15 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003: 127). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003: 128). Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003: 128), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang yang berurutan, yaitu :Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
16 Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan tempat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Application) Aplikasi yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Analisa yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek.
17 B. Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmodjo, 2003: 130). 1. Komponen Pokok Sikap Menurut Notoatmodjo (2003), komponen pokok sikap meliputi hal-hal berikut: a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak. 2. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan sikap meliputi: a. Menerima (Receiving) Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. b. Merespon (Responding) Merespon yaitu memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap. c. Menghargai (Valuing) Menghargai yaitu pada tingkat ini individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (Respondsible) Bertanggung jawab yaitu merupakan sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah dipilih.
18 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Menurut Maulana (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu : a. Faktor Internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa daya pilih seseorang untuk menerima atau menolak pengaruhpengaruh yang datang dari luar. b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang terdapat dari luar diri manusia itu sendiri. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok. Misalnya interaksi antara manusia dalam bentuk kebudayaaan yang sampai kepada individu melalui surat kabar, televisi, majalah, dan sebagainya. C. Teknik Menyusui yang Benar 1. Pengertian Teknik Menyusui yang Benar Perinasia (2003), menyatakan teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Menurut Roesli (2008), agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. 2. Manfaat menyusui Menurut Roesli (2008), bagi ibu dan bayi ASI menyebabkan kuatnya ikatan batin antara ibu dan bayi. Hal ini merupakan manfaat awal dari menyusui. a. Manfaat bagi bayi Menurut Saleha (2009), banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan yaitu: komposisi sesuai kebutuhan, kalori dari ASI memenuhi
19 kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, ASI mengandung zat pelindung, perkembangan psikomotorik lebih cepat, menunjang perkembangan kognitif, menunjang perkembangan penglihatan, memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak, dasar untuk perkembangan emosi yang hangat dan dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri. b. Manfaat bagi ibu Menurut Saleha (2009), manfaat menyusui bagi ibu adalah mencegah perdarahan pascapersalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula, mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil, menunda kesuburan, menimbulkan perasaan dibutuhkan dan mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium. c. Manfaat bagi keluarga Adapun manfaat menyusui bagi keluarga menurut Saleha (2009) adalah mudah dalam proses pemberiannya, mengurangi biaya rumah tangga dan bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat. d. Manfaat bagi Negara Manfaat menyusui bagi negara menurut Saleha (2009) adalah penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan, penghematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui dan mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. 3. Posisi dan perlekatan menyusui yang benar Menurut Maryunami, A. (2009), terdapat berbagai macam posisi menyusui sebagai berikut : a. Posisi ibu 1) Posisi menyusui ibu yang bersalin normal (persalinan spontan)
20 Ibu yang melahirkan secara spontan bisa lebih leluasa memilih posisi menyusui, sambil duduk atau berbaring menyamping. Jika posisi duduk yang dipilih: gunakan kursi yang nyaman, upayakan telapak kaki menginjak lantai dan gunakan bangku kecil sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung. 2) Posisi menyusui ibu yang melahirkan seksio caesaria Football position adalah posisi yang disarankan untuk ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio caesaria. Pada posisi ini: tubuh bayi digendong dengan salah satu tangan ibu, upayakan letak kepala bayi berada tepat dibawah payudara dan membentuk garis lurus dengan badan bayi dan posisi ini aman karena bagian bawah perut ibu yang masih nyeri akibat operasi dapat terlindungi. Posisi ini merupakan posisi yang paling nyaman bagi ibu maupun bayinya. (Varney s.2008). 3) Posisi menyusui ibu dengan bayi kembar Sama dengan ibu yang melahirkan melalui persalinan seksio caesaria, football position (dengan cara seperti memegang bola) juga tepat untuk bayi kembar dimana kedua bayi disusui bersaman kiri dan kanan, dengan cara : kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti memegang bola, letakkan tepat dibawah payudara ibu, posisi kaki bayi boleh dibiarkan menjuntai keluar, untuk memudahkan, kedua bayi dapat diletakkan pada satu bidang datar yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu dengan demikian, ibu cukup menopang kepala bayi kembarnya saja. Cara lain adalah dengan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.
21 Gambar 1. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004) 4) Posisi menyusui ibu dengan ASI berlimpah Pada ibu-ibu yang memiliki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak, dengan cara : ibu tidur telentang lurus, sementara bayi diletakkan diatas perut ibu dalam posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara, atau bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi ini, maka bayi tidak akan tersedak. Gambar 2. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)
22 b. Posisi bayi Menurut Ambarwati (2008), teknik menyusui adalah sebagai berikut: gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan diatas pangkuan ibu dengan cara: bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan, satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan, perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus dan ibu menatap bayi dengan kasih sayang. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi. Cara melepas isapan bayi yaitu : Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya. 1) Menyendawakan bayi Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah setelah menyusu. Cara menyendawakan bayi : (a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. (b) Dengan cara menelungkupkan bayi di atas pangkuan ibu, lalu usap-usap punggung bayi sampai bayi bersendawa.
23 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui yaitu Posisi badan ibu dan bayi yaitu ibu harus duduk atau berbaring dengan santai. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan berada dalm satu garis dengan leher dan lengan bayi. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu yaitu payudara dipegang dengan ibu jari di atas jari yang lain menopang di bawah. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek). Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan dengan hidung bayi. Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi. Setelah bayi menyusu/menghisap payudara dengan baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-ngelus bayi. Gambar 3. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
24 Posisi menyusui yang benar yaitu tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu, dagu bayi menempel pada payudara, dagu bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (bagian bawah), telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi, mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka, sebagian besar areola tidak tampak, bayi menghisap dalam dan perlahan, bayi puas dan tenang pada akhir menyusu, terkadang terdengar suara bayi menelan, puting susu tidak terasa sakit atau lecet. Gambar 4. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)