkan langsung pada masalah seksual dimana ia sebelumnya tidak memiliki konsep apa pun mengenai apa yang terjadi dan apa yang seharusnya dilakukan. Kondisi ini menimbulkan stress tersendiri terutama pada perempuan. Pada anak perempuan merasa malu dengan perubahan yang terjadi seperti perubahan payudara, haid pertama, bertambahnya berat badan, adanya jerawat yang membuat mereka kurang percaya diri (Rahayu, 2001) Pada dasarnya remaja wanita memperhatikan berat badan, tinggi badan, ukuran pinggang dan dadanya (Thomburg, 1992).Dikemukakan juga oleh Hurlock (1996) body cathexis atau kepuasan terhadap fisik akan menimbulkan sikap positif, yang diekspresikan dalam bentuk rasa percaya diri, keyakinan diri dan konsep diri yang sehat. Hal ini akan mempengaruhi perasaan aman dalam menghadapi diri sendiri dan dunia luar. Sebaliknya kalau anak puber tidak dipersiapkan secara psikologis atau tidak diberitahu tentang perubahan yang terjadi pada masa puber, pengalaman akan perubahan tersebut dapat merupakan pengalaman traumatis. Akibatnya, anak cenderung mengembangkan sikap yang kurang baik. 3
Oleh karena hal tersebut pada remaja putri yang berumur 12 15 tahun dimana umur tersebut digolongkan pada masa rentan dan kritis bagi mereka terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada dirinya (perubahan fisik, kematangan alat reproduksi, emosi, perilaku) karena dengan datangnya perubahan tersebut menimbulkan kecenderungan remaja ingin bebas, suka mencoba-coba, berkelompok dan mudah terpengaruh (Kusumawati, 2003). Hormon estrogen dominan pada remaja perempuan dan testoteron pada laki laki. Hormon hormon ini membuat seorang anak perempuan mempunyai sifat kewanitaan setelah masa remaja. Hormon estrogen mempunyai beberapa khasiat, dia dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga payudara membesar, juga merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan vagina. Estrogen juga dapat menyebabkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita, tetapi dapat juga memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah otak, itulah sebabnya mengapa perempuan dewasa tidak setinggi anak laki laki sebayanya. Selain estrogen hormon seks utama lain dari seorang wanita adalah progesteron, yang khasiatnya bermacam macam tetapi efeknya yang utama adalah melemaskan otot otot halus, meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu badan (BKKBN, 2003). Efek progesteron yang terpenting adalah pada rahim, yaitu mempertebal dinding di dalam rahim dan merangsang kelenjar kelenjar agar 4
mengeluarkan cairan pemupuk bagi sel telur yang dibuahi. Dengan demikian sel telur yang sudah dibuahi akan terpelihara selama kedudukannya di dinding rahim (BKKBN, 2003). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa dalam masa pubertas dalam tingkat perubahan fisik dan citra tubuh cenderung lebih banyak remaja putri daripada remaja putra oleh karena itu dalam judul ini memilih remaja putri sebagai bahan penelitian. Dalam teori psikoseksual Freud, masa remaja berada dalam fase genital yang mempunyai karakteristik alat genital menjadi pusat tekanan seksual dan rasa menyenangkan padahal pada waktu ini secara emosional mereka belum matang. Dengan demikian kemampuan untuk menerima kematangan harus dikembangkan (Potter & Perry, 1993). Menurut Ramonasari (1997) jika remaja tidak mempunyai pengetahuan yang cukup atau informasi yang jelas tentang perubahan fisik yang mereka alami kadang-kadang akan menimbulkan rasa cemas, takut, malu, merasa lain, dan bingung. Remaja di Indonesia umumnya berada pada jenjang pendidikan menengah pertama (SMP), remaja ini mengalami perubahan yang paling dasar yaitu perubahan fisik, konsekuensi dari perkembangan fisik ini akan lebih kompleks pada remaja putri, dalam perubahan berat dan bentuk tubuh kadang mengganggu geraknya bila ingin terlihat menarik di depan lawan jenisnya (Gunarsa, 1993). Hasil wawancara peneliti dengan sepuluh orang siswi SMP Nasima pada bulan maret, didapatkan hasil yang hampir sama, bahwa mereka merasa 5
malu dengan perubahan yang terjadi pada payudara mereka sehingga mereka berusaha untuk menutup nutupinya, adanya jerawat membuat mereka malu dan jengkel. Mereka juga takut kalau badan mereka menjadi gemuk sehingga mereka berusaha mengendalikan nafsu makan agar mereka tetap langsing dan lebih menarik. Pada dasarnya mereka mengetahui adanya perubahan fisik pada diri mereka, tetapi tetap saja mereka merasa canggung dan tidak nyaman dengan perubahan tersebut. Selain alasan diatas sebelum peneliti mengambil judul serta memilih lokasi tempat di SMP Nasima Semarang karena sebelumnya peneliti telah memilih beberapa tempat lain dengan wawancara dengan beberapa siswi remaja putri akan tetapi hal tersebut sudah dianggap biasa, serta dengan keberadaan SMP Nasima Semarang yang memiliki letak yang sangat strategis di pusat kota dan merupakan salah satu SMP Favorit di Semarang sehingga peneliti ingin mengetahui seberapa jauh remaja putri yang ada di SMP Nasima menanggapi perubahan perubahan pada diri mereka di masa pubertas dalam remaja awal tersebut. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan citra tubuh remaja putri di SMP Nasima Semarang. B. Rumusan Masalah Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas menyebabkan mereka merasa malu, sehingga mereka berusaha untuk menutup nutupi pada perubahan yang ada dalam diri mereka. Mereka mengetahui adanya perubahan
6 fisik yang terjadi pada diri mereka, tetapi mereka masih tetap merasa canggung dan tidak nyaman dengan perubahan tersebut. Meskipun seperti itu, belum tentu semua dari mereka merasakan hal yang sama. Sehingga berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut Adakah hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan citra tubuh remaja putri di SMP Nasima Semarang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan citra tubuh remaja putri di SMP Nasima Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan remaja putri di SMP Nasima Semarang tentang perubahan fisik pada masa pubertas b. Mendeskripsikan karakter citra tubuh remaja putri di SMP Nasima Semarang c. Menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang perubahan fisik pada masa pubertas dengan citra tubuh remaja putri di SMP Nasima Semarang
7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Keperawatan Memberikan masukan data tentang pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan citra tubuh selanjutnya diharapkan dapat memberikan intervensi lanjut sehubungan dengan hasil yang dicapai. 2. Bagi Institusi SMP Nasima Semarang a. Mengetahui sejauh mana pengetahuan siswi tentang perubahan fisik pada masa pubertas dan citra tubuh. b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak terkait yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswi agar dapat memberikan penjelasan tentang perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas dan citra tubuh. 3. Bagi Peneliti a. Dapat memberikan informasi dalam hal pengetahuan remaja tentang perubahan fisik pada masa pubertas dan citra tubuh mereka. b. Dapat mengembangkan wawasan peneliti dan merupakan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian. c. Dapat memberikan informasi dalam hal pengetahuan remaja tentang
cara berpenampilan yang sesuai bagi mereka 8 E. Bidang Ilmu Bidang ilmu dalam penelitian Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas Dengan Citra Tubuh Remaja Putri termasuk dalam ilmu Keperawatan Maternitas dan ilmu Keperawatan Jiwa.