BAB I PENDAHULUAN. namun prinsip-prinsip pertukaran dan pinjam-meminjam sudah ada. Tidakdipungkiri bahwa kemajuan pembangunan ekonomi dan



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad, Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2016, h. 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya di dunia, termasuk dalam bidang perekonomian. Semua ketentuanketentuan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi tanpa bantuan lembaga keuangan. Lembaga keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. 1 Priyono dan Teddy Candra, Esensi Ekonomi Makro, Surabaya: Zifatama Publisher,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengacu pada Penjelasan Pasal 49 huruf i Undang-undang Nomor 3

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. dana. Hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. h M. Umar Chapra, Islam dan Tantangan Ekonomi,Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2000,

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, ada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

PENDAHULUAN. di dalamnya mengintrodusir sistem pengelolaan bank berdasarkan konsep

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

Oleh: EKA NURUL FAUZIAH NPM :

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB I PENDAHULUAN. dan Jawa Timur menjadikan Koperasi Simpan Pinjam (KOSPIN) JASA

University Press, 2009), hlm Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank syari ah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan, disamping itu juga. menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, serta memberikan jasa

BAB I PENDAHULUAN. mikro sangat penting. Berdirinya bank syari ah yang terus mengalami. cepat, mudah dan sederhana. Tentu saja pola ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Sebagai badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

DAFTAR PUSTAKA. Mosher.A.T, Menggerakkan Dan Membangun Pertanian, Jakarta : C.V. Yasaguna 1966.

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting dan strategis dalam kaitannya penyediaan modal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Institusi keuangan belum dikenal secara jelas dalam sejarah Islam, namun prinsip-prinsip pertukaran dan pinjam-meminjam sudah ada danbanyak terjadi pada zaman Nabi SAW bahkan sebelumnya. Tidakdipungkiri bahwa kemajuan pembangunan ekonomi dan perdagangantelah mempengaruhi lahirnya institusi yang berperan dalam lalu lintaskeuangan. Para pedagang dan pengusaha sudah tidak mungkin lagimengurusi keuangan secara sendiri. 1 Lembaga Keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama berbentuk aset keuangan atau tagihan, yang fungsinya sebagai intermediasi keuangan antara unit defisit dengan unit surplus dan menawarkan secara luas berbagai jenis keuangan (misalnya: simpanan, kredit, proteksi asuransi, penyediaan mekanisme pembayaran dan transfer dana) dan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern dalam melayani masyarakat. Sedangkan lembaga keuangan syariah adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatannya dengan berlandaskan syariah Islam. Lembaga keuangan syariah terdiri dari bank dan non bank (asuransi, pegadaian, reksa dana, pasar modal, BPRS dan BMT). 1 Muhammad, Ridwan, 2005, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil, Penerbit UII Press, Yogyakarta hal. 51.

Lembaga keuangan syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah, dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Prinsip utama yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah adalah: a) Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah. c) Memberi zakat. 2 Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti zakat, infaq dan shodaqoh. Adapun baitul tamwil merupakan usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersil. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyaakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan Bank Islam. Prinsip operasinya didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (ijarah) dan titipan (wadiah). 3 Fungsi dari Baitul Maal Wattamwil adalah merupakan alternatif kelembagaan keuangan syariah yang memiliki dimensi sosial dan produktif 2 Drs. Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, hal. 2. 3 Nurul Huda,Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan praktis, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010 hal.363.

dalam skala nasional bahkan global, dimana denyut nadi perekonomian umat terpusat pada fungsi kelembagaan ini yang mengarah pada hidupnya fungsi-fungsi kelembagaan ekonomi lainnya. Perkembangannya di Indonesia, didorong oleh rasa keprihatinan yang mendalam terhadap banyaknya masyarakat miskin yang terjerat oleh rentenir dan juga dalam rangka usaha memberikan alternatif bagi mereka yang ingin mengembangkan usahanya, namun tidak dapat berhubungan secara langsung dengan perbankan Islam (baik BMI maupun BPRS) dikarenakan usahanya tergolong kecil dan mikro. 4 Pada dasarnya, produk yang terdapat pada lembaga keuangan syariah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Produk penyaluran dana (financing) b. Produk penghimpunan dana (funding) c. Produk jasa (service) Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu: 1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli 2. Pembiayaan dengan prinsip sewa 3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil 4. Pembiayaan dengan prinsip akad pelengkap 5-7. 4 Dr. Jamal Lulail Yunus, Manajemen Bank Syariah Mikro, UIN Malang press, 2009, hal.

Bai al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan yang disepakati, dimana penjual harus memberi tahu harga produk yang yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan yang disepakati. 5 Pembayaranmurabahah dapat dilakukan secara tunai atau cicilan. Dalam murabahah juga diperkenankan dengan adanya perbedaan dalam harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan dengan adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus). Bai muajjal (pembayaran yang ditangguhkan), dengan teknik ini, bank membeli dan menjual kembali aset, produk, atau properti berdasarkan sistem pembayaran yang ditangguhkan. Kategori pendanaan ini meliputi bai bitsaman ajil, karena kontrak ini membolehkan menjual suatu barang berdasarkan sistem pembayaran yang ditangguhkan, dengan cicil atau dibayar sekaligus. Harga produknya disepakati oleh pembeli dan penjual pada saat penjualan dan tidak boleh menambahkan biaya apapun untuk pembayaran yang ditangguhkan. Ketentuan umum syariah tentang penjualan harus ditetapkan, yaitu bahwa objeknya harus ada, dimiliki, dan dikuasai bank, 2001, hal.101. 5 Muhammad Syafii antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani,

penjualannya segera dan mutlak, dan harganya pasti tanpa ditambahi syarat apapun. 6 Bai bitsaman ajil adalah akad jual beli murabahah dimana pembayarannya dilakukan secara tangguh dan juga pencicilannya dilakukan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Ditegaskan bahwa, konsep bai bitsaman ajil adalah suatu kontrak penjualan dimana bank Islam melakukan penjualan barang secara tangguh kepada nasabahnya dan nasabah melakukan pembayaran dengan menggunakan harga beli bank dan margin biaya yang sudah disepakati sebelumnya. 7 Pembiayaan yang berprinsip jual beli contohnya yaitu pembiayaan murabahah dan pembiayaan bai bitsaman ajil. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan dengan menggunakan transaksi jual beli dimana bank sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cicilan (muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh atau cicilan. 8 6 Mervyn K. Lewis dan Latifa M. Algaoud, Perbankan Syariah, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2001, hal.79. 7 Nurul Huda, op cit., hal. 140. 8 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 85-87.

Pembiayaan bai bitsaman ajiladalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan barang modal (investasi). Pembiayaan ini berjangka waktu hingga waktu diatas satu tahun. 9 Pembiayaan ini, dimana pihak BMT sebagai penyedia dana untuk sebuah investasi dan atau pembelian barang modal dan usaha anggotanya kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran. Jumlah yang harus dibayar adalah jumlah atas harga modal dan mark-up yang disepakati. Akad transaksi pembiayaan bai bitsaman ajil dan murabahah itu sendiri sudah dijelaskan dalam Al-Qur an surat Al- Baqorah ayat 275 dan Al- Baqorah 282: Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS: Al-Baqarah 275). 10 Dari ayat diatas, dijelaskan bahwa akad bai bitsaman ajil dan murabahah merupakan akad jual beli suatu barang dengan pembayaran secara tangguh dan ditetapkan suatu margin atau keuntungan yang telah disepakati dari pihak yang melakukan akad tersebut. Margin atau keuntungan yang diterapkan disini bukanlah termasuk riba, karena 9 Karnaen A Perwataadmaja dan M. Syafii antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992 hal. 27. 10 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Semarang: PT. Karya Toha Putra,1993, juz. III hal.94.

margin atau keuntungan dalam akad tidak terjadi perubahan nilainya tetapi, dalam riba terjadi perubahan nilai. Sehingga, riba itu diharamkan dan jual beli itu dihalalkan. Hai orang- orang yang beriman, apabila kamu bermuammalah, tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu menuliskannya (QS: Al-Baqarah: 282) 11 Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa, apabila melakukan transaksi tidak secara tunai maka dianjurkan untuk menulisnya. Dalam akad bai bitsaman ajil dan murabahah merupakan akad jual beli secara tangguh. Maka dalam akad ini dianjurkan untuk menulisnya supaya tidak terjadi kesalahan antara pihak yang melakukan akad tersebut. Sehingga, tulisan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti untuk memudahkan pihakpihak yang melakukan akad tersebut. Dalam akad bai bitsaman ajil dan murabahah, nasabah pada pada perbankan syariah langsung mendapatkan barang yang dibutuhkan, dengan ketentuan bahwa nasabah wajib membayar kepada bank sebesar harga pokok ditambah margin keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Implementasi akad jual beli ini secara teknis mendasarkan 11 Ibid, hal. 119-120.

pada Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/Dpbs tertanggal 17 maret 2008, yang merupakan ketentuan pelaksana dari PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, sebagaimana yang telah diubah dengan PBI No. 10/16/PBI/2008. 12 Dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) dijelaskan bahwa, akad bai bitsaman ajil adalah akad jual beli dengan ketentuan harga pokok suatu barang ditambah dengan margin atau keuntungan yang disepakati. Menurut Syafi i Antonio ba i bitsaman ajil adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati. Dalam bai bitsaman ajilpenjual harus memberi tahu harga pokok produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntunganatau suatu imbalan. Di BMT Ya Ummi Fatimah Pati praktek bai bitsaman ajilberbeda dengan literatur yang ada, dengan demikian menarik untuk dibahas dalam penelitian skripsi ini. Di BMT Ya Ummi Fatimah Pati praktek bai bitsaman ajil adalah transaksi dimana calon anggota sebagai penjual dan BMT sebagai pembeli, calon anggota menjual barang jaminan kepada BMT dan dihargai dengan harga taksiran yang berlaku di masyarakat. Kemudian 12 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah Di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007, hal.114.

anggota mendapatkan pinjaman atau uang sesuai yang dibutuhkannya, tetapi pihak BMT membatasi jumlah pinjaman yang diajukan oleh calon anggota yaitu maksimal 70% dari harga standart jaminan tersebut. Setelah itu, terjadi akad jual beli bai bitsaman ajil dengan penjual pihak BMT dan pembeli adalah anggota. BMT menjual barang jaminan tersebut kepada anggota dengan harga taksiran ditambah dengan margin dan dibayar secara angsuran dan dalam jangka waktu yang disepakati. Barang yang dijaminkan dapat berupa BPKB, Sertifikat tanah atau rumah, dan suatu barang yang ada nilainya. Transaksi ini berawal dari calon anggota yang mengajukan akad bai bitsaman ajil dengan cara calon anggota menjual surat-surat berharga pada BMT, kemudian pihak BMT membeli dengan cara mentaksir harga jaminan tersebut dan disepakati oleh kedua belah pihak. Kemudian anggota mendapatkan pinjaman sesuai yang dibutuhkan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi mengenai AnalisisHukum Islam Terhadap Akad Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) Studi Kasus di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. B. Rumusan Masalah Untuk mencapai tujuan dari pembahasan judul skripsi di atas, makapenulis merumuskan dan membatasi permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan akad bai bitsaman ajil di BMT Ya Ummi Fatimah Pati?

2.Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai bitsaman ajil dibmt Ya Ummi Fatimah Pati? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagaiberikut: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan akad bai bitsaman ajil di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. 2. Untuk mengetahui bagaimana analisis hukum Islam terhadappelaksanaanakad bai bitsaman ajil di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. D. Telaah Pustaka Telaah menjadi ketentuan di dunia akademis, bahwa tidak ada satupun bentuk karya seseorang yang terputus dari dunia usaha intelektual yang dilakukan oleh generasi sebelumnya, yang ada adalah kesinambungan pemikiran dan kemudian dilakukan perubahan yang signifikan. Penulisan ini juga merupakan mata rantai dan karya ilmiah yang lahir sebelumnya. Sejauh pengamatan penulis, karya ilmiah yang berkaitan dengan akad bai bitsamanajil sudah banyak dikaji sebelumnya, diantaranya: Skripsi dari Uswatun Khasanah Pelaksanaan Akad Bai Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara, Mahasiswa fakultas syariah jurusan muamalah. dalam skripsi ini dijelaskan bahwa, dalam pelaksanaan pembiayaan bai bitsaman ajil yang terjadi di KSU BMT

Ummat Sejahtera Abadi adalah dalam prakteknya BMT menyerahkan semuanya dalam penyerahan barang dan pembiayaan kepada calon anggota dan apabila calon anggota menghendaki pinjaman atau pembiayaan dalam bentuk uang bukan bentuk barang maka BMT akan memberikan pinjaman sebesar pembiayaan tersebut. Dan apabila calon anggota menghendaki dalam bentuk barang, maka BMT akan memberikan barang yang dikehendaki oleh calon anggota. Selain itu, dalam penentuan barang yang diinginkan calon nasabah., barang yang diperjualbelikan belum jelas bentuk, sifat,dan jenis dari yang akan dibeli oleh calon anggota. 13 Skripsi dari Dwi Riska Amalia Analisis pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) Pada BMT MMU Sidogiri Pasuruan, dalam skripsi ini membahas tentang pembiayaan bai bitsaman ajil, yang mana pembiayaan ini dalam prakteknya dalam pengadaan barang pihak penjual (BMT) bisa mewakilkan pembelian barang dari pasar kepada calon pembeli (nasabah) dengan akad wakalah atau akad ijaroh dengan konsekwensi masing-masing. Maka, dalam pembiayaan ini perlu adanya prosedur dan pedoman. Prosedur ini dibuat untuk mengingat tingginya resiko terjadinya kredit macet. Dalam praktek pembiayaan bai bitsaman ajil ini, banyak nasabah yang menggunakan pembiayaan jenis ini karena lebih membantu usaha kecil pada masyarakat. Pembiayaan ini juga mengalami peningkatan pada BMT Sidogiri Pasuruan dari tahun ketahun sekitar 4%. 14 13 Uswatun Khasanah, Pelaksanaan Akad Bai Bitsaman Ajil di KSU BMT Ummat Sejahtera Abadi Jepara, Skripsi jurusan Muamalah Semarang, tahun 2011. 14 Dwi Riska Amalia, Analisis Produk Pembiayaan Bai Bitsaman Ajil (BBA) Pada BMTMMU Sidogiri Pasuruan, Skripsi Jurusan Managemen, Fakultas Ekonomi, UIN Malang, 2008.

Skripsi dari Ahmad Fariq Bina Haqqi Domonasi Penggunaan Akad Bai Bitsaman Ajil (BBA) Pada Transaksi Pembiayaan di BMT Hudatama Semarang, Mahasiswa fakultas syariah/d3. domonasi dalam pembiayaan bai bitsaman ajil yang dilakukan di BMT Hudatama cenderung menghindari penggunaan akad yang berprinsip kerja sama seperti, mudharabah dan musyarakah dikarenakan resikonya yang terlalu besar. Selain itu, nasabah tidak bisa memilih jenis akad yang akan digunakan tetapi pemilihan akad pada calon nasabah ditentukan oleh pihak BMT. Dalam melakukan akad bai bitsaman ajil BMT menentukan dengan berdasarkan komando dari PINBU (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) yang merupakan lembaga yang menaungi BMT seluruh Indonesia. Terdapat juga keterbatasan atas akad-akad syariah dan tidak adanya Dewan Pengawas Syariah di BMT Hudatama juga ditengarai menjadi penyebab digunakannya akad bai bitsamanajil secara ekstrim di BMT Hudatama padahal akad tersebut tidak memiliki landasan syariah yang jelas. 15 Dari penelitian di atas menunjukkan bahwa penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian ini, karena spesifikasi penelitian ini adalah memfokuskan pada akad bai bitsaman ajilyang didasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/Dpbs tertanggal 17 maret 2008. Dan sepengetahuan penulis, belum ada yang membahas masalah tersebut. 15 Ahmad Fariq Binna Haqqi, Domonasi Penggunaan Akad Bai Bitsaman Ajil (BBA) Pada Transaksi Pembiayaan di BMT Hudatama Semarang, Tugas Akhir Program D3 syariah Semarang.

Sehingga penelitian ini benar-benar berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang penulis paparkan di atas. E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini berfokus pada pelaksanaan akad bai bitsaman ajil di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. Dan dalam hal ini metode yang digunakan adalah 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research)yaitu penelitian yang menggunakan data dan sumber informasi lapangan,yang bertujuan memperoleh data-data yang diperlukan dari kancah atauobyek penelitian yang sebenarnya, dan untuk mempelajari secara intensiflatar belakang, status terakhir dan interaksi yang terjadi pada suatu satuansosial seperti individu, kelompok, lembaga atau komunitas. 16 Dalam penelitian ini penulis meneliti, mengkaji, dan melakukankunjungan langsung ke BMT Ya Ummi Fatimah Pati. 2. Sumber Data a. Data primer 16 Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: pustaka pelajar offset, 1998, hlm. 7

Yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitiandengan mengenakan alat pengukur atau alat pengambil data langsungpada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian iniadalah data yang diperoleh langsung dari pimpinan, petugas, dan anggota BMT Ya Ummi Fatimah Pati. b. Data Sekunder Adalah sumber data yang mendukung dan melengkapi data primer. Sumber data dalam peneitian ini adalah buku, artikel dan karya ilmiyah lain yang isinya membantu dalam melengkapi data penelitian ini. Selain itu, peneliti harus mengadakan evaluasi terhadap sumber, keadaan data sekundernya dan juga harus menerima limitasi-limitasi dari data tersebut. Hal ini lebih-lebih jika diperlukan untuk memperoleh data mengenai masa yang lampau. 17 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a) Pengamatan (observasi) Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasimerupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku 17 Moh. Nazir, ph.d, metode penelitian, Bogor:Ghalia Indonesia,2011.

manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. 18 Dalam penelitian ini penulis melakukan observasi dengan cara mengunjungi dan mengamati proses pembiayaan bai bitsaman ajil. b) Dokumentasi Gottschalk mengemukakan bahwa, dokumentasi adalah suatu sumber informasi tertulis sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, dan peninggalan-peninggalan terlukis. Dokumentasi merupakan proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang bersifat tulisan, lisan dan gambaran. 19 Dalam penelitian ini penulis mendapatkan data proses pembiayaan bai bitsaman ajil di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. c) Wawancara (interview) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melekukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil. 20 Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara: 18 Prf.Dr. Sugiyono, metodepenelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2010 hal. 203. 19 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Bumi Aksara, hal.175. 20 Ibid, hal.194.

1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. 2. Pedoman wawancara terstruktur yaitu pedoman wawancara yang berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. 21 Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan menyiapkan list pertanyaan yang akan ditanyakan guna memperoleh data yang diinginkan. Wawancara ini dilakukan langsung dengan mewawancarai pimpinan yaitu, pimpinan BMT Ya Ummi Fatimah cabang Karaban, lima karyawan atau petugas dan beberapa nasabah di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. 4. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul maka penulis akan melakukan analisis datadengan menggunakan metode deskriptif empiris dan menggunakanpendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif termasuk penelitian historisdan penelitian deskriptif, adalah penelitian yang tidak menggunakanmodel-model matematik, statistik atau computerpenelitian deskriptifyaitusuatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi ataugambaran mengenai fakta-fakta, sifat- 21 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hal. 227.

sifat, serta hubungan antarafenomena yang diselidiki lalu menganalisis. 22 Metode analisis deskripsi empiris adalah suatu analisis dengan melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masayarakat. Dapat dikatakan bahwa penelitian ini diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum dan badan pemerintah. 23 Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan bagaimana konsep pelaksanaan akad pembiayaan bai bitsaman ajil yang ada di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. F. Sistematika Penelitian Dalam penyusunan penelitian ini, penulis membagi dalam lima bab, yang mana dari serangkaian bab tersebut saling berkaitan. Bab I : berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : berupa pengertian tentang bai bitsaman ajil, syarat, rukun dan landasan hukum tentang bai bitsaman ajil serta skema pembiayaan bai bitsaman ajildan fatwa DSN tentang bai bitsaman ajil. 22 Saifuddin Azwar, op. Cit hal.128 23 http://idtesis.com/metode-penelitian-hukum-empiris-dan-normatif// diakses tanggal 3 Desember 2014 pkl. 09.00.

Bab III : berupa pembahasan tentang sejarah berdirinya, tujuan, visi dan misi,struktur organisasi, produk-produk BMT, dan pelaksanaan akadpembiayaan bai bitsaman ajil. Bab IV : berupa pembahasan tentang analisis pelaksanaan akad bai bitsamanajil di BMTYa Ummi Fatimah Pati, dan analisis hukum Islam terhadap pelaksanaan akad bai bitsaman ajil di BMT Ya Ummi Fatimah Pati. Bab V : berupa penutup yang meliputi kesimpulan, saran, dan penutup.