Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETUS DI RSB UMMI KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. dengan penyebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUANG KEBIDANAN RSUD MAYJEND. HM. RYACUDU KOTA BUMI

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 214 per

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN JUMLAH PERSALINAN DI WILAYAH PUSKESMAS MAMBURUNGAN KOTA TARAKAN

2 nd Seminar Nasional IPTEK Terapan (SENIT) 2017 ISSN: Tegal - Indonesia, Mei 2017 ISBN:

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE EKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI POLI KEBIDANAN RUMAH SAKIT KESDAM BANDA ACEH. Mayang Sari 1, Imelda 2

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

PENELITIAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL PADA KEJADIAN ABORTUS. Diana Meti*

1

HAMIL GANDA PENYEBAB BERMAKNA BERAT BAYI LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLETE DI RUMAH SAKIT PALANG BIRU KUTOARJO

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

PENELITIAN PENYEBAB PERSALINAN PRETERM

M O L A H I D A T I D O S A

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM PADA PERSALINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklampsi Di Ruang Bersalin BLU-RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2013

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PREEKLAMPSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS BATURADEN I BANYUMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2. Agustus 2011 FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA MOLLA HIDATIDOSA DI RSUP DR.

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. maternal di Kabupaten Bantul tahun didapatkan hasil sebagai

HUBUNGAN USIA, GRAVIDA, DAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN PREEKLAMSIA DI RSUD WONOSARI TAHUN 2015

Nelawati Radjamuda 1, Agnes Montolalu 2, 1. Jurusan Kebidanan STIKES Muhammadiah Manado. 2. Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA BERAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG 2013

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA DI RSUD BANJARNEGARA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN SECTIO CAESAREA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR Siti Indarti* ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN RIWAYAT SECTIO CAESAREA DENGAN VBAC (VAGINAL BIRTH AFTER CAESAREA) DI RSUD ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH TAHUN 2012.

Promotif, Vol.2 No.1 Okt 2012 Hal KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUANGAN KASUARI RSU ANUTAPURA PALU

BAB V PEMBAHASAN. dengan preeklamsi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang sesuai kriteria inklusi

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY T GII P 1001 TRIMESTER II DENGAN GEMELLI DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISS N KOMPETENSI BIDAN DALAM PENANGANAN AWAL PEB DAN EKLAMSIA PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN TAHUN 2012

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

102 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN USIA MENARCHE DAN PARITAS DENGAN MIOMA UTERI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2012 OLEH : Ajeng Galuh Wuryandari SST.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA PADA SATU RUMAH SAKIT DI PROVINSI LAMPUNG Risneni R* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Mola hidatidosa merupakan kondisi kehamilan yang tidak normal, komplikasi yang dapat terjadi perdarahan yang hebat sampai syok, perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia, infeksi sekunder, perforasi karena keganasan dan karena tindakan, dan menjadi ganas (PTG), kira-kira 18-20% kasus akan menjadi koriokarsinoma. Kematian akibat mola hidatidosa di negara berkembang masih berkisar 2,2-5,7%, disebabkan perdarahan, infeksi, eklampsi, payah jantung atau tirotoksikosis. Di Provinsi Lampung angka kejadian masih cukup tinggi, data di RS Tingkat IV.02.07.04 Bandar Lampung tahun 2014, 25 kasus dari 965 orang ibu hamil yang melakukan antenatal care(1:38). Di RSUD Liwa, Lampung Barat, tahun 2015, 12 kasus dari 608 orang ibu hamil yang melakukan antenatal care (1:50). Di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung, tahun 2014, 53 kasus dari 1164 orang ibu hamil yang melakukan antenatal care (1 : 21). Tujuan penelitian Untuk mengetahui hubungan usia dan paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015. Penelitian korelasi dengan desain case control. Populasinya seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015. sampel 53 kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa, perbandingan 1:1 untuk kontrol. Analisis univariat diperoleh keterangan bahwa 31,1% responden yang berusia < 20 tahun atau >35 tahun dan 53,8% ibu hamil yang multipara. Analisis bivariat Ada hubungan antara faktor usia dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 ( p value = 0,036), Tidak ada hubungan antara faktor paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 (p value = 1,000). Kata kunci: Mola Hidatidosa LATAR BELAKANG Mola hidatidosa dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu complete mole dan partial mole. Sedangkan partial mole apabila ditemukan janin atau sebagian janin. Namun, janin yang terbentuk tersebut tidak normal, bagian tubuhnya tidak proporsional (cacat). Menurut Mochtar (1998) penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktorfaktor yang dapat menyebabkannya antara lain faktor ovum, immunoselektif dari trofoblast, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, dan infeksi virus dan kromosom yang belum jelas serta mola hidatidosa biasanya di jumpai lebih sering pada umur reproduktif (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola hidatidosa akan lebih besar. Martaadisoebrata dan Wirakusumah (2005) menyebutkan bahwa faktor resiko dari mola hidatidosa adalah umur mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, etnik lebih banyak ditemukan pada mongoloid daripada kaukasus, genetik wanita dengan balanced translocation mempunyai risiko lebih tinggi, gizi mola hidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein. Beberapa penelitian tentang faktorfaktor resiko pada kejadian mola hidatidosa yang telah dilakukan, seperti dikutip dari William (2009), pada penelitian yang dilakukan oleh Semer dan Macfee (1995), frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relative lebih tinggi dan mola hidatidosa sering didapatkan pada wanita usia reproduktif. Wanita pada remaja awal atau usia perimenopausal amat sangat beresiko. Menurut Ningrum (2008), wanita yang berusia lebih dari 35 tahun memiliki resiko 2 kali lipat. Wanita usia lebih dari 40 tahun [174]

memiliki resiko 7 kali dibanding wanita yang lebih muda. Di Provinsi Lampung sendiri angka kejadian mola hidatidosa juga masih cukup tinggi, di RS Tingkat IV.02.07.04 Bandar Lampung pada tahun 2014, 25 kasus dari 965 orang ibu hamil yang melakukan antenatal care (1 : 38 ), di RSUD Liwa, Lampung Barat, tahun 2015 adalah 12 kasus dari 608 orang ibu hamil yang melakukan antenatal care (1 : 50). Di RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, diperoleh data tahun 2014 ada 53 kasus mola hidatidosa dari 1164 orang ibu hamil yang melakukan antenatal care (1 : 21). Komplikasi yang dapat terjadi pada perdarahan yang hebat sampai syok, perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia, infeksi sekunder, perforasi karena keganasan dan karena tindakan, dan menjadi ganas (PTG) pada kira-kira 18-20% kasus akan menjadi koriokarsinoma. Kematian akibat mola hidatidosa di negara maju hampir tidak ada lagi, tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi berkisar 2,2-5,7%. Kematian disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsi, payah jantung atau tirotoksikosis. Melihat dampak mola hidatidosa yang cukup besar maka penanganan mola hidatidosa tidak hanya terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut. Berdasarkan data di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan usia dan paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015? METODE Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan desain case control. Populasi penelitian seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RSUD Dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung 2015, sampel yang digunakan berdasarkan kasus dan kontrol, dimana kelompok sampel kasus terdiri dari seluruh ibu dengan mola hidatidosa yang melakukan pemeriksaan kehamilan di RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015. Jumlah sampel penelitian adalah total populasi sebanyak 53 kasus ibu hamil dengan mola hidatidosa, dan untuk menentukan besar sampel kontrol digunakan perbandingan 1:1 dengan tehnik tidak berpadanan sehingga diperoleh besar sampel seluruhnya adalah 106 sampel. Analisis penelitian ini analisis univariat dan analisis bivariat Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik chi square. HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Frekuensi Usia Responden Usia f % < 20 th / > 35 th 33 31,1 20 th s.d 35 th 73 68,9 Jumlah 106 100,0 Pada penelitian ini usia responden di RSUD Dr.Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 dapat diketahui bahwa dari 106 responden, ada 31,1% responden yang berusia < 20 tahun atau >35 tahun. Tabel 2: Distribusi Frekuensi Paritas Responden Paritas f % Multipara 57 53,8 Primipara 49 46,2 Jumlah 106 100,0 Pada penelitian ini paritas responden di RSUD Dr.Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 dapat diketahui bahwa dari 106 responden, ada 53,8% (57) ibu hamil yang multipara. Analisis Bivariat Tabel 3: Hubungan Usia Dengan Kejadian Mola Hidatidosa [175]

Usia Kasus Kontrol f % f % < 20 th/ > 35 th 22 41,5 11 20,8 20 th sd 35 th 31 58,5 42 79,2 Jumlah 53 100,0 53 100,0 p value 0,036 OR 95% CI 2,71 (1,15-6,40) Hubungan usia dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr.Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus dari 53 responden ada 41,5% (22) responden berusia < 20 tahun atau > 35 tahun yang mengalami mola hidatidosa. Sedangkan pada kelompok kontrol dari 53 responden ada 20,8% (11) responden berusia 20 tahun sampai 35 tahun yang mengalami mola hidatidosa. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh p value = 0,036 yang berarti p < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr.Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015. Dalam penelitian ini didapat nilai OR = 2,71 yang berarti responden yang berusia < 20 tahun atau > 35 tahun mempunyai peluang resiko 2,71 kali untuk mengalami molahidatidosa dibanding responden yang berusia 20 tahun sampai 35 tahun. Tabel 4: Hubungan Paritas Dengan Kejadian Mola Hidatidosa Paritas Kasus Kontrol f % f % Multipara 28 52,8 29 54,7 Primipara 25 47,2 24 45,3 Jumlah 53 100 53 100 p value 1,000 Hubungan antara paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr.Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 diketahui bahwa pada kelompok kasus dari 53 responden ada 52,8% (28) responden multipara yang menderita mola hidatidosa dan pada kelompok kontrol dari 53 responden ada 54,7% (29) responden multipara yang menderita molahidatidosa. Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh p value = 1,000 yang berarti p < 0,05, maka Ho gagal ditolak yang berarti secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr.Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015 PEMBAHASAN Setelah dilakukan analisa dan interpretasi data mengenai distribusi frekuensi usia dan paritas, serta hubungan usia dengan kejadian mola hidatidosa dan hubungan paritas dengan kejadian molahidatidosa di RSUD Dr. Hi. Abdoel maka diketahui sebagai berikut: Usia Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 106 responden, ada 31,1% (33) responden yang berusia < 20 tahun atau >35 tahun dan 68,9 (73) responden yang berusia 20 tahun sampai 35 tahun. Walaupun terlihat bahwa persentase responden yang berusia < 20 tahun atau >35 tahun lebih sedikit daripada yang berusia 20 tahun sampai 35 tahun tetapi resiko yang dapat ditimbulkan dari kehamilan yang terjadi pada usia < 20 tahun atau >35 tahun cukup tinggi bagi ibu ataupun bayinya. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hebert Hutabarat dalam Manuaba (1998) bahwa faktor kehamilan dengan resiko tinggi berdasarkan komplikasi obstetri diantaranya adalah umur < 19 tahun atau diatas 35 tahun. Menurut peneliti bahwa usia < 20 tahun dan > 35 tahun memang merupakan resiko tinggi dalam kehamilan. Untuk mengatasi hal ini diharapkan semua wanita mengetahui bahwa untuk penting untuk merencanakan kehamilan dengan baik dan sebaiknya kehamilan terjadi pada usia reproduksi sehat. Selain itu juga bagi ibu yang hamil dalam usia beresiko agar lebih intensif dalam melakukan pemeriksaan kehamilan untuk memantau perkambangan janin dan kesehatan ibu. Dan agar menghindari pernikahan dini, karena selain organ reproduksi yang belum siap untuk bereproduksi juga dapat meningkatkan berbagai resiko yang bisa terjadi baik bagi ibu atau janinnya. Bagi tenaga kesehatan [176]

agar lebih aktif memberikan penyuluhan bagi masyarakat agar status kesehatan yang optimal terutama bagi ibu hamil semakin meningkat. Paritas Dari hasil penelitian ketahui bahwa dari 106 responden ada sebanyak 53,8% (57) responden multipara dan 46% (49) responden primipara. Walaupun persentase yang diperoleh memang tidak terlalu signifikan perbedaan antara multipara dan primipara pada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di RSUD dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2015. Tetapi menurut teori Indeks kehamilan resiko tinggi berdasarkan paritas yang dikemukakan oleh Fortney A dan E.W. Whitehorne yaitu ; Nullipara (1), Multipara 1-3 (0), Multipara 4-6 (4-6), dan Grandemultipara > 7 (2). Dimana semakin tinggi indeks, maka semakin tinggi kemungkinan ibu mengalami resiko. Jadi semakin banyak jumlah paritas resiko akan semakin tinggi. Menurut peneliti walaupun perbedaannya tidak signifikan tetapi multiparitas tetap merupakan salah satu faktor resiko tinggi dalam kehamilan dan untuk mengatasi hal ini sebaiknya setiap wanita menyadari bahwa agar kehamilan dapat berlangsung aman dan sehat sebaiknya merencanakan jumlah anak yang diinginkan agar tercapai keluarga yang berkualitas dan mengikuti program KB untuk mengatur kehamilan. Hubungan usia dengan kejadian mola hidatidosa Hasil penelitian ini ditemukan adanya hubungan usia dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr. Hi. Abdoel dimana nilai p value = 0,036 dan OR = 2,71. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Martaadisoedibrata dan Wirakusumah (2005) bahwa salah satu faktor resiko dari kejadian mola hidatidosa adalah umur, mola hidatidosa lebih banyak ditemukan pada wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Semer dan Macfee (1995) bahwa frekuensi mola hidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Menurut peneliti bahwa memang ada hubungan antara usia ibu hamil dengan kejadian mola hidatidosa. Untuk mengatasi masalah tersebut, hendaknya setiap wanita mempersiapkan kehamilan dengan sebaik mungkin, mulai dari merencanakan kehamilan agar setiap wanita hamil berada pada kondisi yang optimal sehingga kehamilan dapat berlangsung aman bagi ibu dan bayi. Sedangkan bagi petugas kesehatan yang bekerja di masyarakat, hendaknya harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan, termasuk melakukan deteksi dini faktor resiko pada ibu hamil serta memberikan penyuluhan dan informasi kepada masyarakat tentang faktor-faktor resiko dalam kehamilan termasuk informasi tentang mola hidatidosa untuk meminimalisir faktor-faktor resikonya. Hubungan paritas dengan kejadian mola hidatidosa Hasil penelitian ini ditemukan secara statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Dr.Hi. Abdoel dimana nilai p value = 1,000. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Martaadisoedibrota dan Wirakusumah (2005) yang menyebutkan faktor resiko dari mola hidatidosa adalah umur, etnik, genetik, dan gizi, paritas tidak termasuk didalamnya dan sesuai dengan pendapat Ningrum dan Emilia (2011) bahwa paritas tidak mempengararuhi faktor resiko kejadian mola hidatidosa serta mendukung hasil penelitian Semer dan Macfee (1995) yang menyatakan bahwa peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi oral dan faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum jelas. Menurut peneliti berpendapat bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara paritas dengan kejadian mola hidatidosa karena mola hidatidosa dapat terjadi pada primipara dan multipara dengan [177]

kemungkinan yang hampir sama. Tetapi walaupun demikian paritas yang tinggi tetap merupakan suatu faktor resiko dalam setiap kehamilan sehingga sebagai petugas kesehatan tetap harus lebih aktif dan kreatif dalam memberikan informasi kepada masyarakat terutama bagi wanita dalam usia reproduksi tentang pentingnya melakukan pemeriksaan awal kehamilan untuk mendeteksi secara dini faktor resiko. KESIMPULAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa ibu hamil yang berusia < 20 tahun atau > 35 tahun sebasar 31,1% dan paritas ibu hamil dengan multipara sebanyak 53,8%. Pada analisis lebih lanjut disimpulkan bahwa ada hubungan antara faktor usia dengan kejadian mola hidatidosa (p value = 0,036) dan tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian mola hidatidosa (p value = 1,000). Berdasarkan kesimpulan di atas maka diharapkan petugas pelayanan kesehatan terutama yang bekerja langsung di masyarakat khususnya bidan agar meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar dapat memberikan infomasi kepada masyarakat untuk merencanakan kehamilan dengan tepat. Selain itu diharapkan juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan ANC pada ibu hamil dengan meningkatkan deteksi dini faktor resiko pada kehamilan sehingga dapat diantisipasi dan minimalisir. DAFTAR PUSTAKA Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, edisi 2, EGC, Jakarta. Ningrum, Meta; Emilia, Ova; 2010, Diagnosis dan Manajemen Mola Hidatidosa,(http://theeyebrow.blogsp ot.com/2008/01/molahdatidosa.html) Martaadisoedibrata, Djamhoer; Wirakusumah, Firman, F.; 2005, Kelainan Telur, Plasenta, Air Ketuban, Cacat, dan Gangguan Janin, di dalam Sastrawinata, Sulaiman; et all (eds.), Obstetri Patologi, Ilmu Kesehatan Reproduksi, EGC, Jakarta. [178]