BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Refugees are among the most vulnerable people in the world. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

PERJANJIAN INTERNASIONAL DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. internasional, sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara di dunia ini. Perjanjianperjanjian

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 6 PERJANJIAN INTERNASIONAL

BAB 1 SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL

PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL OAI 2013 ILMU ADMINISTRASI NEGARA UTAMI DEWI

Chapter One. Pendahuluan. Article 2 (1)(a) Vienna Convention on Treaty

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil

BAB VI PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh. Luh Putu Yeyen Karista Putri Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

2. Perundingan: Merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua pihak yang berunding mengenai kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian internasional.

BAB I PENDAHULUAN. manusia lainnya. Di dalam masyarakat bagaimanapun sederhananya, para anggota

BAB I PENDAHULUAN. dari aktivitas yang dilakukan. Tetapi beberapa di antara resiko, bahaya, dan

3. Menurut Psl 38 ayat I Statuta Mahkamah Internasional: Perjanjian internasional adalah sumber utama dari sumber hukum internasional lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

HUKUM INTERNASIONAL. Oleh : Nynda Fatmawati, S.H.,M.H.

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

TEORI / AJARAN TTG HUBUNGAN H.I. DGN. H.N.: TEORI DUALISME, MONISME DAN PRIMAT HI

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN INTERNASIONAL DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VIENNA CONVENTION ON THE LAW OF TREATIES 1969

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur, yaitu: 1

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

DAFTAR PUSTAKA. Ardhiwisastra, Yudha Bhakti, 2003, Hukum Internasional Bunga Rampai, Bandung: Alumni.

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Perjanjian Internasional yang dilakukan Indonesia

MATERI PERKULIAHAN HUKUM INTERNASIONAL MATCH DAY 3 SUMBER-SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa Bangsa selanjutnya disebut PBB merupakan suatu

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. serta pembentukan watak menjadikan pendidikan sebagai kebutuhan dasar yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk tesis ini adalah penelitian hukum normatif

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Potensi ruang angkasa untuk kehidupan manusia mulai dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN. membandingkan dengan standar ukuran yang telah ditentukan. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta telah melaksankan ketentuan-ketentuan aturan hukum jaminan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

BAB I. memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah. dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. 2 Jadi

BAB I PENDAHULUAN. (born) human beings has inherent dignity and is inviolable (not-to be-violated),

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan yang diakibatkan oleh peperangan. dengan Pernyataan Umum tentang Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. berbasiskan internet yaitu pelaksanaan lelang melalui internet.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN INTERNASIONAL. yang berkembang dalam pembentukan perjanjian internasional oleh negara-negara di dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum hak cipta terhadap produk digital. Hak cipta terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara dimana wilayah daratnya berbatasan dengan laut. menimbulkan kerenggangan hubungan dan apabila berlarut-larut akan

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

JURNAL TINJAUAN HUKUM MENGENAI ALASAN BELUM DISAHKANNYA (AKSESI) KONVENSI JENEWA TAHUN 1951 DAN PROTOKOL NEW YORK TAHUN 1967 OLEH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

BAB I PENDAHULUAN. kajian tidak hanya mengatur hubungan hukum dalam hubungan kerja

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL ARIE AFRIANSYAH

PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Permasalahan C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

: Treaties Under Indonesian Law: A Comparative Study Penulis buku : Dr. iur. Damos Dumoli Agusman : PT. Remaja Rosda Karya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

Oleh : Putu Ayu Satya Mahayani I Ketut Sujana Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

III. METODE PENELITIAN. lazim digunakan untuk meneliti ketentuan-ketentuan hukum positif sebagaimana

BAB II TINJAUAN UMUM. 1.1 Tinjauan Umum Mengenai Subjek Hukum Internasional Pengertian Subjek Hukum Internasional

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,

Hubungan Hukum Internasio nal dan Hukum Nasional H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KASUS PENGUSIRAN PENCARI SUAKA DI AUSTRALIA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam memahami hukum Organisasi Internasional. tidak dapat dipisahkan dari sejarah pembentukan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

II. TINJAUAN PUSTAKA. diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk

Konvensi Munisi Tandan (CCM) tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama 1. Berdasarkan ruang

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Refugees are among the most vulnerable people in the world. 1 Banyakanya permasalahan mengenai keberadaan pengungsi internasional bukan merupakan fakta baru dalam dunia internasional. Pengungsi internasional merupakan sekelompok orang yang memiliki kehidupan tidak menetap (statelees). Para pengungsi ini memutuskan untuk meninggalkan negaranya dengan dalih bahwa mereka takut hidup di negara asal. Menurut Prasetyo Hadi Purwandoko pengungsi dibagi menjadi dua yaitu pengungsi akibat bencana alam dan pengungsi akibat bencana manusia, dalam hal dua pengungsi yang diatur oleh perjanjian Internasional atau Refugee International adalah pengungsi bencana manusia yaitu dikarenakan tindakan tindakan yang membutuhkan suaka dari negara lain. Hukum pengungsi internasional sudah dikenal lama oleh masyarakat dunia. Melalui kebiasaan internasional penyelesaian mengenai pengungsi internasional merupakan alternatif yang digunakan oleh masyarakat internasional. Namun seiring berjalannya waktu pada saat 2011, hlm.1 1 UNCHR, textbook the 1951 convention and its 1967 protocol, Switzerland, september 1

perang dunia ke II lahirlah kodifikasi kebiasaan internasional menjadi bentuk konvensi hukum status pengungsi. Namun seiring perkembangan waktu dibentuklah sebuah konvensi yang disebut The Convention Relating to the Status of Refugees 1951 yang selanjutnya disebut The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol. Pemberlakuan konvensi ini tidak dapat diterapkan di seluruh negara yang ada di dunia, alasannya adalah setiap negara memiliki prinsip free consent. Prinsip ini kemudian didukung dengan adanya aliran negara yaitu civil law dan common law dimana negara tersebut dalam prakteknya untuk menerima sebuah perjanjian menggunakan teori monisme atau dualisme. Dalam kedua teori tersebut menjelaskan kedudukan dari hukum internasional dalam hukum nasional. Adapun jumlah pengungsi yang ada di Indonesia mencapai Catatan jumlah pengungsi di Indonesia di tahun ini (2017) yaitu sekitar Sampai dengan akhir Maret 2017, sebanyak 6,191 pencari suaka terdaftar di UNHCR Jakarta secara kumulatif dari Afghanistan (42%) dan Somalia (14%). Sementara sejumlah 8,279 pengungsi terdaftar di UNHCR Jakarta dari Afghanistan (57%), Myanmar (10%), dan Somalia (7%). 2 Dalam penulisan ini penulis tidak akan fokus terhadap kasus hukum yang telah dipaparkan yaitu mengenai status pengungsi rohingnya akan tetapi kasus hukum tersebut merupakan bagian kecil dari bahan penelitian penulis untuk menjawab pokok permasalahan yang sebenarnya. Isu hukum yang diambil dari kasus diatas adalah kedudukan hukum internasional dan 2 Diakses pada 15/09/2017 : http://www.unhcr.org/id/unhcr-di-indonesia 2

hukum nasional yang seperti apa yang harus diterapkan?. Maka penulis akan membahas mengenai perjanjian internasional Perjanjian Internasional merupakan Hukum Internasional yang memuat kaidah atau norma-norma yang berfungsi untuk menstabilkan kehidupan lintas negara. Definisi Perjanjian Internasional An International agreement concluded between States in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two or more related instruments and whatever its particular designation. 3 Menurut G. Schwarzenbergern Perjanjian Internasional adalah suatu persetujuan antara subjek-subjek Hukum Internasional yang menimbulkan kewajiban-kewajiban yang mengikat dalam Hukum Internasional. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Perjanjian Internasional adalah perjanjian antar bangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat hukum tertentu. Berdasarkan The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol Indonesia belum meratifikasi perjanjian ini. 4 Akan tetapi Indonesia bekerjasama dengan organisasi internasional yaitu UNHCR (United Nations High Comissioner Human for Refugee) merupakan organisasi yang diberi mandat untuk membantu dan mengawasi pengungsi internasional. Serta menyerahkan penanganan pengungsi kepada UNCHR oleh karenanya indonesia tidak memiliki kewenangan untuk menentukan 3 Artikel 2 Vienna Convention on the Law of Treaties 1969 4 Chapter V Refugees and Stateless Persons". United Nations Treaty Series. 22 July 2013. Diakses tanggal 11 Februari 2017. https://web.archive.org/web/20121114081432/http://treaties.un.org/pages/viewdetailsii. spx?&src=untsonline&mtdsg_no=v~2&chapter=5&temp=mtdsg2&lang=en 3

apakah sekelompok orang yang meminta status pengungsi dikatakan sebagai pengungsi. 5 Lalu bagaimana pihak ketiga (indonesia) yang tidak meratifikasi perjanjian tersebut. Bukankah suatu negara juga harus mementingkan kepentingan nasional?. Dan sebuah perjanjian juga harus memandang free consent bagi suatu negara. Namun sebelumnya dalam Perjanjian Internasional dikenal dengan sifat dari Perjanjian Internasional yaitu Treaty Contract dan Law Making Treaty. Jenis dari treaty contract contohnya adalah perjanjian bilateral antara Inggris dan Amerika dimana negara-negara yang melewati selat wajib tunduk pada konvensi mengenai perairan yang disepakati oleh kedua negara, sedangkan law-making treaty adalah Konvensi Wina 1969, Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS 1982), Piagam PBB 1945, Konvensi Palang Merah 1949. 6 Bagaimana mengenai The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol apakah konvensi ini bersifat law making treaty, bila dilihat bahwa konvensi ini bukanlah perjanjian bilateral melainkan perjanjian multilateral yang jumlah negara yang meratifikasi terdapat 140 negara. Dalam konvensi ini mengandung general principles yang diakui oleh masyarakat internasional sehingga negara yang bukan peserta dari konvensi ini tetap terikat. Sehingga Indonesia secara normatif merupakan non peserta dalam konvensi tersebut tetapi Indonesia memiliki kewajiban untuk melaksanakan ketertiban dunia. 2016, h.89 5 Wagiman,Hukum Pengungsi Internasional,Jakarta, 2012, h. 128 6 Jawahir Thontowi, Hukum Internasional dan Hubungungan Internasional, Yogyakarta, 4

Seperti yang telah dibahas dalam paragraf sebelumnya bahwa Indonesia mempersilahkan UNCHR merupakan organisasi internasional PBB dibidang pengungsi, dengan demikian secara tidak langsung Indonesia merespon terhadap konvensi tersebut. Tidak hanya itu saja Indonesia bahkan mengadopsi dalam Pasal 28G UUD berbunyi : setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain Maka dengan demikian penulis memberikan argumentasi bahwa konvensi status merupakan perjanjian yang bersifat law making treaty dimana Indonesia wajib menaati konvensi status pengungsi berdasarkan general principles yang ada dalam konvensi tersebut. Oleh sebab itu, kajian mengenai konsep law-making treaty dan akibat hukumnya dalam The 1951 Convention Refugee and 1967 Protocol bagi negara ketiga menjadi layak untuk diteliti melalui penelitian hukum ini. Dengan judul INDONESIA DAN THE 1951 REFUGEE CONVENTION STUDI TENTANG KETERIKATAN NEGARA PADA PERJANJIAN INTERNASIONAL YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK LAW MAKING TREATY adalah judul yang dipilih secara tepat untuk menggambarkan substansi dari penelitian ini. B. Rumusan Masalah Terdapat dua rumusan masalah dalam penelitian ini,yaitu: 5

1. Apakah The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol dapat dikatakan sebagai Law Making Treaty? 2. Bagaimana hak dan kewajiban Indonesia terhadap pengungsi apabila dikaitkan dengan norma-norma dalam The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol? C. Tujuan Dalam suatu kegiatan penelitian pada dasarnya memiliki suatu tujuan tertentu yang hendak di capai. Adapun tujuan dari penelitian yang ingin dicapai (the goal of the research) oleh Penulis yaitu : 1. Mendeskripsikan karakteristik dari law-making treaty dalam hukum internasional yaitu The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol 2. Menemukan hak dan kewajiban Indonesia terhadap pengungsi yang dikaitkan dengan norma-norma dalam The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan wawasan dan memberi konstribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu Hukum khususnya Hukum Internasional 2. Manfaat Praktis 6

Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yuridis yang berkaitan dengan penegakan hukum positif yang berlaku di Negara yang ada di dunia 3. Hasil penulisan penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian penelitian sejenis untuk tahap berikutnya. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis terdiri dari jenis penelitian, metode pendekatan, dan jenis bahan hukum yang digunakan 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif. 7 Merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum untuk menjawab isu hukum yang diteliti. Metode yang kedua adalah menggunakan metode eksploratif merupakan penelitian mencoba membuka wawasan terhadap suatu hal yang belum pernah diteliti sebelumnya dengan tujuan untuk memperdalam pengetahuan mengenai gejala tertentu, penelitian ini juga digunakan untuk mendapatkan ide-ide baru mengenai masalah yang diteliti, atau bahkan belum sama sekali ada. 8 7 Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jawa Timur: Bayumedia Publishing, 2009, hal. 45. 8 Amirudin, dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2006, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 25. 7

2. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Pendekatan Perundang-undangan Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang ditangani. 9 Dalam hal ini undang-undang yang bersangkutan dengan kajian penulisan skripsi adalah : 1. Vienna Convention On The Law Of Treaties 1969 2. The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol 3. Undang-Undang Dasar 1945 4. Universal Declaration of Human Rights 5. Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961 6. Vienna Convention on Consular Relations 1963 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 8. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri 9. Perpres Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi Luar Negeri 9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, 2005, Jakarta: Kencana, hal. 133. 8

b. Pendekatan Konseptual Pendekatan konseptual (conceptual approach) merupakan pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. 10 3. Jenis Bahan Hukum a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autiritatif yang artinya memiliki otoritas. 11 Yang terdiri dari perundang undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim.peraturan perundang-undangan yang digunakan adalah: 1. Vienna Convention On The Law Of Treaties 1969 2. The 1951 Refugee Convention and 1967 Protocol 3. Undang-Undang Dasar 1945 4. Universal Declaration of Human Rights 5. Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961 6. Vienna Convention on Consular Relations 1963 7. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia 8. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri 10 Ibid, hal. 136. 11 Ibid, hal. 181. 9

9. Perpres Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi Luar Negeri b. Bahan Hukum Sekunder Berupa buku-buku yang akan menunjang dan memberi informasi mengenai bahan hukum primer seperti jurnal internasional dan website organisasi internasional F. Sistematika Penulisan Agar lebih mudah dalam memahami hasil penelitian dan pembahasan yang tertuang dalam skripsi ini, maka dibagi kedalam sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan uraian orientasi tentang penelitian yang akan dilakukan meliputi hakikat permasalah apa yang diangkat dan dianggap sebagai problematik atau difficulties, exsisting knowledge, serta tesis/argument yang dipertahankan untuk menjawab permasalahan 12 yang menjadi penelitian. Uraian tersebut kemudian dituangkan menjadi: (1) Latar Belakang Masalah; (2) 12 Buku Panduan Penelitian dan Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga, 2013, hlm.10. 10

Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Manfaat penelitian; (5) Metode Penelitian: (6) Sistematika penulisan BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisikan uraian pembahasan mengenai teori perjanjian internasional secara umum. Adapun kajian pustaka membahas mengenai teori monisme-dualisme, hubungan antara hukum internasional dengan hukum nasional, membahas mengenai teori inkorporasi dan transformasi serta jenis jenis perjanjian internasional BAB III: PEMBAHASAN Dalam bab ini berisikan uraian pembahasan atau analisis terhadap permasalahan penelitian yang merupakan legal analysis yang memuat teori - teori tekait dengan masalah yang diteliti, serta jawaban terhadap seluruh pertanyaan penelitian yang terdapat dalam perumusan masalah. 13 Kemuadian seluruh uraian dalam bab ini akan dibagi kedalam sub-bab dan anak sub-bab. BAB IV PENUTUP Dalam bab ini berisikan pernyataan yang berupa jawaban praktis terhadap permasalahan dalam penelitian yang diurakan dalam sebuah kesimpulan dan saran. 14 13 Ibid. 14 Ibid., hlm.11. 11